Judul
buku: 10 Menit Belajar Sains Lewat Film
Penyusun: Jeong Jae Seung (teks),
Ma
Jeong Won dan Park Chan Wu (ilustrasi)
Penerjemah: Ironika Sesela Penerbit: BIP Tebal: 193 halaman
Peresensi:
Dian Basuki
|
Saian, Park Sine,
dan Munjeah akhirnya dikirim oleh Ibu Guru Galak kepada Profesor Park. Tentu
saja, itu terjadi setelah ketiga murid sekolah dasar ini terkena “marah besar”
sang ibu guru yang mengajarkan sains. Penyebabnya sederhana tapi memusingkan:
nilai masing-masing anak itu untuk mata pelajaran sains hanya 21, 35, dan 28,
sehingga bila dijumlah pun, kata bu guru, “Tidak sampai 100!”
Profesor Park
meminjami mereka sebuah game yang akan mengantar mereka berpetualang dalam
dunia film. Robot terbang, yang menjadi pemandu, mengingatkan soal peraturan
yang berlaku. Game ini, kata Robot, harus diselesaikan sampai tuntas jika
mereka ingin kembali ke dunia nyata—mengingatkan pada film Jumanji.
Makhluk pertama
yang mereka jumpai sesudah menekan tombol Start tanda memulai game tak lain
adalah Godzilla. “Hei, bagaimana ini?” teriak Saian panik. Robot pun memberi
tahu agar mereka mengocok dadu dan game akan menyebutkan apa yang harus
dilakukan. Sembari berupaya menyelamatkan diri, mereka malah diharuskan
menjawab soal “apa kesalahan fatal pada tubuh Godzilla sehingga dia tidak bisa
berdiri kokoh.” Jika mereka mampu menjawab, mereka akan selamat dari kejaran
Godzilla. Jawabannya diberikan oleh Park Sine: “Tubuh Godzilla sangat besar,
tetapi ukuran telapak kakinya kecil, sehingga Godzilla tak mampu menopang
tubuhnya.”
Begitu selamat dari
kejaran Godzilla, mereka bertiga “terlempar” ke dalam film yang lain, kali ini
jatuh tepat di atas tubuh hewan sangat besar, yang ternyata seekor dinosaurus.
Begitu melihat dinosaurus, mereka bertiga pun teringat akan film Jurassic Park.
Lantaran inilah, Saian— dengan sok tahu—langsung berkomentar bahwa kesalahan
pada film itu ada pada judul filmnya; seharusnya ditulis Park Jurassic, bukan
Jurassic Park (“Sama seperti atlet yang bernama Park Ji Sung, namanya selalu ditulis
Ji Sung Park,” kata Saian. Tentu saja, Saian ngebodor, mungkin lantaran penulis
teksnya orang Korea dan ilustratornya bernama Park Chan Wu).
Begitulah, setiap
kali mereka berhasil menemukan kesalahan dalam sebuah film, mereka terlempar ke
film berikutnya. Ada 12 judul film yang diambil oleh tim kreatif buku ini untuk
disajikan sebagai arena petualangan Saian dan kawan-kawan, yakni Godzilla,
Jurassic Park, Star Wars, Hollow Man, Bram Stockers Dracula, Superman, Air
Force One + Swiri, Spiderman, Alien, Shaolin Soccer, Galaxy Express 99, dan
Contact. Mereka bertiga harus menemukan kesalahan di masing-masing film itu
bila ingin kembali ke dunia nyata.
Buku karya penulis
dan illustrator Korea Selatan ini menarik dan mendidik, lantaran mengajak
pembaca—anak-anak khususnya—untuk mencermati bahwa film-film terkenal yang kita
tonton, seperti Superman, tidak sepenuhnya didasarkan atas logika ilmiah yang
benar. Contohnya Superman. Bagaimana mungkin ia mampu menahan batu besar yang
jatuh ke Bumi tanpa membuatnya terperosok ke dalam tanah saat menahan beban?
Bukankah batu yang begitu berat akan membuat penahannya menahan dengan energi
sangat besar dan sangat mungkin tubuhnya masuk ke dalam tanah? Saian dan kawan-
kawan akhirnya tahu, yang namanya Superman itu cuma khayalan dalam film yang
kadang- kadang menabrak logika keilmuan.
Disajikan berwarna,
hemat kata, dan gambar yang menarik dan lucu, buku ini mengajak kita
mempelajari sains dengan mencermati kesalahan- kesalahan dalam setiap film. Di
setiap film yang dibahas, disertakan ikhtisar apa kesalahan yang ada dalam film
tersebut. Boleh jadi, kesalahan itu disadari oleh pembuat film tersebut, namun
karena ini “hanya film”, yang berarti sekadar tontonan dan hiburan, para
produser dan sutradara serta penulis skenario mungkin tak terlampau
mempedulikan kesalahan-kesalahan itu. Sayangnya, sebagian dari film yang
dibahas adalah film orang dewasa, seperti Bram Stokers Dracula, Air Force One,
Contact, dan Alien, yang mungkin tidak ditonton anak-anak.
Buku ini bukan
hanya mengajak pembaca, khususnya anak-anak, untuk berpetualang, melainkan juga
menimba banyak pegetahuan. Dengan belajar dari kesalahan pada film, teori sains
yang rumit dapat lebih mudah dipahami. Contohnya ialah bagaimana pertarungan
pesawat di luar angkasa dalam Star Wars begitu seru. Padahal, seperti dikatakan
oleh Ibu Guru Galak, kita tidak akan mendengar suara mesin pesawat di luar
angkasa karena di sana tidak ada udara sebagai medium perambat suara.
Atau film Dracula;
dalam novel aslinya, drakula memiliki kekuatan yang sama dengan 20 orang.
Berarti drakula harus meminum darah 50 orang dalam satu malam. Satu malam
lamanya 12 jam, jadi setiap satu jam drakula harus mencapai empat orang supaya
bisa bertahan hidup. “Bukankah itu sama dengan 200 liter darah? Kalau minum
darah sebanyak itu pasti perutnya jadi kembung. Benar-benar hal yang mustahil,”
ujar Ibu Guru Galak.
Dengan bahasanya
yang kadang kocak dan konyol, karya seperti 10 Menit ini layak dipuji sebagai
upaya mempopulerkan sains agar dimengerti dan diakrabi oleh publik, khususnya
anak-anak. Jeong Jae Seung, penulis teks buku ini, adalah doktor lulusan Yale
University, Amerika Serikat. Ia mengajar di Korean Science Technics School.
Kekuatan Jae Seung ditopang oleh ilustrasi yang menarik oleh Ma Jeong Won, lulusan
jurusan komik di Universitas Gyongmi, dan Park Chan Wu, seorang peneliti
dinosaurus dan direktur seni di Museum Chonjurim dan sejumlah museum lain, dan
tetap aktif sebagai ilustrator. [*]
Sumber:
Ruang Baca Tempo,
15 November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar