Judul: Agama, Pendidikan Islam
dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren
Editor : Irwan Abdullah Dkk Penerbit : Pustaka Pelajar,Yogyakarta Cetakan : Pertama, Juni 2008 Tebal : 251 halaman |
Kehadiran
pesantren di Indonesia sejak awal memiliki kontribusi besar bagi kemajuan
pendidikan islam. Di Zaman Belanda, pesantren telah mencetak berbagai kader
potensial melalui didikan para kiai yang senantiasa isitiqamah terhadap
pengembangan islam. Tokoh-tokoh seperti KH Hasyim Asy’ari Jombang, KH Mahfud
Termas, KH Kholil Bangkalan dan sederet tokoh lainnya adalah beberapa sosok
yang berperan terhadap pengembangan pendidikan islam.
Perjuangan
mereka dalam mencetak kader-kader muslim yang tangguh dan militan terbukti
mampu membawa angin perubahan bagi pengembangan pendidikan islam. Santri-santri
yang telah pulang ke rumah dan lulus dari pesantren kemudian menyebarkan
berbagai ilmunya. Sebagian ada yang menjadi kiai kampung sembari mendirikan
pesantren, ustadz, juru da’i, guru ngaji dan lain sebagainya.
Ilmu
pengetahuan yang mereka dapatkan dari pesantren yang bersifat tradisional
seperti pengetahuan kitab kuning, fiqh, hadits, dan seterusnya mereka sebarkan
ke tengah-tengah masyarakat. Ajaran yang selalu menjadi pegangan dalam setiap
gerak kehidupan adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Yaitu, selalu mengikuti sunnah
nabi, mengakui Khulafaurrasyidin dan berpegang dengan salah satu imam mazhab
empat. Ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah ini berjalan secara turun temurun dan
berlaku hingga sekarang.
Akan
tetapi, pada perkembangannya pesantren mengalami banyak tantangan. Pesantren
dihadapkan pada perubahan sosial yang begitu pesat di era ilmu pengetahuan dan
teknologi. Konsekuensinya, pesantren diharapkan tidak hanya memberi bekal ilmu
agama saja, akan tetapi juga membekali skill keterampilan kepada setiap santri.
Karena itu, berbagai pelatihan seperti komputer, usaha bisnis, pelatihan
menjahit dan lain sebagainya digelar. Tujuannya adalah santri selalu siap dalam
menghadapi perubahan sosial. Kedua perangkat ilmu pengetahuan antara agama dan
keterampilan khusus itu menjadi sebuah keniscayaan yang harus ditempuh oleh
setiap pesantren.
Buku
"Agama, Pendidikan Islam Dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren"
berusaha membahas ihwal tanggung jawab pesantren terhadap tantangan perubahan
sosial. Buku yang ditulis oleh beberapa penulis dengan berbagai latarbelakang
pendidikan ini menyoroti pesantren melalui berbagai sudut masing-masing. Buku
ini secara khusus dibagi dengan dua bab. Bab pertama membahas tentang
eksistensi pesantren. Sementara bab kedua membahas tentang pesantren dan
pemberdayaan masyarakat.
Dalam
bab pertama, Ali Anwar Dosen fakultas Tarbiyah di STAIN Kediri menyatakan
bahwasanya pesantren sudah seharusnya peka terhadap tantangan zaman yang
berkembang sedemikian pesat. Melalui penelitiannya di pesantren Madrasah
Hidayatul Mubtadiin (MHM) Lirboyo Kediri, Ali Anwar melihat bahwa menjaga ciri
khusus dan menjaga kwalitas amat penting bagi kelangsungan pengembangan
pesantren.
Bagi
Anwar, ciri khusus pesantren Lirboyo adalah didirikannya Universitas Islam
Tribhakti (UIT) yang berdiri sejak tanggal 30 April 1965 atas prakarsa KH
Mahrus Ali dengan membuka Fakultas Syari’ah dan Tarbiyah. Bahkan, sejak tahun
2004 yang lalu, dikembangkan lagi dengan dibukanya program Magister meliputi
studi pendidikan islam dengan konsentrasi manajemen pendidikan islam. Sementara
kwalitas pesantren Lirboyo, lanjut Anwar- adalah kemampuan menjaga lulusannya
untuk menguasai ilmu keagamaan, seperti kitab kuning, ilmu alat, manthiq,
ushul, fiqh, hadits dan ilmu lainnya. Kedua hal tersebut, berdasarkan
penelitian Anwar mampu membuat pesantren MHM bertahan, bahkan mendapatkan
tempat di hati masyarakat.(hal. 11)
Sementara
itu, Ambarwati, Dosen STAI Pati yang meneliti tentang pengembangan Pesantren
Raudlatul Ulum(PRU) di Kajen, Margoyoso Pati melihat bahwa pendanaan pesantren
merupakan salah salah satu hal yang cukup penting bagi keberlangsungan
pesantren. Menurutnya, apabila pesantren mampu membiayai perjalanannya dengan
lancar, maka keberadaan pesantren bisa dipertahankan. Analisis ini berangkat
dari penelitiannya di PRU bahwa pesantren ini mampu menggali dana melalui Dana
abadi pesantren yang berasal dari dana Kiai sendiri ditambah santri dan donatur
masyarakat serta bantuan pemerintah. Dengan dana abadi pesantren ini, menurut
Ambar pesantren Raudlatul Ulum tetap eksis di tengah perubahan sosial.
Dalam
bab dua, pengembangan pesantren berbasis masyarakat juga tidak kalah
pentingnya. Berdasarkan penelitian Abdullah Ahmad Zakki di pesantren
Azzainiyyah, Nagrog Sukabumi bahwa kepedulian pesantren dengan memberi modal
usaha dan modal kerja kepada masyarakat melalui Lembaga Keuangan
Masyarakat(LKM), rehabilitasi panti Jompo, pelatihan keterampilan kerja, dan
pinjaman lunak terbukti mampu membuat pesantren itu semakin eksis di
tengah-tengah zaman yang terus berubah.
Buku
ini merupakan hasil riset lapangan sejumlah peneliti terhadap pengembangan
pondok pesantren di berbagai tanah air. Selain memberikan penjelasan secara
komprehensif ihwal strategi pesantren dalam menerapkan nilai-nilai islam, juga
membahas tanggung jawab pesantren terhadap masyarakat di zaman globalisasi. [*]
*) Ahmad Hasan MS, Peresensi Adalah Santri dan Pengurus Harian PPM Hasyim Asy’ari Yogyakarta.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar