Senin, 24 Maret 2014

Soeharto di Bawah Militerisme Jepang

Judul: Soeharto di Bawah Militerisme Jepang
Penulis: David Jenkins
Penerbit: Komunitas Bambu
Tahun: I, November 2010
Peresensi: Andriadi Achmad*)


Soeharto merupakan salah satu nama besar yang tercatat sebagai bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Seoharto pernah memimpin bangsa Indonesia dalam rentang waktu relatif cukup panjang, yaitu selama 32 tahun (1966-1998).
Di bagian awal masa kepemimpinannya, Soeharto mampu mempersembanhkan torehan prestasi dalam bidang pembangunan—khususnya ekonomi.
Bahkan Indonesia di masa tahun ‘80- an pernah dinobatkan sebagai “Macan Asia” sehingga Soeharto dijuluki sebagai bapak pembangunan. Tetapi, di bagian akhir masa kekuasaannya, Soeharto dikenal sebagai pemimpin otoriter, bertangan dingin, dan antidemokrasi.
Melalui buku Soeharto di Bawah Militerisme Jepang ini, David Jenkins mencoba mengilustrasikan kisah sejarah perjalanan kehidupan Soeharto muda di usia awal 20-an pada masa pendudukan Jepang.
Sebagaimana dipaparkan dalam buku ini, pada awal tahun 1942, Pulau Jawa berada dalam keadaan bergejolak dan terjadi perubahan sosial politik tidak terduga.
Saat itu, kolonial Belanda menyerah tanpa syarat pada kekuatan Jepang. Terlukiskan bahwa kisah kekuasaan tanpa tantangan di Jawa selama 110 tahun itu berakhir hanya dengan delapan hari pertempuran.
Untuk lebih memahami gonjangganjing politik di masa Soeharto muda, penulis buku ini menyelipkan kisah bagaimana rakyat Jawa pada masa itu tersadar bahwa ternyata ada kekuatan lain yang melebihi superioritas bangsa Eropa, yaitu saudara tua sesama Asia (Jepang). Nilai-nilai mulia dan patriotisme sangat dipahami orang Jawa.
Jepang bertempur dengan ruh spiritual, semangat juang, dan tanggung jawab atas kewajiban suci epada Kaisar Jepang.
Hal ini telah membalikkan mitos keunggulan bangsa Eropa (Belanda). Lebih jauh, dalam buku ini, Soeharto diceritakan sebagai seorang pemuda yang penuh ketenangan, loyalitas, kecakapan, dan kesederhanaan.
Perilaku tersebut mampu memberi kesan mendalam bagi para instrukturnya, para perwira Jepang di Peta (Pembela Tanah Air).
Pada akhirnya hal itu menimbulkan kepercayaan dari pihak Jepang, Soeharto muda kerap mendapatkan tugas khusus dan penting. Dalam buku setebal 256 halaman ini, tersaji paparan cukup menarik dan bernilai lebih.
David Jenkins, seorang wartawan senior Australia, tidak mainmain mengumpulkan segala data. Bahkan dengan menyatukan ingatan tokoh-tokoh yang terlibat di masa muda Soeharto, yaitu para pejabat tentara ke-16 AD Jepang dan Beppan serta kolega-kolega Soeharto di Peta.
Dengan penelusuran melalui serangkaian wawancara, David Jenkins mendapatkan temuan-temuan menarik dan humanis, melengkapi daftar referensi yang membuat buku ini bukan sekadar sajian intelektual, tapi juga sebuah tuturan riwayat informatif atas seorang pemuda, berkat kecakapan sekaligus keberuntungannya sehingga menjadi seorang penguasa rezim Orde Baru. [*]

*) Mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI

Sumber:
Koran Jakarta, 22 Nopember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar