Judul: Negara Kelima
Pengarang: Es Ito Penerbit: Serambi Cetakan: Oktober 2005 Halaman: 520 ISBN: 979-16-0095-3 |
Pernahkah
anda mendengar bahwa kepulauan Indonesia adalah salah satu lokasi yang mungkin
sebagai sisa-sisa dari Atlantis kuno? Pernahkah anda menyimak cerita Tambo dari
Minang, yang mengatakan bahwa orang Minang adalah keturunan Iskandar Agung? Dan
pernahkah anda mendapati orang-orang yang yakin akan adanya kekuatan dari
leluhur Nusantara yang suatu saat akan membangkitkan kembali kejayaan Nusantara?
Hal-hal
yang berbau mitos yang ada dan menyebar di masyarakat itu menjadi latar
belakang utama yang membentuk cerita novel "Negara Kelima" terbitan
Serambi ini. Tapi tidak lantas novel ini menjadi kisah fantasi penuh mistis.
Ini adalah novel tentang kriminalitas dan radikalisme yang dilatarbelakangi
oleh interpretasi baru terhadap sejarah Nusantara.
"Es
Ito, lahir pada tahun seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ibunya seorang
petani, bapaknya seorang pedagang". Hanya itu yang tertulis pada profil
penulis novel ini. Singkat, tidak berlebihan, tidak ingin menonjolkan apapun
selain kesederhanaan. Tidak berusaha memberikan pretensi apapun sebelum pembaca
tuntas mengikuti kisah yang ia tuturkan di novel ini.
Cuplikan Kisahnya
Tiga
orang gadis muda dan seorang perwira polisi terbunuh dalam jangka waktu
beberapa hari. Kejadian itu terjadi setelah sebelumnya pihak kepolisian
menggerebek markas suatu kelompok radikal yang baru saja melakukan teror di
jaringan internet. Simbol dari kelompok tersebut digoreskan oleh pelaku
pembunuhan di tubuh dua orang korban. Inspektur Timur Mangkuto, sahabat dari
perwira polisi yang terbunuh, malah dicurigai sebagai pelaku pembunuhan.
Pasalnya ia terlihat bersama dengan korban sesaat sebelum pembunuhan terjadi
dan meninggalkan sidik jari. Timur Mangkuto pun sekaligus dicurigai sebagai
anggota kelompok radikal tersebut yang disusupkan ke jaringan kepolisian.
Sebelum
sempat tertangkap, Timur Mangkuto berhasil meloloskan diri dan segera menjadi
buronan polisi nomer satu. Sementara dua orang anggota kelompok radikal yang
tertangkap dalam penggerebekan, tidak mau berbicara banyak meskipun telah
ditekan dengan keras. Mereka hanya berbicara tentang teka-teki lima buah negara
yang mereka hafal luar kepala tapi tidak mereka ketahui jawabannya.
Dalam
pelariannya Timur Mangkuto bertemu dengan Eva Duani, seorang ahli sejarah
Indonesia. Bersama Eva Duani dan dipandu oleh ayahnya, Profesor Duani Abdullah,
Timur Mangkuto berusaha menguak teka-teki lima negara untuk membongkar
keberadaan kelompok radikal yang telah menjebaknya demi membersihkan nama baik.
Usaha
menguak teka-teki lima negara itu mengharuskan mereka meneliti kitab Dialog
"Timaues and Critias" karya Plato tentang negeri Atlantis yang
hilang, mendengarkan dan mencari petunjuk dari sastra lisan Tambo dari
Minangkabau, menerjemahkan prasasti Kedukan Bukit, menelusuri kitab Pararaton,
dan meminta keterangan dari saksi sejarah atas pembentukan Pemerintahan Darurat
RI di Sumatera pada tahun 1948.
Penuh Ketegangan dan Kejutan
Dikisahkan
dalam ritme yang cepat penuh dengan ketegangan dan kejutan. Alur cerita dipecah
menjadi tiga bagian yang dituturkan silih berganti. Satu bagian merekam
kejadian-kejadian yang dialami Timur Mangkuto dan Eva Duani dalam pelariannya.
Bagian yang lain mengisahkan bagaimana para polisi mengejar Timur Mangkuto
sembari juga berusaha memecahkan teka-teki. Dan pada bagian lain lagi
dituturkan rentetan kegiatan dari kelompok radikal yang sedang berusaha
mewujudkan ambisi besarnya.
Peristiwa
demi peristiwa disusun dan direncanakan dengan baik. Tidak ada peristiwa
tempelan yang tidak akan menjadi satu bagian petunjuk dari inti cerita.
Ketegangan dibuat berlapis-lapis dari setiap bagian cerita. Pembaca serasa
tidak diberi kesempatan mengambil nafas untuk tenang sejenak.
Di
samping menyuguhkan ketegangan, novel ini juga menyodorkan seabreg fakta dan
informasi dari berbagai dokumen dan narasumber sebagai hasil dari usaha
pemecahan teka-teki. Fakta dan data yang benar-benar ada di kehidupan nyata itu
dijalin dengan rapi oleh penulis, saling tersambung satu sama lain. Hingga
akhirnya menyibak tabir tebal yang selama ini menutupi sejarah Nusantara kuno.
Kesimpulan
akhir yang diberikan penulis bisa dikatakan sebagai interpretasi baru terhadap
sejarah Nusantara. Berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber yang
tampak cukup akurat, penulis mengajukan kesimpulan akhir yang cukup
mengejutkan. Tapi dengan membalutnya dalam sebuah kisah fiksi, tentunya penulis
bebas membentuk dan menawarkan kesimpulan besar itu tanpa perlu mempertanggungjawabkannya
di hadapan forum akademik.
Bayang-bayang
Dan Brown dan Minangkabau
Terasa
ada bayang-bayang dari novel bestseller international "Da Vinci Code"
dalam cara penulisan novel ini. Pembagian cerita dalam bab-bab pendek yang
bergantian mengisahkan bagian yang berbeda, dan ending setiap bab yang dibuat
menggantung, mirip dengan cara Dan Brown bertutur dalam "Da Vinci
Code". Inti cerita kedua kisah tersebut juga sama-sama mengajak pembaca
untuk memandang bukti-bukti sejarah dari sisi yang lain dan akhirnya menemukan
persepsi baru terhadap sejarah. Tetapi karena tema dan obyeknya sangat
berlainan dan tidak terkait satu sama lain, novel ini tetap bisa memilki
identitasnya sendiri.
Acungan
jempol patut disampaikan kepada penulis yang telah mengumpulkan sekian banyak
data, menjajarkannya satu demi satu ke hadapan pembaca, dan menjalin data-data
itu dalam suatu rangkaian untuk membentuk kesimpulan.
Novel
ini juga terasa sangat "Minang centris". Pelaku-pelaku protagonisnya
adalah orang-orang keturunan Minang. Data-data yang dikupas untuk memecahkan
teka-teki hampir semua terkait dengan tanah Minang. Adat dan tata pemerintahan
Minangkabau yang dibahas lengkap di novel ini dipuji sebagai pemerintahan ideal
yang menjadi idaman Plato. Mungkin ini adalah suatu bentuk pemberontakan dan
protes atas kondisi bangsa yang saat ini sangat "Jawa centris".
Menyentil
Banyak Pihak
Beberapa
isu hangat saat ini menjadi bagian yang membentuk novel ini. Aparat yang korup
dan sibuk berebut harta dan kedudukan. Ilmuwan yang tunduk kepada uang.
Penghargaan yang rendah atas benda2 peninggalan sejarah. Labilnya jiwa anak
muda, yang pada satu sisi menjadi orang-orang radikal membela apa yang
diyakininya secara membabi buta, dan pada sisi yang lain ada yang menjadi
orang-orang hedonis pencari kenikmatan sesaat tanpa tujuan hidup yang berarti.
Sementara
ide utama cerita yang mengajak pembaca untuk mengungkap sejarah dari sisi lain,
akan membuka mata pembaca lebar-lebar. Meskipun kebenarannya mungkin belum bisa
dipastikan, tapi paling tidak akan menyadarkan pembaca bahwa kisah sejarah itu
jika dilihat dari sisi yang lain dapat memunculkan persepsi yang sangat
berbeda. Dan jika sejarah adalah tempat suatu bangsa untuk belajar dan
bercermin, tentunya pemutarbalikan sejarah demi kepentingan penguasa adalah hal
yang berbahaya bagi masa depan bangsa tersebut.
Novel
ini bisa jadi akan menimbulkan kontroversi di kalangan sejarawan dari sisi
kevalidan data sejarah dan interpretasi yang ditawarkan penulis. Tapi bagi
pembaca yang menyukai kisah tegang dan mau sedikit membuka pikiran untuk
hal-hal baru yang kontroversial, novel ini adalah bacaan yang akan menyita
perhatian. Meskipun mungkin akan muncul ganjalan tentang kenapa sejarah
nusantara harus dikaitkan dengan mitologi Yunani. [*]
*) Baihaqi
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar