|
Judul: Tijaratan Lan Tabur Perniagaan
Tiada Rugi
Penulis : Haji Lalu Ibrohimi M.T. Penerbit: LKiS Pustaka Pesantren Cetakan : I, Oktober 2012 Tebal: 212 Halaman: 12x18 cm ISBN: 13: 978-602-8995-12-2 Peresensi: Junaidi*) |
“Manusia
tempat salah dan lupa”. Dari kalimat tersebut sudah jelas bahwa manusia
merupakan makhluk yang lemah dan tidak memiliki kemampuan apa-apa di kala
menghadapi keadan yang demikian. Namun meski kita sebagai manusia yang memiliki
kelemahan juga memiliki kelebihan yang makhluk lain seperti malaikat tidak
memilikinya, akal dan nafsu. Maka dari itulah sebagai manusia yang memiliki
akal harus mampu mengendalikan nafsu yang selalu mengarah pada hal-hal yang
keji. Beda dengan malaikat yang hanya memiliki akal dan tidak memiliki nafsu.
Memang terkadang akal dan nafsu sering berlawanan. Kadang akal yang menang,
kadang pula nafsu yang menang.
Dalam
berbuat kebaikan biasanya yang paling dominan adalah nafsu yang didahulukan.
Sehingga perasaan untuk melakukan kebaikan selalu gagal jika nafsu yang sering
mendominasi akal. Namun, jika manusia sadar dengan kabiakan itu, maka nafsu
akan terkalahkan. Tentunya kita harus menggunakan akal untuk berpikir lebih
kritis menghadapi nafsu yang selalu menguasai berbagai situasi dan kondisi.
Selain
itu pula untuk lebih mendominasikan akal daripada nafsu kita harus memperbanyak
mendapat nasehat sebagai penggugah jiwa agar selalu untuk melakukan kebaikan
untuk sesama. Nasehat dan penyadaran diri ini bisa kita dapatkan dari
orang-orang yang ahli dalam memberikan fatwa dan siraman-siraman jiwa agar
menyadari bahwa kita sebagai manusia harus saling berbuat kabaikan.
Memang
sangat banyak hal-hal yang bisa mendominasikan akal daripada nafsu selain
nasehat-nasehat dari ulama’ dan ahli nasehat jiwa. Kita juga bisa mendapat
nasehat yang baik dari berbabagai buku-buku literatur yang inspiratif mengenai
berbuat baik antar sesama. Salah satunya yaitu buku yang ditulis oleh Haji Lalu
Ibrohim M.T. dengan judul Tijaratan Lan Tabur Perniagaan Tiada Rugi
yang berisi kisah-kisah inspiratif tentang keajaiban sedekah dan bahaya sifat
kikir yang sering dilakukan oleh umat manusia.
Sebagai
pengingat dan pengetuk hati kita dikisahkan dalam buku ini bahwa sejak zaman
dahulu ada pasangan keluarga yang miskin. Namun, cahaya keimanannya masih terpancar
begitu cerah dari keluarga tersebut. Mereka sering melakukan puasa Asyura’.
Pada suatu hari ketika akan berbuaka puasa, kepala keluarga tersebut mencari
rezeki ke toko-toko untuk berbuka nanti pada waktu maghrib. Dia mengahampiri
salah satu toko, kemudian pemiliknya dengan senang hati membuka pintunya, dia
menyangka yang datang pembeli. Namun karena yang datang hanyalah seorang
pengemis perhatiannya kurang.
Pada
saat itulah pengemis meminta satu dirham untuk dibelikan makan buka bersama
keluarganya. Namun sayang, permintaannya sia-sia belaka, hingga lelaki itu
menangis. Lalu dilihatlah lelaki miskin itu oleh salah satu pemiliki toko
sebelah, yaitu orang Yahudi. Kemudian orang Yahudi itu memberi sepuluh dinar
untuk lelaki miskin itu. Pada suatu malam pemiliki toko yang pelit dan orang
Yahudi itu bermimpi yang sama. Bahwa sebenarnya pemiliki toko yang kikir itu
ditakdirkan masuk surga, namun karena tidak memberi shadakah hingga pengemis
itu menangis maka surga yang menjadi bagiannya kini dihapus dengan kucuran air
mata pengemis tadi, dan digantikan pada orang Yahudi yang memberi sepuluh dinar
pada lelaki miskin tadi.
Kemudian
orang yang kikir itu mendatangi orang Yahudi yang bersedekah sepuluh dinar pada
lelaki miskin itu dan menanyakan berapa jumlah uang yang telah diberikan akan
diganti dengan uang yang labih banyak lagi. Namun sayang, orang Yahudi itu
tidak mau karena dia tahu sudah mendapat jaminan surga dari mimpinya. Sehingga
dengan mimpi itulah orang Yahudi tersebut masuk agama Islam (Hal. 11-18).
Dari
kisah tersebut betapa sangat merugi orang-orang yang tidak mau bersedekah dan
saling berbagi antar sesama, terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan
bantuan untuk ibadah dan keberlangsungan hidup. Bersedekah tidak akan
mengurangi harta sedikitpun, karena jika harta kita digunakan untuk bersedekah
akan berkembang dengan mendapat balasan (rezeki) dengan perantara alam yang
lainnya sejak hidup di dunia. Selain itu pula setelah kita mati dan berada di
akhirat harta yang kita bagikan akan kembali dengan berlipat ganda.
Dari
kisah-kisah dalam buku ini pembaca akan diajak akan lebih sadar mana yang lebih
banyak manfaatnya bagi kehidupan di dunia dan khususnya kelak di akhirat yang
kekal selamanya, yaitu agar bersedekah. Nafsu akan melarang kita bersedekah,
namun dengan akal itulah kita harus mampu berpikir lebih kritis dan kreatif
mengahadapi nafsu yang hanya akan membawa kita pada kerugian besar. Terkadang
hati kita terketuk dengan membaca buku-buku inspiratif yang bisa memberi
semangat untuk hidup bersama, saling berbagi apa yang kita miliki di dunia
sebagai bekal untuk kehidupan kelak di kala sudah meninggal dunia.
Buku
karya Haji Lalu Ibrohimi M.T. ini berisi serumpun cerita tentang orang-orang
yang memiliki keyakinan dalam berniaga dengan Tuhannya. Mereka meminjami Allah
dengan bersedekah, mereka pun mendapat balasan yang jauh lebih melimpah.
Kisah-kisah dalam buku ini akan memberi pemantapan rasa percaya bahwa Allah tak
akan pernah melupakan sedekah kita. Bahwa selalu ada ganjaran dari uluran
tangan yang penuh keikhlasan.[*]
*) Pegiat organisasi keislaman fakultas Adab IAIN
Sunan Ampel Surabaya.
Sumber:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar