Judul:
Tafsir Al-Asas; Kandungan dan Rahasia
di Balik Firman-Nya
Penulis: Drs KH A. Busyro Karim, MSi Penerbit: Muara Progresif, Surabaya Cetakan: I, Juli 2009 Tebal: xi+202 Halaman Peresensi: Masduri AS*) |
Al-Qur’an
yang menjadi sumber utama di dalam Agama Islam, seharusnya pula menjadi
pegangan yang ingin dicapai untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an
tidak hanya diturunkan untuk suatu umat, tidak hanya untuk satu abad, tetapi
untuk semua umat dan sepanjang zaman (shalih fi kulli zaman wa makan).
Luas ajarannya, sama dengan luasnya umat manusia belahan dunia. Atas dasar
itulah, interpretasi-interpretai baru terhadap Al-Qur’an sangat dibutuhkan,
demi meniscayakan Al-Qur’an sebagai falsafah hidup setiap umat manusia.
Dalam
Al-Qur’an, kandungan dasarnya terbagi menjadi dua bagian, pertama berisi
konsep-konsep dan bagian kedua berisi sejarah atau amsal-amsal. Untuk memahami
Al-Qur’an secara mendalam dibutuhkan pendekatan sintelik-analitik. Yang
demikian itu, sependapat dengan pendapatnya Prof. DR. Kunto Wijoyo, bahwa
pendekatan sintelik-analitik dibutuhkan untuk mendapat pemahaman yang
komprehensif terhadap Al-Qur’an. Sebab semua konsep yang ada dalam
Al-Qur’an memiliki keunikan secara semantik, tapi juga Al-Qur’an juga memiliki
kaitan dengan matrik struktur normatif tertentu. Maka, hal tersebut dapat kita
pahami melalui pesan-pesan Al-Qur’an. Konsep-konsep Al-Qur’an memiliki tujuan
memberikan gambaran welting chewing (pandangan-dunia)-nya.
Selanjutnya,
bagian kedua dalam Al-Qur’an berisi kisah-kisah sejarah dan amsal-amsal, disini
Al-Qur’an mengajak kita merenung untuk memperoleh wisdom (hikmah) agar
kita tahu apa hakikat dan makna hidup yang sebenarnya. Untuk itu, interpretasi
kita terhadap Al-Qur’an butuh penyesuaian dengan masyarakat saat ini. Contohnya
pada kisah Qorun, Fir'aun, Namrud dan sebagainya. Uarian tafsir kita seharuanya
juga membahas seperti apa Qarun, Fir'aun, Namrud di era modern ini, misalanya
kapitalisme, koruptor, ateisme, aliran sesat, dan lain-lain, agar kita –
pembaca lebih mudah memahami apa sebenarnya pesan Al-Qur’an yang harus kita
laksanakan.
Fatihah
Masa Kini
Banyak
para mufassir yang mengemukakan, sepakat, bahwa surat Al-Fatihah mengurai
singkat tentang seluruh isi Al-Qur’an. Secara universal, surat Al-fatihah menjelaskan
kandungan Al-Qur’an, seperti masalah keimanan, hukum-hukum dan sejarah.
Sehingga surat Al-Fatihah dalam Al-Qur’an, disebut sebagai Ummul Furqan
(induk Al-Qur’an).
Surat
Al-Fatihah memiliki keistimewaan dan keutamaan tersendiri. Bahkan surat Al-fatihah,
di dalam penyusunannya, menempati urutan pertama. Surat Al-fatihah ini
melengkapi unsur-unsur pokok syariat Islam, yang kemudian, perinciannya
dijelaskan pada ayat-ayat berikutnya dengan jumlah 113 surat.
Meyikapi
pelbagai fenomena yang terjadi di era global ini, banyak upaya dilakukan oleh
kaum muslimin untuk membumikan nilai-nilai Keislaman dimuka bumi ini. Salah
satunya adalah dilakukannya interpretasi-interpretasi baru terhadap Al-Qur’an,
guna menjawab problem-problem yang dihadapi umat dan agar Al-Qur’an tetap
menjadi acuan dari prilaku setiap muslim. Sehingga tak hayal jika banyak model
tafsir yang muncul dihadapan kita, karena bagaimanapun Al-Qur’an adalah sumber
utama syariat Islam yang sebagian isinya masih membutuhklan interpretasi
mendalam agar bisa difahami seluruh umat manusia, seperti ayat-ayat mutasyabbihat
(general).
Bahkan,
jika dilakukan pengkajian lebih mendalam – melalui ilmu stilistika misalnya –
bahasa Al-Qur’an sangat unik dan memiliki nilai kesusastraan yang cukup tinggi.
Salah satu dari sekian bayak tafsir yang ada adalah Tafsir Al-Asas;
Kandungan dan Rahasia di Balik Firman-Nya, yang ditulis oleh kiai muda NU
asal Sumenep Madura, KH A. Busyro Karim, yang secara khusus, tafsir ini
membahas tentang isi, makna dan keistimewaan yang terkandung di balik surat
Al-fatihah.
Buku
ini ditulis dengan bahasa yang cukup sederhana. Bahasanya lewes dan cukup
dimengerti semua kalangan. Dari yang awan hingga para ilmuan. Isi buku ini
mengurai secara rinci tentang makna yang termaktup dalam surat Al-fatihah.
Hanya
saja, penulis dalam penulisan Tafsir Al-Asas ini, kurang banyak memberikan
contoh bagaimana mengaktualisasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam konteks
kekinian, walaupun ada tetapi sebatas serpihan saja. Sehingga pemahaman
tafsirnya cendrung teoritis dan pengungkapan faktanya banyak sejarah-sejarah
masa silam, dan bahkan uraian tafsirnya banyak ditemukan dalam buku-buku
lain. Sehingga buku ini hanya cendrung diskriptif saja yang diambil disana-sini
dari buku lain. Alangkah baiknya, jika penulis mampu mengaitkan dengan
masalah-masalah berkembang dewasa ini dan tentunya akan menambah bobot
tersendiri buku ini.
Penulis
juga di dalam melakukan penafsiran terhadap makna sebuah teks dalam Al-Qur’an
(surat Al-Fatihah) tidak adanya teori jelas yang digunakan untuk membedah
masing-masing huruf dan ayat di dalamnya.
Terlepas
dari beberapa kelemahan itulah, buku ini tetap penting dibaca, disaat kita –
umat Islam – banyak yang lupa dengan urusan akhirat. Mereka telah banyak
tergoda dan masuk dalam gubangan kehidupan yang sifatnya sementara (duniawi),
tidak kekal (fana’), yang terkadang menipu. Selamat membaca! [*]
*) Santri PP Nasy’atul Muta’allimin (NASA) Gapura Timur, Sumenep, Madura
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar