Sebuah Era dengan
Kejadian-kejadian Penting
Oleh
Abdurrahman Wahid
Pada tahun 1919, HOS Tjokroaminoto bertemu tiap hari Kamis siang di Kota Surabaya dengan dua saudara sepupunya. Mereka adalah KH M Hasjim As'yari dari Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang dan KH A Wahab Chasbullah.Tjokroaminoto disertai menantunya Soekarno, yang kemudian hari disebut Bung Karno.
Mereka mendiskusikan hubungan antara
ajaran agama Islam dan semangat kebangsaan/ nasionalisme. Terkadang
hadir HM
Djojosoegito, anak saudara sepupu keduanya, yang kemudian hari (tahun
1928)
mendirikan Gerakan Ahmadiyah. Dari kenyataan-kenyataan di atas dapat
dipahami
mengapa Nahdlatul Ulama didirikan tahun 1926, selalu mempertahankan
gerakan
tersebut.
Di kemudian hari, seluruh gerakan Islam
itu dimasukkan ke elemen gerakan yang berupaya memperjuangkan
kemerdekaan
Indonesia. Itu adalah perkembangan sejarah. Ada generasi kedua dalam
jajaran pendiri
negeri kita, yaitu Kahar Muzakir dari PP Muhammadiyah, KH Abdul Wahid
Hasyim
dari NU, dan HM Djojosoegito (pendiri gerakan Ahmadiyah).
Tiga sepupu yang lahir di bawah
generasi KH M Hasjim As'yari itu banyak jasanya bagi Indonesia. Mereka
banyak
mengisi kegiatan menuju kemerdekaan negeri kita. Setelah wafatnya
Djojosoegito,
muncul letupan keinginan membubarkan Ahmadiyah,tanpa mengenang jasajasa
gerakan
itu di atas. Padahal dalam jangka panjang,jasa-jasa itu akan diketahui
masyarakat kita.
Dalam melakukan kegiatan,mereka tidak
pernah kehilangan keyakinan. Apa yang mereka lakukan hanya untuk
kepentingan
Indonesia merdeka.Karena itu,segala macam perbedaan pandangan dan
kepentingan
mereka disisihkan.Mereka mengarahkan tujuan bagi Indonesia. Mereka terus
menjaga
kesinambungan gerakan yang ada,guna memungkinkan lahirnya sebuah
kekuatan yang
terus menggelorakan perjuangan.
Hingga kemudian,NU melahirkan sebuah
media pada 1928yangdinamai SoearaNU. Hal itu dilakukan guna memantapkan
upaya
yang ada.Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dipakai untuk kepentingan
tersebut.
Dalam nomor perdana majalah Soeara NU, KH Hasjim As'yari
menyatakan
bahwa ia menerima penggunaan rebana dan beduk untuk keperluan memanggil
salat.
Namun, dia menolak penggunaan kentungan
kayu. Menurutnya, penggunaan beduk dan rebana didasarkan pada sesuatu
yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW.Sementara penggunaan kentungan kayu tidak
ada
dasarnya.Hal ini disanggah oleh orang kedua NU waktu itu, yaitu KH Faqih
dari
Pondok Pesantren Maskumambang di Gresik.
Hal itu dimuat sebagai artikel balasan
dalam media "Soeara NU"edisi selanjutnya.KH Faqih menyatakan,
"Apakah KH Hasyim lupa pada dasar pembentukan hukum dalam NU, yaitu
Alquran,hadis, ijmak,dan qiyas?" Segera setelah itu, KH Hasyim
As'yari mengumpulkan para ulama dan santri senior di Masjid Tebuireng.
Dia menyuruh dibacakan dua artikel di
atas.Kemudian, dia mengatakan, mereka boleh menggunakan pendapat dari KH
Faqih
Maskumambang asalkan kentungan tidak dipakai di Masjid Pondok Pesantren
Tebuireng itu. Terlihat di sini betapa antara para ulama NU itu terdapat
sikap
saling menghormati meski berbeda pendirian.
Hal inilah yang harus kita teladani
dalam kehidupan nyata. Penerimaan akan perbedaan pandangan sudah
berjalan
semenjak Fahien memulai pengamatannya atas masyarakat Budha di Sriwijaya
dalam
abad ke-6. Prinsip ini masih terus berlanjut hingga sekarang di negeri
kita dan
hingga masa yang akan datang. Sudah pasti kemerdekaan kita harus
dilaksanakan
dengan bijaksana dan justru digunakan untuk lebih mengokohkan perdamaian
dunia.
Karena itu, diperlukan kemampuan
meletakkan perdamaian dalam penyusunan politik luar negeri,yang diiringi
dengan
tujuan memperjuangkan kepentingan bersama. Bukankah dengan demikian
menjadi
jelas bagi kita bahwa menerima perbedaan pendapat dan asal-muasal
bukanlah
tanda kelemahan, melainkan menunjukkan kekuatan.
Bukankah kekuatan kita sebagai bangsa
terletak dalam keberagaman yang kita miliki?
Marilahkitabangunbangsadankita
hindarkan pertikaian yang sering terjadi dalam sejarah. Inilah esensi
tugas
kesejarahan kita, yang tidak boleh kita lupakan sama sekali. []
*) Dimuat di Seputar Indonesia , Selasa 21 April 2009
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar