Selasa, 18 Maret 2014

Agama, Pendidikan Islam dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren

Judul: Agama, Pendidikan Islam
          dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren
Editor : Irwan Abdullah Dkk
Penerbit : Pustaka Pelajar,Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Juni 2008
Tebal : 251 halaman


Kehadiran pesantren di Indonesia sejak awal memiliki kontribusi besar bagi kemajuan pendidikan islam. Di Zaman Belanda, pesantren telah mencetak berbagai kader potensial melalui didikan para kiai yang senantiasa isitiqamah terhadap pengembangan islam. Tokoh-tokoh seperti KH Hasyim Asy’ari Jombang, KH Mahfud Termas, KH Kholil Bangkalan dan sederet tokoh lainnya adalah beberapa sosok yang berperan terhadap pengembangan pendidikan islam.
Perjuangan mereka dalam mencetak kader-kader muslim yang tangguh dan militan terbukti mampu membawa angin perubahan bagi pengembangan pendidikan islam. Santri-santri yang telah pulang ke rumah dan lulus dari pesantren kemudian menyebarkan berbagai ilmunya. Sebagian ada yang menjadi kiai kampung sembari mendirikan pesantren, ustadz, juru da’i, guru ngaji dan lain sebagainya.
Ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari pesantren yang bersifat tradisional seperti pengetahuan kitab kuning, fiqh, hadits, dan seterusnya mereka sebarkan ke tengah-tengah masyarakat. Ajaran yang selalu menjadi pegangan dalam setiap gerak kehidupan adalah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Yaitu, selalu mengikuti sunnah nabi, mengakui Khulafaurrasyidin dan berpegang dengan salah satu imam mazhab empat. Ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah ini berjalan secara turun temurun dan berlaku hingga sekarang.
Akan tetapi, pada perkembangannya pesantren mengalami banyak tantangan. Pesantren dihadapkan pada perubahan sosial yang begitu pesat di era ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsekuensinya, pesantren diharapkan tidak hanya memberi bekal ilmu agama saja, akan tetapi juga membekali skill keterampilan kepada setiap santri. Karena itu, berbagai pelatihan seperti komputer, usaha bisnis, pelatihan menjahit dan lain sebagainya digelar. Tujuannya adalah santri selalu siap dalam menghadapi perubahan sosial. Kedua perangkat ilmu pengetahuan antara agama dan keterampilan khusus itu menjadi sebuah keniscayaan yang harus ditempuh oleh setiap pesantren.
Buku "Agama, Pendidikan Islam Dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren" berusaha membahas ihwal tanggung jawab pesantren terhadap tantangan perubahan sosial. Buku yang ditulis oleh beberapa penulis dengan berbagai latarbelakang pendidikan ini menyoroti pesantren melalui berbagai sudut masing-masing. Buku ini secara khusus dibagi dengan dua bab. Bab pertama membahas tentang eksistensi pesantren. Sementara bab kedua membahas tentang pesantren dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam bab pertama, Ali Anwar Dosen fakultas Tarbiyah di STAIN Kediri menyatakan bahwasanya pesantren sudah seharusnya peka terhadap tantangan zaman yang berkembang sedemikian pesat. Melalui penelitiannya di pesantren Madrasah Hidayatul Mubtadiin (MHM) Lirboyo Kediri, Ali Anwar melihat bahwa menjaga ciri khusus dan menjaga kwalitas amat penting bagi kelangsungan pengembangan pesantren.
Bagi Anwar, ciri khusus pesantren Lirboyo adalah didirikannya Universitas Islam Tribhakti (UIT) yang berdiri sejak tanggal 30 April 1965 atas prakarsa KH Mahrus Ali dengan membuka Fakultas Syari’ah dan Tarbiyah. Bahkan, sejak tahun 2004 yang lalu, dikembangkan lagi dengan dibukanya program Magister meliputi studi pendidikan islam dengan konsentrasi manajemen pendidikan islam. Sementara kwalitas pesantren Lirboyo, lanjut Anwar- adalah kemampuan menjaga lulusannya untuk menguasai ilmu keagamaan, seperti kitab kuning, ilmu alat, manthiq, ushul, fiqh, hadits dan ilmu lainnya. Kedua hal tersebut, berdasarkan penelitian Anwar mampu membuat pesantren MHM bertahan, bahkan mendapatkan tempat di hati masyarakat.(hal. 11)
Sementara itu, Ambarwati, Dosen STAI Pati yang meneliti tentang pengembangan Pesantren Raudlatul Ulum(PRU) di Kajen, Margoyoso Pati melihat bahwa pendanaan pesantren merupakan salah salah satu hal yang cukup penting bagi keberlangsungan pesantren. Menurutnya, apabila pesantren mampu membiayai perjalanannya dengan lancar, maka keberadaan pesantren bisa dipertahankan. Analisis ini berangkat dari penelitiannya di PRU bahwa pesantren ini mampu menggali dana melalui Dana abadi pesantren yang berasal dari dana Kiai sendiri ditambah santri dan donatur masyarakat serta bantuan pemerintah. Dengan dana abadi pesantren ini, menurut Ambar pesantren Raudlatul Ulum tetap eksis di tengah perubahan sosial.
Dalam bab dua, pengembangan pesantren berbasis masyarakat juga tidak kalah pentingnya. Berdasarkan penelitian Abdullah Ahmad Zakki di pesantren Azzainiyyah, Nagrog Sukabumi bahwa kepedulian pesantren dengan memberi modal usaha dan modal kerja kepada masyarakat melalui Lembaga Keuangan Masyarakat(LKM), rehabilitasi panti Jompo, pelatihan keterampilan kerja, dan pinjaman lunak terbukti mampu membuat pesantren itu semakin eksis di tengah-tengah zaman yang terus berubah.
Buku ini merupakan hasil riset lapangan sejumlah peneliti terhadap pengembangan pondok pesantren di berbagai tanah air. Selain memberikan penjelasan secara komprehensif ihwal strategi pesantren dalam menerapkan nilai-nilai islam, juga membahas tanggung jawab pesantren terhadap masyarakat di zaman globalisasi. [*]

*) Ahmad Hasan MS, Peresensi Adalah Santri dan Pengurus Harian PPM Hasyim Asy’ari Yogyakarta.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar