Judul Buku: Ken Arok,
Banjir Darah Di Tumapel
Penulis: Gamal Komandoko
Penerbit: Narasi
Yogyakarta
Cetakan: 1, 2008
Tebal: 334 halaman
|
Darahku
bergelora dan gairahku memuncak sejak bertemu dengannya, aku merasa yakin bahwa
wanita bernama Dedes itu adalah takdir pendamping kejayaanku, seperti halnya
aku yakin, bahwa darah Negeri Kadiri akan membanjiri Tumapel, sebagai tumbal
yang akan membawaku ke puncak tertinggi takhta kekuasaan kerajaan
Singasari.(endorsment)
Ambisi
besar Ken Arok menguasai Negeri Kadiri, membuatnya harus membunuh akuwu Tunggul
Ametung (suami Ken Dedes) sebelum menlenyapkan raja Sri Kretajaya yang berkuasa
otoriter, angkuh dan semena-mena terhadap bawahan serta rakyatnya. Ken Arok
muak, mual melihat tindak tanduk pemimpinnya. Suatu saat aku akan memenggal
kepala raja kadiri yang angkuh itu. Akan ku injaak-injak lehernya sampai
mampus. Dan aku akan berkuasa diseluruh daratan Kadiri yang penuh keindahan
bumi dan harta yang melimpah ini; impian Arok kala remaja.
Dalam
novel empiris: Ken Arok Banjir Darah Di Tumapael ini, Gamal Kamandoko
menceritakan secara gamblang kehidupan Arok mulai Gembalawan (menggembala
kerbau) hingga rajadiraja tunggal Jawadwipa. Padahal dulunya Arok adalah bayi
yang ditemukan antara nisan-nisan kuburan tanpa seorang ibu menyertai.
Setelah
peristiwa besar di Pura Agung (tempat sembahyang agama hindu) Astia alias Ken
Endok, istri Resi Girinata, ibu Arok itu tak sadar disetubuhi penjaga pura
(Pandhito). Astia meminta Jagat Pramudita (Gajah Para) putra nyi Colok untuk
mengakuinya. Tentu saja Gajah Para kaget, ia menolak mengaku menghamili istri
Resi Girinata itu. Hati Ken Endok terasa teriris-iris karena bayi dalam
rahimnya tak ada yang mengakui. Penderitaan dan guncangan hidup membuatnya
memilih jalan untuk kabur dari desa Pangkur tempat hidup bersama Resi Girinata,
demi menyelamatkan diri dari hukuman mati karna ulah hinanya.
Malam
yang sepi mencekam di tengah kuburan lahirlah Ken Arok. Sang bayi tanpa ayah
itu di tinggalkan ibunya dalam lubang bersama tangisannya yang memecah
keheningan malam. Mendengar tangisan misterius dari arah kuburan, ki Lembong,
seorang pencuri ulung yang baik hati dari desa Lebak, menghampiri dan memungut
bayi tergeletak penuh cahaya yang memancar dari mulutnya. Ia memberikan nama
Jaka Temon (anak temuan) pada bayi itu.
Kasih
dan sayang di curahkannya pada Temon hingga tampak dewasa dan gagah perkasa.
Akan tetapi, Joko Temon yang dianggap oleh warga seorang keturunan Dewata Agung
itu, tak mempunyai kelakuan baik, tiada hari tanpa berkelahi, bermain judi,
hingga ludes semua harta ki Lembong dipakainya untuk taruhan. Rasa tak enak
pada ki Lembong menyelimuti dirinya, dia kabur dan bertemu Bandar Bango
Samparan (Bandar judi dari Madura), ini kesempatan bagi Jaka Temon untuk
kembali duduk dimeja judi. Karena bakat alami pada dirinya yang agung, namanya
dirubah menjadi Ken Arok oleh Bango samparan atas petunjuk Jagat Dewa Barata,
sang dewa jagat raya.
Kisah
insiden Banjir darah di negeri Tumapel, membuat buku ini menarik untuk dibaca.
Pergolakan politik kekuasaan menjadi sajian utama. Percintaan yang membawa pada
penghianatan, bahkan pembunuhan, mewarnai setiap halaman demi halaman sampai
Ken Arok menjadi raja Jawadwipa. Cinta dan cita-cita Arok mempermaisuri Ken
Dedes putri Mpu Purwa, ahirnya menjadi kenyataan.
Sebagai
endorsment, cikal bakal banjir darah Tumapel diawali dari pengetahuan Tunggul
Ametung akan kecantikan Dedes yang luar biasa. Dengan kekuasaan dan jabatan, ia
menggondol paksa Ken Dedes dari ayahnya. Hal ini membuat Mpu Purwa (ayah
Dedes), sakit hati, tidak rela anaknya direbut, lantas menghujamkan ipat-ipat
pada Tunggul Ametung.
Politik
kekuasaan ken arok menggulingkan tahta Tunggul Ametung memang sangat brilian.
Seolah-olah ia lempar batu sembunyi tangan, menggunakan Kebo Ijo sebagai batu
lancip untuk menusuk Tungul Ametung. Ken Arok berlagak menyelamatkan kerajaan
Tumapel dari pemberontak, dengan menangkap dan membunuh Kebo Ijo. Sebab musabab
itulah yang melatar belakangi Arok memegang kekuasaan di Tumapel, sekaligus
membanjirnya darah Kadiri di Tumapel.
Novel
ini pantas dilihat serta dibaca setiap pemimpin penjuru nusantara, bagaimana
Ken Arok menjadi pemimpin yang mumpuni, mampu menjadikan Tumapel negara aman
tanpa teroris, menyediakan lumbung persediaan bahan pangan, pakaian bagi
seluruh rakyat, keamanan yang terjamin, mampu mengatasi problem rakyat, hingga
tak ada resah risau dari rakyat, apalagi yang mendemo, sangat mustahil jika
pemimpin yang mumpuni, digegerkan rakyat untuk turun takhta. []
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar