Sabtu, 22 Maret 2014

10 Menit Belajar Sains Lewat Film

Judul buku: 10 Menit Belajar Sains Lewat Film
Penyusun: Jeong Jae Seung (teks),
                Ma Jeong Won dan Park Chan Wu (ilustrasi)
Penerjemah: Ironika Sesela
Penerbit: BIP
Tebal: 193 halaman
Peresensi: Dian Basuki


Saian, Park Sine, dan Munjeah akhirnya dikirim oleh Ibu Guru Galak kepada Profesor Park. Tentu saja, itu terjadi setelah ketiga murid sekolah dasar ini terkena “marah besar” sang ibu guru yang mengajarkan sains. Penyebabnya sederhana tapi memusingkan: nilai masing-masing anak itu untuk mata pelajaran sains hanya 21, 35, dan 28, sehingga bila dijumlah pun, kata bu guru, “Tidak sampai 100!”
Profesor Park meminjami mereka sebuah game yang akan mengantar mereka berpetualang dalam dunia film. Robot terbang, yang menjadi pemandu, mengingatkan soal peraturan yang berlaku. Game ini, kata Robot, harus diselesaikan sampai tuntas jika mereka ingin kembali ke dunia nyata—mengingatkan pada film Jumanji.
Makhluk pertama yang mereka jumpai sesudah menekan tombol Start tanda memulai game tak lain adalah Godzilla. “Hei, bagaimana ini?” teriak Saian panik. Robot pun memberi tahu agar mereka mengocok dadu dan game akan menyebutkan apa yang harus dilakukan. Sembari berupaya menyelamatkan diri, mereka malah diharuskan menjawab soal “apa kesalahan fatal pada tubuh Godzilla sehingga dia tidak bisa berdiri kokoh.” Jika mereka mampu menjawab, mereka akan selamat dari kejaran Godzilla. Jawabannya diberikan oleh Park Sine: “Tubuh Godzilla sangat besar, tetapi ukuran telapak kakinya kecil, sehingga Godzilla tak mampu menopang tubuhnya.”
Begitu selamat dari kejaran Godzilla, mereka bertiga “terlempar” ke dalam film yang lain, kali ini jatuh tepat di atas tubuh hewan sangat besar, yang ternyata seekor dinosaurus. Begitu melihat dinosaurus, mereka bertiga pun teringat akan film Jurassic Park. Lantaran inilah, Saian— dengan sok tahu—langsung berkomentar bahwa kesalahan pada film itu ada pada judul filmnya; seharusnya ditulis Park Jurassic, bukan Jurassic Park (“Sama seperti atlet yang bernama Park Ji Sung, namanya selalu ditulis Ji Sung Park,” kata Saian. Tentu saja, Saian ngebodor, mungkin lantaran penulis teksnya orang Korea dan ilustratornya bernama Park Chan Wu).
Begitulah, setiap kali mereka berhasil menemukan kesalahan dalam sebuah film, mereka terlempar ke film berikutnya. Ada 12 judul film yang diambil oleh tim kreatif buku ini untuk disajikan sebagai arena petualangan Saian dan kawan-kawan, yakni Godzilla, Jurassic Park, Star Wars, Hollow Man, Bram Stockers Dracula, Superman, Air Force One + Swiri, Spiderman, Alien, Shaolin Soccer, Galaxy Express 99, dan Contact. Mereka bertiga harus menemukan kesalahan di masing-masing film itu bila ingin kembali ke dunia nyata.
Buku karya penulis dan illustrator Korea Selatan ini menarik dan mendidik, lantaran mengajak pembaca—anak-anak khususnya—untuk mencermati bahwa film-film terkenal yang kita tonton, seperti Superman, tidak sepenuhnya didasarkan atas logika ilmiah yang benar. Contohnya Superman. Bagaimana mungkin ia mampu menahan batu besar yang jatuh ke Bumi tanpa membuatnya terperosok ke dalam tanah saat menahan beban? Bukankah batu yang begitu berat akan membuat penahannya menahan dengan energi sangat besar dan sangat mungkin tubuhnya masuk ke dalam tanah? Saian dan kawan- kawan akhirnya tahu, yang namanya Superman itu cuma khayalan dalam film yang kadang- kadang menabrak logika keilmuan.
Disajikan berwarna, hemat kata, dan gambar yang menarik dan lucu, buku ini mengajak kita mempelajari sains dengan mencermati kesalahan- kesalahan dalam setiap film. Di setiap film yang dibahas, disertakan ikhtisar apa kesalahan yang ada dalam film tersebut. Boleh jadi, kesalahan itu disadari oleh pembuat film tersebut, namun karena ini “hanya film”, yang berarti sekadar tontonan dan hiburan, para produser dan sutradara serta penulis skenario mungkin tak terlampau mempedulikan kesalahan-kesalahan itu. Sayangnya, sebagian dari film yang dibahas adalah film orang dewasa, seperti Bram Stokers Dracula, Air Force One, Contact, dan Alien, yang mungkin tidak ditonton anak-anak.
Buku ini bukan hanya mengajak pembaca, khususnya anak-anak, untuk berpetualang, melainkan juga menimba banyak pegetahuan. Dengan belajar dari kesalahan pada film, teori sains yang rumit dapat lebih mudah dipahami. Contohnya ialah bagaimana pertarungan pesawat di luar angkasa dalam Star Wars begitu seru. Padahal, seperti dikatakan oleh Ibu Guru Galak, kita tidak akan mendengar suara mesin pesawat di luar angkasa karena di sana tidak ada udara sebagai medium perambat suara.
Atau film Dracula; dalam novel aslinya, drakula memiliki kekuatan yang sama dengan 20 orang. Berarti drakula harus meminum darah 50 orang dalam satu malam. Satu malam lamanya 12 jam, jadi setiap satu jam drakula harus mencapai empat orang supaya bisa bertahan hidup. “Bukankah itu sama dengan 200 liter darah? Kalau minum darah sebanyak itu pasti perutnya jadi kembung. Benar-benar hal yang mustahil,” ujar Ibu Guru Galak.
Dengan bahasanya yang kadang kocak dan konyol, karya seperti 10 Menit ini layak dipuji sebagai upaya mempopulerkan sains agar dimengerti dan diakrabi oleh publik, khususnya anak-anak. Jeong Jae Seung, penulis teks buku ini, adalah doktor lulusan Yale University, Amerika Serikat. Ia mengajar di Korean Science Technics School. Kekuatan Jae Seung ditopang oleh ilustrasi yang menarik oleh Ma Jeong Won, lulusan jurusan komik di Universitas Gyongmi, dan Park Chan Wu, seorang peneliti dinosaurus dan direktur seni di Museum Chonjurim dan sejumlah museum lain, dan tetap aktif sebagai ilustrator. [*]

Sumber:
Ruang Baca Tempo, 15 November 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar