Judul:
Kelompok
Paramiliter NU
Penulis: Hairus Salim HS Penerbit: LKiS Cetakan: 2004 |
Studi
historis yang serius akan menghindarkan seseorang dari kesesatan opini yang
berkembang, sebab dalam studi semacam, itu asal-usul, peraan serta prestasi
suatu lembaga ditelusuri dengan cermat. Maka kajian ayang dilakukan Hairus
Salim yang melakukan kajian historis tentang eksistensi Banser mampu
menghindarkan diri dari isu belakangan yang sangat negantif terhadap kelompok
paramiliter termasuk Banser. Belakanagan ini muncul beberapa peristiwa yang
membawa citra buruk pada organisasi paramiliter, akibatnya seluruh lembaga
paramiliter dicap sebagai lembaga kekerasan, bahakan sebuah lembaga ilmiah di
Paris dengan sangat gegabah mengkategorikan Banser sebagai teroris.
Cara
pandang seperti itu marak belakangan ini terutama sejak masa reformasi ketika
berbagai suara bebas bermunculan, tetapi sayang suara histeris itu tidak mampu
membedakan satu hal yang posistif dengan yang negatif, semuanya digebyah uyah
menjadi negatif. Cara pandang itu justeru sangat menyesatkan masyarakat, bahkan
diterapkan dengan keras dengan mengusulkan untuk membubarkan organisasi para
militer yang dipandang sebagai cara menuju demokrasi.
Cara
pandang itu akan mengabaikan fungsi utama lembaga para militer termasuk Banser
sebagai upaya unyuk mempertahankan atau melindungi diri. Dalam kasus Banser,
maka lembaga tersebut didirikan untuk menyelamatkan NU, bahaklan kemudian
digunakan secara efektif untuk menyelamatkan bangsa ini. Peran lembaga
paramiliter itu menjadi penting ketika negara tidak mampu melindungi
keselamatan warganya, sementara warga negara punya hak untuk melindungi diri
sendiri.
Banser
yang berdiri tahun 1962, itu menurut riwayat saat ini berjumlan antara 500 ribu
hingga 2 juta. Namun demikian ia bukan lembaga yang ujuk-ujuk ada, melainkan
memiliki akar jauh dalam dunia pesantren. Dulu setiap santri dan termasuk kiai
mesti memiliki ilmu kanuragan untuk menjaga keamanan pesantren daru gangguan
para penjudi dan para perampok yang suka menganggu pesantren. Maka ketika
pesantren membangun NU kemudian mengubah jawaraisme itu menjadi Banser yang
terlembaga dalam Gerakan Pemuda Ansor. Apalagi setelah NU menjadi partai
politik Banser dibentuk sebagai kelanjutan menjaga pesantren, maka kemujdian
menjaga bangsa secara umum, itulah sebabnya Hairus Salim menegaskan bahwa
Banser merupakan salah satu wujud dari tradisi pesantren, di samping tradisi
kepesantrenan yang lain.
Banser
miliki pengalaman sangat heroik pada masa revolusi ketika masih menjadi barisan
Sabilillah dan kesatauan-kesatuan lainnya. Tetapi lembaga itu juga memiliki
pengalaman tragis ketika menjadi ujung tombak perlawanan terhadap komunisme di
tahun 1965.
Pada
mulanya Banser memberikan perlindungan yang sangat luas pada masyarakat,
terutama yang terkena teror kalangan PKI dengan sangat sangat heroik, tetapi
belakangan mendapat penilaian negatif, ketika Banser turut melakukan
pem,bantaian terhadap PKI, sebab dengan langkah tersebut Banser telah
terprofokasi kelompok militer untuk melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Inilah yang menjadikan citra Banser menjadi buruk.
Namun
demikian di tengah citra buruk yang disandang sebagai centeng, tukang pukul dan
sebagainya, Banser memiliki prestasi yang sangat penting dalam melindungi
gerakan pro-demokrasi, kelompok minoritas atau kelompok-kelompok tertindas,
juga kelompok musisi yang selama ini mendapat risiko mengalami kerusuhan.
Pada
masa Orde Baru ketika para aktivis pro demokrasi banyak mendapat tekanan dari
rezim yang berkuasa baik melalui aparat resmi maupun paramiliter yang pro
rezim. Selama masa reformasi para aktivis mahasiswa yang berdemontrasi
menentang Soeharto banyak ditekan, dikejar-kejar dan diintimidasi oleh aparat
dan Pam swakarsa maupun kelompok lasykar Islam, maka hanya Banser yang berani
menghadapi, sehingga mahasiswa bisa melanjutkan aktivitas mereka. Demikian juga
ketika aktivis perempuan yang mengungkap korupsi seorang pejabat, lalau diteror
poleh para preman, maka Banser turun untuk membela, sehingga kembali memperoleh
rasa aman. Dengan preaatasi semacam itu maka banser menjadi dewa pelindung di
saat negara tidak mampu memberi jaminan keamanan kepada warga negaranya, baik
melalui polisi maupun tentara.
Prestasi
semacam itu yang membuat kalanagan pro lasykar, yang langkah-langkahnya berhasil
dicegat oleh Banser, terutama di kalangan para pengamat, menghendaki dibubarkan
semua bentuk paramiliter termasuk Banser, apalagi Banser ketika melindungi
warga NU yang diteror oleh Jawa Pos melalui beritanya yang memfitnah
tokoh-tokoh NU, maka Banser dihujat dan diusulkan untuk dibubarkan, Ironisnaya
kelompok prodemokrasi yang dulu dilindungi, kemudian ikut mendorong
dibubarkannaya Banser, dengan alasan anti kekerasan.[*]
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar