Judul:
Perempuan Suarakan Hatimu!
Motivasi Diri bagi Perempuan
Penulis: Rose Heart Penerbit: Rose Heart Publishing Tahun: I, Maret 2011 Tebal: 506 halaman |
Mengungkapkan isi
hati bagi seorang perempuan pada masyarakat dalam budaya Timur adalah tabu.
Padahal, banyak galau dalam pikiran perempuan yang ingin dia teriakkan.
Khawatir dicap tidak “baik” menurut adat dan tata krama yang dijunjung tinggi,
perempuan menyimpan rapat-rapat kegalauan itu. Tanpa disadarinya, hal itu
menjadi penyakit yang melukai hati.
Melalui buku
Perempuan Suarakan Hatimu! ini, Rose Heart atau Risa Amrikasari ingin mengajak
kaum perempuan untuk tidak perlu khawatir bila ada ajakan bagi kaumnya untuk
berpikiran terbuka dan berani ambil sikap demi kebahagiaan dirinya sendiri sebagai
makhluk ciptaan Tuhan. Ajakan yang disuarakan melalui 50 artikel yang pernah
dia tulis dalam blog pribadinya, www.perempuanindonesia. org itu, bukan
bermaksud untuk mengajak kaum Hawa melawan arus atau melawan kodrat sebagai
perempuan, namun ajakan itu dirasa perlu untuk mengajak perempuan agar lebih
mencintai dirinya sendiri sehingga pada akhirnya bisa lebih mencintai orang
lain.
Tulisan yang dibuat
dengan gaya penuturan kepada sahabat ini mengungkap kebiasaan-kebiasaan
masyarakat, dalam keseharian. Kebiasaan itu ditelan begitu saja, kendati
menyakitkan dan membuat perempuan terpojok tak berdaya. Melalui pengembaraan
batin dalam siklus kehidupan yang dia alami, Risa yang kini adalah orang tua
tunggal, mencoba mengupas satu per satu permasalahan yang akrab dalam pergaulan
antara perempuan dengan lingkungan masyarakat, juga perempuan dengan pasangan
hidupnya.
Pengembaraan Risa
diperkaya dengan pengalamannya menikmati hidup dalam masyarakat Barat yang
lebih terbuka. Sehingga dia bisa memberikan sudut pandang lain, layaknya sebuah
tips tatkala perempuan menghadapi situasi yang membuatnya kurang nyaman, bahkan
mengarah kepada kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang tak pernah
disadarinya. Dalam bab satu, Risa membuka buku ini dengan cerita tentang pertanyaan
lazim bagi perempuan yang sudah cukup umur namun belum juga menikah: Kapan Nih
Undangannya? Sekali, dua kali, tiga kali, mungkin tak jadi soal.
Tapi bagaimana jika
pertanyaan seperti itu terlalu sering dilontarkan? Pertanyaan tersebut jelas
mengganggu Risa yang pasti juga akan mengganggu kaum lajang yang sudah cukup
umur untuk kawin bila mendapatkannya. Melalui buku ini, Risa mengajak siapa pun
yang sering melontarkan pertanyaan itu kepada teman atau keluarga atau
orang-orang yang dikenalnya dengan pertanyaan itu untuk menelaah kembali,
apakah pertanyaan semacam itu penting? Risa mengajak pembaca menempatkan diri
dalam posisi orang yang mendapatkan pertanyaan tersebut, dan mempersilakan
menjawab sendiri pertanyaan itu.
Bisa jadi tak akan
ada jawaban ditemukan, hanya beban yang dirasakan. Tulisan lepas yang kemudian
digabung menjadi satu alur dalam siklus kehidupan kaum perempuan ini juga masuk
ke ranah pribadi yang lebih intim. Tentang pasangan suami istri yang sudah
tidak mesra lagi. Mengapa justru dalam hubungan yang halal, kemesraan tidak
lagi dipertontonkan? Sehingga ada anekdot, pasangan tua yang terlihat mesra di
tempat umum dipastikan adalah pasangan selingkuh. Memprihatinkan.
Peresensi adalah
Titi Kusrini, pemerhati masalah perempuan. [*]
Sumber:
Koran Jakarta, 06
Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar