Judul: Across The Nightingale Floor
Penulis: Lian Hear
Alihbahasa: Meithya Rose Prasetya
Penerbit: Matahati
Tahun 2005 - cetakan pertama
Tebal 387 hal
|
Aksi balas dendam hampir selalu mewarnai kisah-kisah tentang
samurai pada masa feodal Jepang. Nyawa dibayar nyawa, kepala diganti kepala
adalah tradisi yang sama tuanya dengan tradisi upacara minum teh di negeri
Matahari Terbit itu. Bagi masyarakat Jepang, kehormatan keluarga dan nama baik
seseorang adalah harga diri yang kalau perlu ditebus dengan jiwa raga. Lebih
baik mati berkalang tanah daripada hidup menanggung malu.
Sejarah Jepang - seperti banyak sejarah bangsa lain di bumi ini -
juga ditandai dengan peperangan antar suku/klan. Suku atau klan itu biasanya
dipimpin oleh seorang bangsawan yang saling berperang demi memperluas pengaruh
dan daerah kekuasaan. Dalam pertempuran tersebut banyak meminta korban darah
dan nyawa para pengikut setia klan-klan itu. Sudah banyak buku - fiksi maupun
non fiksi - yang mengangkat kisah epik sejarah Jepang. Musashi adalah satu
contoh yang akan selalu disebut.
Novel terbaru dengan tema yang mirip yang tengah beredar selain
Samurai 1 dan 2 adalah Across The Nightingale Floor karya Lian Hearn. Berbeda
dengan Musashi dan Samurai yang ditulis oleh orang Jepang, Across The Nightingale
Floor ini penulisnya adalah orang Inggris yang menetap di Australia. Lian Hearn
adalah nama samaran dari Gillian Rubinstein yang selama ini lebih dikenal
sebagai penulis buku anak-anak. Across The Nightingale Floor - buku pertama
dari The Otori Trilogy - adalah karya pertamanya untuk novel dewasa.
Kisah Across The Nightingale Floor dimulai dari pertemuan antara
Takeo denga Lord Shigeru Otori, bangsawan dari klan Otori yang bermusuhan
dengan Iida Sadamu pemimpin Klan Tohan yang kejam dan haus kekuasaan. Dalam
kesempatan itu Shigeru berhasil menyelamatkan Takeo dari kekejaman Iida yang
menyerbu desa Hidden, tempat tinggal Takeo. Tak satupun penduduk Hidden yang
tersisa dalam penyerbuan itu. Semua habis dibantai, termasuk ibu, adik
perempuan, dan ayah tiri Takeo. Selanjutnya, Takeo menjadi pengikut setia
Otori. Bahkan kelak, Shigeru mengangkatnya sebagai anak, pewaris dan penerus
klan.
Selama tinggal dengan Shigeru inilah, Takeo mengetahui asal-usul
dirinya. Ia ternyata seorang Tribe dari garis keturunan Kikuta. Orang-orang
Tribe selama ini terkenal sebagai pembunuh bayaran yang lihai dan banyak disewa
oleh para bangsawan dengan upah yang tinggi. Mereka telah ada sebelum munculnya
para bangsawan dan klan. Konon ketika sihir lebih sakti dari senjata dan
dewa-dewa masih berjalan di atas bumi. Mereka memiliki kesaktian turun temurun,
yaitu: pendengaran yang tajam serta dapat memisahkan diri menjadi dua.
Kelebihan ini sangat berguna di wilayah konflik. Mereka dibayar mahal sebagai
mata-mata atau pembunuh.
Selanjutnya kisah beranjak menuju konflik yang penuh intrik antara
Shigeru dan Iida dengan bumbu-bumbu perkelahian, pengkhianatan, kesetiaan serta
asmara. Takeo, tokoh utama novel ini, tentu saja tampil sebagai pahlawan.
Dengan kemampuan yang dimilikinya sebagai seorang keturunan Tribe, ia
memenangkan pertarungan demi pertarungan melawan musuhnya. Dari seorang anak
remaja desa yang polos, yang bahkan tidak pernah sampai hati mencabut capit
seekor ketam, ia menjelma seorang pemuda yang penuh nafsu balas dendam.
Dalam buku ini memang tak ada disebutkan tentang samurai. Namun,
kisah perseteruan para bangsawan ini tidak banyak berbeda dengan kisah para
samurai. Mereka berlatih dan bertempur seperti layaknya samurai. Menjunjung
tinggi kehormatan dan harga diri. Ceritanyapun hitam putih : kebaikan pasti
akan mengalahkan kejahatan.
Untuk membandingkannya dengan Samurai yang ceria, Across The
Nightingale ini meninggalkan kesan lebih muram. Tak ada selingan humor dalam
narasi ataupun dialog tokoh-tokohnya. Tampaknya Lian Hearn memang ingin membuat
kisah yang serius. meski tak sedalam Musashi.
Buku pertama dari trilogi Otori ini telah diterjemahkan ke dalam
26 bahasa dan mendapat 11 penghargaan dari berbagai negara. Lanjutan dari
trilogi Otori ini adalah: Grass for Her Pillows dan Brilliance of The Moon. [*]
*) Endah Sulwesi
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar