Sabtu, 22 Maret 2014

Kisah Para Diktator; Biografi Para Penguasa Fasis, Komunis, Despotis dan Tiran

Judul: Kisah Para Diktator; Biografi Para Penguasa Fasis,
          Komunis, Despotis dan Tiran
Judul Asli: The Dictators, Fascists, Communists, Despots
                and Tyrants—The Biographies of
               “The Great Dictators” of The Modern World.
Penulis: Jules Archer
Penerjemah: Dimyati AS
Cetakan ke-10, Agustus 2005
Penerbit Narasi, Yogyakarta
Tebal: iv + 195 hlm


Diktator banyak dibenci orang, meski awalnya ia diharapkan sebagai penyelamat. Bagaimana bisa? Jawabnya sederhana: karena kita manusia. Itu saja. Tapi, seperti apa kediktatoran itu? Siapa saja yang bisa kita cap sebagai seorang diktator? Bagaimana kita dapat mengenal tanda-tanda ke arah kediktatoran pada sebuah pemerintahan?
Terbit pertama kali pada tahun 1967, THE DICTATORS bercerita tentang para diktator modern yang pernah dikenal dunia sampai saat itu. Jules Archer, penulisnya, secara garis besar membagi buku itu ke dalam tiga bagian. Bagian pertama mengenai pengertian dan tanda-tanda umum kediktatoran yang pernah muncul sampai saat itu. Bagian kedua mengenai kisah-kisah para diktator modern di abad XX kemarin. Bagian ketiga mengenai “usaha” menanggulangi munculnya kediktatoran--semacam kesimpulan dari buku dari yang ditulisnya itu.
Diktator sendiri berasal dari satu kata dalam bahasa Latin, DICTARE, yang artinya berkata, bersabda. Oleh Jules Archer, diktator diartikan sebagai seorang penguasa yang mencari dan mendapatkan kekuasaan mutlak pemerintahan tanpa (biasanya) memperhatikan keinginan-keinginan nyata rakyatnya (hal. 13). Kekuasaan mutlak itu dapat diperolehnya baik dengan jalan sah (misalnya lewat pemilihan umum) ataupun tak-sah (misalnya kudeta). Dengan begitu, seorang diktator bukan melulu pribadi rusak, kejam, tak bermoral. Ada diktator yang taat agama. Ada pula yang bersahaja. Ada yang ilmuwan universitas.
Kemunculannya seringkali dengan memanfaatkan masa-masa ketidakpuasan dan pertentangan penduduk sipil. Bila telah mendapatkan dan mengurat-akarkan kekuasaannya, seorang diktator biasanya akan terang-terangan memakai teror untuk menyingkirkan usaha-usaha menggulingkannya. Selain cara itu, seorang diktator juga memakai “taktik pecah-belah dan lumpuhkan.” Akibatnya, gaya pemerintahannya adalah pemerintahan-terpusat dan -kuat yang memperlemah pemerintahan-pemerintahan lokal.
Popularitas adalah hal penting bagi seorang diktator. Sewajarnya bila ia sering meneriakkan perang pada negara lain atau mempengaruhi rakyat agar menentang kekuatan-kekuatan besar dunia. Dengan begitu, popularitasnya di mata rakyat naik--semua perhatian hanya tertuju pada musuh bersama itu. Adapun dirinya dan kekuasaannya terlupakan oleh rakyat banyak yang sedang terbius. Lagipula, mereka sebagai sebuah bangsa, olehnya, telah dijadikan masyarakat yang tertutup. Hal ini dilakukan dengan pengendalian ketat suratkabar-suratkabar, radio, televisi, film, pemikiran-pemikiran, dan menggunakan semua itu untuk propaganda.
Bangsa yang terbiasa dengan penjajahan, seringkali menerima kediktatoran dengan masa bodoh. Bahkan sering seorang diktator dianggap sebagai pahlawan pada mulanya. Karena terbiasa taat dengan penindasan, mereka memilih bersikap bungkam sambil berharap pada pemerintah yang mengontrol hidup mereka. Mereka terima sebagai hal yang normal jika satu tokoh-kuat tetap pada kekuasaannya, sampai pada saat digulingkan lagi oleh sosok yang lebih kuat.
Sebaliknya, seorang diktator jarang muncul berkuasa pada bangsa yang distabilkan oleh kelas menengah terdidik, kuat, dan mampu berbuat; di mana ada peluang bagi si miskin untuk meningkatkan ekonominya melalui bantuan pemerintah, pendidikan, latihan, perkawinan atau karena keberuntungan. Kekuasaan, bagi mereka, tak-boleh terpusat pada satu tangan saja. Tapi mesti didistribusikan.
Dalam sejarah, diktator pertama yang dikenal dunia adalah Sulla yang mencapai puncak pemerintahannya itu tahun 82—79 S.M. Adapun diktator pertama yang sesungguhnya dalam pengertian modern adalah Julius Caesar. Pada abad XX kemarin, dikenal model-model diktator di berbagai belahan dunia.
Ada Vladimir Ilyich Lenin, Joseph Stalin, dan Nikita Kruschev di Uni Soviet. Ada Bennito Mussolini di Italia dan Adolf Hitler di Jerman. Ada pula Antonio de Oliveira Salazar di Portugal dan Fransisco Franco di Spanyol. Dan tak lupa: Mustafa Kemal Ataturk di Turki. Mereka adalah tokoh-tokoh diktator di benua Eropa.
Di benua Asia dan Afrika, dikenal pula beberapa diktator. Ada Chiang Kai-Shek dan Mao Tse Tung di Cina. Ada pula Soekarno (!) di Indonesia. Ada Gamal Abdul Nasser di Mesir.
Di benua Amerika, bagian benua yang paling sering “dihuni” rezim diktator adalah Amerika Tengah. Ada Rafael Trujillo di Republik Dominika. Ada Fulgecio Batista dan Fidel Castro di Kuba. Ada Francois Duvalier. Bagaimana dengan Amerika Serikat? Tahun 1934, pernah muncul gerakan untuk mengubah Amerika Serikat menjadi negara diktator dengan Jenderal Marinir Smedley Butler sebagai pemimpinnya (hal. 193). Kebetulan saat itu, pengangguran dan kelaparan ada di mana-mana; depresi ekonomi sedang terjadi, dan sayangnya pemerintah tak bisa menanganinya. Tapi gerakan itu berhasil digagalkan.
Kisah para diktator itu, setidaknya, hanya sampai tahun 1967 ketika THE DICTATORS terbit pertama kali. Bukan sampai hari ini, sayangnya, di mana diktator-diktator baru bertambah banyak di Asia dan Afrika. Jangan berharap menemukan Soeharto kecuali sebagai seorang tokoh yang banyak andilnya dalam menggulingkan Soekarno--diktator Indonesia itu.
Namun yang mesti dicermati sampai hari ini, ketika kediktatoran jadi kenyataan, kata Victor Hugo, maka revolusi menjadi kebenaran. Menerima revolusi sebagai jalan perubahan sama artinya menerima perubahan total yang nyaris berdarah-darah. Sedang kita mungkin masih ingat, perubahan total yang nyaris berdarah-darah itu bukan seperti jamuan makan malam, di mana sejenak setelahnya kita bisa tidur damai, tenang, melupakan banyak urusan.
Bagi yang mau tahu tentang kediktatoran pada abad XX (sampai tahun 1967), buku ini adalah karya-klasik-patut-baca.[*]

--Rimbun Natamarga

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar