|
Judul
Buku: Towkay Ho Seh Boh?
Penulis: Ah Chuan Penerbit: Ufuk Press Penerjemah: Meda Satrio Cetakan: Pertama, Februari 2011 Tebal: 177 Halaman |
Singapura, atau
yang biasa dijuluki sebagai Negeri Kepala Singa, dikenal bak negeri impian.
Tempat favorit bagi kalangan berduit, dengan segala fasilitas serba wahid.
Keberadaan Singapura memang membuat iri para tetangga, terutama Indonesia.
Betapa tidak, meski
hanya memiliki daratan seluas 704 km2, bersama Taiwan, Hongkong, dan Korea
Selatan, negara ini menjadi salah satu dari empat macan Asia. Tidak hanya itu,
negara ini mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan
pertumbuhan PDB 17,9 % pada pertengahan pertama 2010. Singapura juga
pemilik cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia.
Dengan populasi
penduduk yang berjumlah 5 juta jiwa dan luas area daratan yang disebut di atas,
maka republik yang pada masa lalu dikenal dengan nama Tumasik ini menjadi
negara terpadat kedua setelah Monako. Selain itu, bisnis dan perdagangan
menjadi andalan pemerintah dan masyarakat Singapura dalam mengais dollar.
Sebuah pilihan jitu yang terbukti mampu mendongkrak perekonomian negeri ini.
Tidak mengherankan
jika selain menjadi kawasan paling diminati investor asing, Singapura juga
mampu melahirkan pengusaha-pengusaha (towkay) andal yang semakin menegaskan
kemakmuran negeri ini. Salah satu towkay tersebut adalah Ah Chuan, penulis buku
berjudul lengkap Towkay Ho Seh Boh?: Rahasia Sukses dan gaya Hidup Konglomerat
Singapura.
Berisi empat puluh
delapan jurus ampuh seorang towkay Singapura dalam membangun bisnis, meniti
jalan kepada kesuksesan dan kekayaan. Meski dikemas dengan penuh humor dan cara
yang ringan, buku ini tetap menggambarkan kenyataan menjadi seorang towkay
sejati, termasuk nilai-nilai mendasar dan pola pikir untuk menjadi seorang
seperti itu. Sebagaimana pepatah mengatakan; sambil menyelam minum air, dengan
buku ini sambil mencari pelajaran berharga, pembaca juga akan tertawa
terpingkal-pingkal dengan gaya penulis.
Menurut Ah Chuan,
bagi seorang towkay, arti keberadaan dirinya adalah keberadaan bisnisnya.
Hidupnya adalah bisnisnya, dan bisnisnya adalah hidupnya. Ini berarti bahwa
pada saat kita memutuskan akan menjadi towkay dan memulai bisnis, kita bukan
menjalankan sembarang bisnis, melainkan bisnis hidup kita. Bisnis yang penuh
makna. Sehingga tidak mengeherankan jika semua towkay yang sukses didorong oleh
kecintaan yang membara (passion). Di sinilah makna pekerjaan ditemukan.
Dengan kata lain,
bisnis kita adalah teater hidup kita. Semua bisnis semestinya seperti bisnis
pertunjukan. Kita adalah sang pemilik teater, sang sutradara, sekaligus sebagai
aktor. Kita harus menyerahkan segenap kemampuan demi menyuguhkan penampilan
yang terbaik karena tidak seorang pun mau menonton pertunjukan yang menjemukan.
Semua orang ingin dihibur dan terpesona. (halaman 21)
Demikianlah
filosofi menjadi seorang towkay. Pemahaman terhadap filosofi ini sangat penting
agar totalitas dapat terbentuk. Setelah memahami arti menjadi seorang towkay,
maka yang diperlukan berikutnya agar menjadi towkay yang tulen adalah harus
memiliki impian dan cita-cita.
Seorang towkay
harus seorang pemimpi besar yang memerlukan motivasi dosis tinggi untuk
menggerakkannya dalam hidup. Namun, motivasi harus datang dari cita-cita karena
motivasi sebanyak apa pun tidak akan bisa mendorong orang yang tidak memiliki
cita-cita dalam hidupnya. Prinsipnya adalah seseorang miskin bukan karena tidak
memliki uang, keahlian, atau pengetahuan, melainkan cita-cita. (halaman 49)
Menariknya, berbeda
dengan kebanyakan motivator yang menekankan untuk menjadi nomor satu dalam
bisnis Ah Cuan justru sebaliknya. Menurutnya, menjadi nomor satu benar-benar
tidak realistis karena tempat itu hanya satu, untuk diisi satu orang. Menjadi
nomor satu atau dua hanyalah permainan angka bagi pengusaha yang egois.
Meskipun memiliki ambisi besar memang penting, kita tetap harus realistis.
Banyak orang yang
terobsesi menjadi nomor satu mulai melakukan diversifikasi dan mengembangkan
bisnis mereka hanya demi perluasan saja, sampai bisnis inti mereka terlupakan.
Inilah awal kejatuhan mereka. Karena itu, hasrat menjadi nomor satu tidaklah
sehat. Sehingga jangan berusaha menjadi nomor satu dalam segala hal, tetapi
berikan kemampuan terbaik Anda dalam apa pun yang Anda lakukan.
Dengan demikian,
buku setebal seratus tujuh puluh tujuh halaman ini akan memberikan kepada kita
gambaran yang realistis tentang bagaimana dan apa arti menjadi seorang towkay
di negeri Singa. Sebuah profesi yang kini tengah digalakkan pemerintahnya
terhadap generasi muda, yang tecermin melalui program kewiraswastaan di semua
tingkat pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga universitas. Sebuah
kebijakan yang patut ditiru oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Secara demografi
maupun populasi, Singapura mungkin jauh di bawah Indonesia. Namun, berkat
keseriusan pemerintahannya yang berhasil membawa bersih, kerja keras dan
disiplin terhadap aturan, Singapura berhasil mengeliminasi segala
keterbatasannya menjadi potensi. Tak mengherankan pula jika mayoritas penduduk
kaya Singapura adalah para towkay alias pengusaha, bukan pejabat negara.[*]
*) Noval Maliki, Direktur
Demi Buku Institute, tinggal di Yogyakarta
Sumber:
Kompas, 19 April
2011

Tidak ada komentar:
Posting Komentar