Judul: Perempuan
Penulis: M Quraish Shihab Penerbit: Lentera Hati, 2009
Peresensi: Susie Evidia Y
|
Tanpa perempuan,
bayi tak akan lahir, dan yang lahir pun tidak merasakan kasih sayang. Tanpa
perempuan, masa muda lelaki menjadi gersang, masa matangnya menjadi hampa, dan
masa tuanya menjadi penyesalan.
Memang, Allah
menciptakan perempuan –sebagai istri, ibu, atau anak– untuk dicintai lelaki.
(Demikian pula sebaliknya). Saking istimewanya, dalam Quran tersedia surat
khusus membahas perempuan; QS Annisa.
Semua lelaki,
sekalipun para nabi, harus mengakui bahwa keberadaan perempuan sangat
dibutuhkan. Salah satunya untuk menyalurkan cintanya.
Sedemikian penting
keberadaan perempuan, sesama lelaki bersedia bertarung memperebutkannya.
Bukankah, pembunuhan yang terjadi pertama kali di dunia ini karena perebutan
perempuan?
Banyak yang
menganggap perempuan makhluk misterius. Di satu sisi, daya tariknya luar biasa,
menjadikan dunia ini indah penuh warna. Namun di sisi lain, kehadiran kaum hawa
ini malah dilecehkan. Banyak yang menganggap perempuan tak layak disejajarkan
dengan lelaki, perempuan sebagai makhluk penggoda, penghancur, bahkan perusak
dunia.
Bias-bias terhadap
sosok perempuan telah berlangsung lama. Tak jarang, dalih agama dijadikan
bemper untuk mengurangi hak-hak perempuan.
Sebaliknya, mereka
yang memberi hak-hak malah melebihi kodrat perempuan. Tak jarang pula kodrat
tersebut mengalami bias ketika berhadapan dengan teks keagamaan, menggunakan
logika baru yang keliru, tidak sejalan dengan teks, jiwa, dan tuntunan agama.
Bias terjadi pula
akibat semangat menggebu-gebu dari kelompok yang memperjuangkan demokrasi.
Mereka menuntut persamaan hak tanpa memperhatikan perincian yang menyertai
objek dan subjek yang dihadapinya.
Kelompok ini
mengaitkan demokrasi dengan mengabaikan tuntunan agama. Karena pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan tuntunan agama, dinilai tidak dapat didasarkan
atas pandangan mayoritas, karena agama adalah tuntunan Ilahi.
Lelaki dan
perempuan adalah manusia yang sama, karena keduanya dilahirkan dari sumber yang
sama, ayah dan ibu. Keduanya pun sama-sama berhak memperoleh penghormatan
sebagai manusia.
Adanya perbedaan
tidak mengurangi kedudukan satu pihak dan melebihkan pihak yang lain. Persamaan
di sini diartikan kesetaraan. Bila kesetaraan telah terpenuhi, berarti keadilan
telah tegak.
Di kalangan pemikir
kontemporer sepakat, perlunya mendudukkan perempuan pada kedudukan yang
sebenarnya. Memberikan perempuan peran –tak hanya dalam kehidupan rumah tangga–
melainkan juga kehidupan bermasyarakat. Semua pihak mengakui perlunya keadilan,
kebebasan, kemajuan, dan pemberdayaan perempuan.
Quran menegaskan,
”Sesungguhnya Aku (Allah) tidak menyia-nyiakan amalan orang-orang yang beramal
di antara kamu, baik seorang laki-laki maupun perempuan.” (QS Ali Imran:195).
Jelaslah dalam Islam tidak ada perbedaan bagi keduanya. Di mata Allah,
lelaki-perempuan sama-sama makhluk ciptaan-Nya, amalan dan ibadah yang
membedakan keduanya.
Demikian tegasnya
Islam terhadap kesetaraan lelaki dan perempuan, namun masih ada ulama dan umat
yang menafsirkan ungkapan yang menyudutkan perempuan. Di antaranya,
‘keberhasilan iblis menggoda manusia tercapai melalui perempuan’. Bahkan masih
banyak yang menduga, perempuanlah yang menyebabkan manusia diusir dari surga.
Tuduhan ini menjadi pembenar bahwa perempuan hanyalah alat setan untuk menjerat
lelaki dan menjerumuskan mereka.
Sebaiknya tuduhan
tersebut diluruskan kembali. Dalam Quran, secara tegas Allah menyatakan
rencana-Nya menciptakan manusia menjadi khalifah di muka Bumi. Pelanggaran
makan buah terlarang bukan hanya dilakukan apalagi atas dorongan perempuan,
melainkan dilakukan bersama Adam dan Hawa.
Quran (Surat Thaha:
120) menyebutkan Adam sendiri yang dibisiki pikiran jahat setan sehingga
memakan buah terlarang. Kedudukan Adam adalah pemimpin rumah tangga yang harus
bertanggung jawab atas keluarga (istri). Jika demikian, mengapa Hawa yang
disalahkan?
Memang sebagian
pandangan negatif terhadap perempuan bersumber dari budaya non-Islam. Dalam
Perjanjian Lama, kesalahan memakan buah terlarang juga dinisbahkan kepada
perempuan, yaitu akibat rayuan setan sehingga dari sinilah perempuan dikutuk
(Perjanjian Lama Kejadian III). Di Perjanjian Lama (Kejadian II:21-22)
disebutkan perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam.
Bagaimana dengan
riwayat Nabi Yusuf yang digoda perempuan sehingga muncul ayat QS Yusuf: 28,
”Sesungguhnya tipu daya kalian –wahai para perempuan– adalah besar.” Ayat ini
seringkali dijadikan dalih melecehkan perempuan. Ternyata kesimpulan itu salah
besar. Konteks sebenarnya ayat tersebut dipaparkan Quraish Shihab di buku
Perempuan di halaman 49.
Perempuan merupakan
buku the best seller di Indonesia. Buku setebal 461 halaman lengkap memuat
hal-hal berkaitan tentang perempuan. Dari cinta sampai seks. Dari nikah mut’ah,
nikah sunah, hingga kawin hamil. Dari perempuan dan politik, perempuan dan
olahraga, seni suara, dan aneka aktivitasnya. Bias-bias lama hingga bias baru
diuraikan pula dengan jelas dan terang.
Wajar saja buku ini
mendapat label terlaris. Pertama kali dicetak tahun 2005, tahun ini memasuki
cetakan kelima. Buku ini sangat tepat dijadikan pegangan atau buku saku bagi
perempuan. Para lelaki pun tak ada salahnya menyimak buku ini. Karena begitu
banyak pencerahan, pengetahuan, maupun distorsi berkenaan perempuan terpatahkan
setelah membaca buku. [*]
Sumber:
Republika, Minggu
13 Desember 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar