Judul
Buku: Muhammad dan Karl Marx
Tentang Masyarakat Tanpa
Kelas
Penulis: Munir Che Anam Penerbit: Pustaka Pelajar Cetakan: Pertama, Maret 2008 Tebal: 289 Halaman Peresensi: Muhibin A.M.*) |
Kemiskinan,
eksploitasi ekonomi, feodalisme dan perbudakan telah menyebabkan stratifikasi
sosial yang tidak adil, terutama bagi masyarakat proletar. Para kapitalis dan
golongan borjuis lainnya, secara terstruktur menindas golongan lemah, mereka
memanfaatkan golongan orang-orang yang lemah ini untuk mengeruk keuntungannya
sendiri. Sehingga kemiskinan yang terstruktur ini tak pernah reda dan selalu
mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Tindakan pengeskploitasian tenaga
orang-orang miskin yang dibayar rendah ini kemudian menimbulkan gerakan perlawanan
yang menuntut keadilan dan persamaan hak di antara sesama warga negara.
Kehadiran
Karl Marx di tengah-tengah sibuknya pengeksploitasian ekonomi atas orang-orang
miskin ini, memberikan angin perubahan bagi mereka. Maka, kemudian ajaran
sosialisme yang dibawa Marx, pada satu sisi, mendapat sambutan yang
menggembirakan dari para kaum proletar. Sementara, pada sisi yang lain,
terutama bagi para kapitalis, kemuculan Marx di tengah-tengah kaum miskin ini
merupakan sebuah ancaman besar yang menawarkan nasib suram atas masa depan
mereka.
Sosialisme
yang digagas Marx mencoba untuk mengangkat derajat orang-orang miskin yang
tertindas dan mendirikan masyarakat egaliter di tengah-tengah gempuran pengaruh
kapitalisme Barat. Ajaran sosialismenya mencoba untuk menghapuskan sistem
stratifikasi sosial di tengah-tengah masyarakat yang selama ini hanya
menguntungkan para kaum borjuis-kapitalis dan merugikan kaum miskin.
Bahkan,
hingga saat ini, sosialisme yang diperkenalkan Marx masih memiliki posisi yang
sangat dominan di beberapa wilayah negara di belahan dunia, yang meskipun pada
Perang Dunia II telah dimenangkan ideologi demokrasi yang dibawa Amerika
Serikat dan para sekutunya yang merupakan kaum-kaum kapitalis.
Berkaca
pada Indonesia sendiri yang menganut Demokrasi Pancasila, pengaruh ajaran Marx
pernah menjadi sebuah kekuatan yang sangat penting, yang dipelopori Partai
Komunis Indonesia (PKI). Bahkan, presiden pertama Indonesia Soekarno,
disinyalir memiliki kedekatan tersendiri dengan kalangan komunis, yang kemudian
dia rintis untuk mencoba menggabungkan tiga pemikiran kenegaraan yang
berkembang di Indonesia saat itu, yakni paham Nasionalis, Agamis dan Komunis ke
dalam satu kekuatan ideologi baru yang kemudian lebih dikenal dengan Nasakom.
Dalam
pandangan Islam, sosialisme yang diusung Marx dengan ajaran persamaan kelas
ini, pada dasarnya tidak memiliki perbedaan pandangan yang cukup berarti dengan
ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad. Menurut Hasan Hanafi, dalam memberikan
pengertian masyarakat tanpa kelas ini, mengatakan bahwa masyarakat tanpa kelas
atau egaliter, yang dalam istilah Marx adalah sosialisme, yakni kehidupan
masyarakat yang menempatkan semua anggota warganya pada posisi yang setara,
tidak ada orang yang kuat, superior dan inferior, penindas dan tertindas.
(Hasan Hanafi, Islam in the Modern World, Volume II)
Dalam
catatan sejarah, penyebaran Islam awal di Mekah, sebelum Muhammad hijrah ke
Madinah, tercatat bahwa masyarakat Mekah yang mayoritas para hartawan/kapitalis
pada saat itu, menolak agama baru yang dibawa Muhammad dengan alasan karena
lebih adanya ketakutan terhadap ajaran egalitarian yang ditawarkan. Persoalan
yang timbul antara kelompok elit Mekah dengan Muhamad, sebenarnya bukan seperti
yang banyak kita pahami selama ini, yakni hanyalah persoalan keyakinan yang
diwariskan nenek moyang mereka. Karena, pada dasarnya, mereka mengakui adanya
Allah yang telah memerintahkan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk membangun Kakbah,
bahkan mereka sangat menghormati kesuciannya, dan melakukan tawaf di
sekelilingnya. Tetapi, penolakan mereka atas ajaran Muhammad, terlebih pada
persoalan yang bersumber pada ketakutan terhadap konsekuensi sosial ekonomi,
dari ajaran Muhammad itu sendiri, yang melawan segala bentuk dominasi ekonomi,
pemusatan dan monopoli harta, penimbunan dan pemborosan serta perbudakan. (HR.
Abu Dawud).
Inilah
karakteristik sosialisme Islam yang terwakili oleh hadirnya para nabi yang
memiliki tujuan untuk membebaskan kaum lemah dan tertindas, memproklamasikan
kebenaran, membangun orde-orde sosial atas dasar kesamaan hak, keadilan sosial,
dan persaudaraan. (halaman: 137).
Dengan
demikian, Muhammad hadir di tengah masyarakat bukan sekedar mengajarkan
kepatuhan kepada Tuhan atas wahyu yang dibawanya. Namun, Muhammad juga
memobilisasi dan memimpin masyarakat untuk melawan ketimpangan sosial. Dalam
iklim masyarakat kapitalistik-eksploitatif, Muhammad bersama para pengikutnya
kaum tertindas berjuang untuk menyuarakan persamaan, persaudaraan, dan
keadilan.
Islam
sesunguhnya telah mengajarkan tentang penghapusan kelas-kelas sosial 1200 tahun
sebelum Marx mengangkatnya ke permukaan, yang kemudian dikenal dengan
sosialisme. Dalam sejaran Islam, Abu Zar adalah salah seorang tokoh pencetus
pemikiran sosialis Islam periode Muhammad.
Muhammad
dan Marx adalah ‘nabi’ bagi para pengikutnya masing-masing. Keduanya sama-sama
mengajarkan sosialisme dan melawan segala bentuk kapitalisme. Dalam ajaran
Islam, derajat seseorang tidak diukur berdasarkan tigginya stratifikasi sosial
di masyarakatnya. Tetapi, keimanan seseoranglah yang manjadi barometer tinginya
derajat seseorang di hadapan Tuhan. Maka, tak heran jika pangikut Muhammad pada
periode Mekah lebih banyak diikuti orang-orang dari golongan stratifikasi
sosial yang paling rendah, seperti orang-orang miskin dan para budak yang
menjadi ajang penindasan bagi para kapitalis Mekah.
Bertitik
tolak pada persoalan di atas, buku yang setebal 289 halaman ini mencoba untuk
memberikan pemahaman serta analisis mengenai ajaran-ajaran yang dibawa Muhammad
dan Marx tentang masyarakat tanpa kelas. Setidaknya, dengan hadirnya buku ini,
akan lebih dapat memahami bahwa sosialisme yang dibawa Marx telah lebih dulu
diserukan Muhammad. Dan, Marx hanyalah penerus perjuangan Muhammad dalam
menghapuskan stratifikasi sosial yang hanya menguntungkan kaum kapital.[*]
*) Peresensi adalah Staf Peneliti pada FKiY Yogyakarta
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar