Jumat, 14 Maret 2014

Ken Arok, Banjir Darah Di Tumapel


Judul Buku: Ken Arok, Banjir Darah Di Tumapel
Penulis: Gamal Komandoko
Penerbit: Narasi Yogyakarta
Cetakan: 1, 2008
Tebal: 334 halaman



Darahku bergelora dan gairahku memuncak sejak bertemu dengannya, aku merasa yakin bahwa wanita bernama Dedes itu adalah takdir pendamping kejayaanku, seperti halnya aku yakin, bahwa darah Negeri Kadiri akan membanjiri Tumapel, sebagai tumbal yang akan membawaku ke puncak tertinggi takhta kekuasaan kerajaan Singasari.(endorsment)

Ambisi besar Ken Arok menguasai Negeri Kadiri, membuatnya harus membunuh akuwu Tunggul Ametung (suami Ken Dedes) sebelum menlenyapkan raja Sri Kretajaya yang berkuasa otoriter, angkuh dan semena-mena terhadap bawahan serta rakyatnya. Ken Arok muak, mual melihat tindak tanduk pemimpinnya. Suatu saat aku akan memenggal kepala raja kadiri yang angkuh itu. Akan ku injaak-injak lehernya sampai mampus. Dan aku akan berkuasa diseluruh daratan Kadiri yang penuh keindahan bumi dan harta yang melimpah ini; impian Arok kala remaja.
Dalam novel empiris: Ken Arok Banjir Darah Di Tumapael ini, Gamal Kamandoko menceritakan secara gamblang kehidupan Arok mulai Gembalawan (menggembala kerbau) hingga rajadiraja tunggal Jawadwipa. Padahal dulunya Arok adalah bayi yang ditemukan antara nisan-nisan kuburan tanpa seorang ibu menyertai.
Setelah peristiwa besar di Pura Agung (tempat sembahyang agama hindu) Astia alias Ken Endok, istri Resi Girinata, ibu Arok itu tak sadar disetubuhi penjaga pura (Pandhito). Astia meminta Jagat Pramudita (Gajah Para) putra nyi Colok untuk mengakuinya. Tentu saja Gajah Para kaget, ia menolak mengaku menghamili istri Resi Girinata itu. Hati Ken Endok terasa teriris-iris karena bayi dalam rahimnya tak ada yang mengakui. Penderitaan dan guncangan hidup membuatnya memilih jalan untuk kabur dari desa Pangkur tempat hidup bersama Resi Girinata, demi menyelamatkan diri dari hukuman mati karna ulah hinanya.
Malam yang sepi mencekam di tengah kuburan lahirlah Ken Arok. Sang bayi tanpa ayah itu di tinggalkan ibunya dalam lubang bersama tangisannya yang memecah keheningan malam. Mendengar tangisan misterius dari arah kuburan, ki Lembong, seorang pencuri ulung yang baik hati dari desa Lebak, menghampiri dan memungut bayi tergeletak penuh cahaya yang memancar dari mulutnya. Ia memberikan nama Jaka Temon (anak temuan) pada bayi itu.
Kasih dan sayang di curahkannya pada Temon hingga tampak dewasa dan gagah perkasa. Akan tetapi, Joko Temon yang dianggap oleh warga seorang keturunan Dewata Agung itu, tak mempunyai kelakuan baik, tiada hari tanpa berkelahi, bermain judi, hingga ludes semua harta ki Lembong dipakainya untuk taruhan. Rasa tak enak pada ki Lembong menyelimuti dirinya, dia kabur dan bertemu Bandar Bango Samparan (Bandar judi dari Madura), ini kesempatan bagi Jaka Temon untuk kembali duduk dimeja judi. Karena bakat alami pada dirinya yang agung, namanya dirubah menjadi Ken Arok oleh Bango samparan atas petunjuk Jagat Dewa Barata, sang dewa jagat raya.
Kisah insiden Banjir darah di negeri Tumapel, membuat buku ini menarik untuk dibaca. Pergolakan politik kekuasaan menjadi sajian utama. Percintaan yang membawa pada penghianatan, bahkan pembunuhan, mewarnai setiap halaman demi halaman sampai Ken Arok menjadi raja Jawadwipa. Cinta dan cita-cita Arok mempermaisuri Ken Dedes putri Mpu Purwa, ahirnya menjadi kenyataan.
Sebagai endorsment, cikal bakal banjir darah Tumapel diawali dari pengetahuan Tunggul Ametung akan kecantikan Dedes yang luar biasa. Dengan kekuasaan dan jabatan, ia menggondol paksa Ken Dedes dari ayahnya. Hal ini membuat Mpu Purwa (ayah Dedes), sakit hati, tidak rela anaknya direbut, lantas menghujamkan ipat-ipat pada Tunggul Ametung.
Politik kekuasaan ken arok menggulingkan tahta Tunggul Ametung memang sangat brilian. Seolah-olah ia lempar batu sembunyi tangan, menggunakan Kebo Ijo sebagai batu lancip untuk menusuk Tungul Ametung. Ken Arok berlagak menyelamatkan kerajaan Tumapel dari pemberontak, dengan menangkap dan membunuh Kebo Ijo. Sebab musabab itulah yang melatar belakangi Arok memegang kekuasaan di Tumapel, sekaligus membanjirnya darah Kadiri di Tumapel.
Novel ini pantas dilihat serta dibaca setiap pemimpin penjuru nusantara, bagaimana Ken Arok menjadi pemimpin yang mumpuni, mampu menjadikan Tumapel negara aman tanpa teroris, menyediakan lumbung persediaan bahan pangan, pakaian bagi seluruh rakyat, keamanan yang terjamin, mampu mengatasi problem rakyat, hingga tak ada resah risau dari rakyat, apalagi yang mendemo, sangat mustahil jika pemimpin yang mumpuni, digegerkan rakyat untuk turun takhta. []

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar