Judul:
Qashidah Burdah
Penulis: KH. M. Syarwani Abdan Penerbit: Muara Progresif Cetakan: I, Januari 2011 Tebal: xv+175 Halaman Peresensi: Junaidi*) |
Qashidah Burdah
terdiri dari 160 bait, hampir menjadi Qashidah yang paling penting dalam pujian
kepada Nabi. Oleh sebab itu, para ulama di selurah dunia Islam menyambutnya
dengan penuh simpatik dan hormat. Sehinnga dalam suatu riwayat bahwasanya Ibnu
Khaldun seorang yang berasal dari Hadramaut pernah menghadiahkan Qashidah
Burdah tersebut kepada Timur Lank.
Pada tahun-tahun
terakhir sebelun ayahanda Syarwani Abdan meninggal dunia, ia telah sempat
menulis terjemahan Qishidah Burdah karya imam Albushiry. Namun terjemahan
tersebut tidak sampai selesai, hanya sampai pada bait; “wakasshirooti wa kalmizaani ma’dilatan
falqisthu min ghairihaa fil naasi lam yaqumi”. Hal itulah yang
memotivasi Alfaqir untuk meneruskan terjemahan tersebut sampai bait terakhir
untuk selanjutnya bisa kiranya diterbitkan dan dipublikasikan, mengingat
pentingnya isi dan uraian yang telah ia susun agar Qashidah Burdah yang
tersohor di seantero dunia ini benar-benar dapat dipahami dan dihayati, bukan
dilantunkan saja. Akhirnya pada tahun ini yakni tahun 2011, terjemahan Qashidah
Burdah yang ditulis oleh Syarwani Abdan dapat dicetak meski dalam format yang
sederhana, namun, isi dari buku ini ckup bagus untuk diamalkan oleh siapa saja
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam buku Syarwani
Abdan ini ada beberapa ulasan tentang penulis Qashidah Burdah yakni iman
Albushiry. Imam Albushiry adalah pribadi terkemua seorang seorang yang alim
lagi mengamalkan ilmunya, seorang shaleh yang tenggelam dalam mencintai Allah
dan Rasulullah-Nya. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammand bin Sa’id bin
Hammad bin Abdillah bin Alshonhaji Albushiry Almishry, asal keturunan dari
Maghrib (Moroko) dari Qal’ah Hammad, dari suku yang dikenal dengan bani Habnun.
Ia dilahirkan di daerah Dallas pada hari selasa tanggal 01 Syawwal 608 H. dan
wafat di Iskandariyah pada tahun 696 H. dan makamnya terkenal di Iskandariyah.
Lokasinya bersambung dengan masjid Jami’. Dinding makamnya diukir dengan
beberapa bait syair Burdah dengan kaligrafi yang begitu indah. Masjid tersebut
tidak begitu jauh dari masjid dan makam gurunya, imam Abul Abbas Almursy. Dan
ayah beliau berasal dari Mesir daerah Bushir, salah satu desa Mesir Atas (Mesir
pedesaan).
Imam Albushiry
mempunyai kumpulan syair yang dicetak, diantaranya yang sangat terkenal adalah
Qashidah Burdah. Banyak penyair terkenal mengarang syair-syair menapaktilasi
dan banyak ulama menulis penjelasan dan uraian Qashidah Burdah tersebut.
Burdahterdiri dari beberapa unsur, di bagian depan syairnya berisi tentang
teringat kepada kekasih, kerinduan, dan cinta, berikutnya berisi tentang
peringatan dari godaan hawa nafsu, kemudian pujian-pujian kepada Nabi, tentang
kelahiran dan beberapa mukjizatnya. Selanjutnya berisi tentang Alquran, isra’
mi’raj, jihad dan tawassul.
Syarwani Abdan
dalam buku terjemahan Qashidah Burdah menuliskan beberapa keunggulan dari
Qashidah Burdah tersebut, dari rangkaian syair dan isinya. Begitu juga tak
kalah penting, di dalam buku ini juga dipaparkan beberapa khasiat dan faedah
dari Qashidah Burdah, yaitu; ada lima bait Qashidah Burdah yang apabila ada
seseorang curiga terhadap istri, anak perempuan atau salah seorang kelurganya,
handaknya ia menuliskan lima bait Qashidah Burdah tersebut di atas daun limau
dan diletakkan di tangan kiri orang yang dicurigai sewaktu tidur, lalu ia
mendekatkan mulut di telinganya, niscaya yang dicurigai itu akan mengatakan apa
saja yang telah dilakukannya baik atau buruk. Begitu juga untuk orang yang
dicurigai sebagai pencuri.
Dari Qashidah
Burdah itu, setiap baitnya memiliki beberapa khasiat dan faedah yang berbeda,
dan begitu juga tata cara penggunaan atau pengamalannya. Selain keindahan
syairnya, itu senua sangat bermanfat jika diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam setiap bait,
Qashidah Burdah memiliki syair yang sangat indah. Nilai-nilai estetikanya
menjadikan imam Albushiry, penyair yang tak tertandingi sepanjang sejarah.
Burdah senantiasa dilantunkan di berbagai penjuru dunia, itu karena imam
Abushiry menulisnya dengan sepenuh hati. Kecintaannya kepada Allah dan
Rasulullah Saw. mampu mengesampingkan cintanya terhadap yang lain. Bahkan
kekuatan cinta akan ikut mengalir pada siapapun yang meresapi kedalaman
maknanya. Rindu selalu membuat orang berharap kehadiran sang kekasih. Dan
Burdah pula yang akhirnya mampu menghadirkan sang kekasih Rasulullah Saw. dalam
mimpinya. Sehingga penyakit lumpuh yang dideritanya menjadi sembuh. Alunan Burdah
juga mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Sehingga Burdah sampai saat ini
masih terus dilantunkan oleh kaum Muslimin di sebagian Negara Islam, bahkan
Negara-negara di dunia sampai ke Amerika.
Buku ini selain
mengupas batapa indahnya Qashidah Burdah juga dibahas mengenai manfaat dan
faedahnya, Burdah tidak hanya untuk dilantunkan tapi juga banyak digunakan
untuk mengobati segala macam penyakit dan mengatasi segala problem hidup.[*]
*) Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, jurusan Sastra Inggris
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar