Judul:
Mari Jatuh Cinta Lagi; Kitab Para Perindu Allah
Penulis: Ibnu Al-Dabbagh Penerjemah: Dr. Abad Badruzzaman, Lc. M.Ag. Penerbit: Zaman Tahun: I, 2011 Tebal: 296 halaman ISBN: 978-979-024-282-1 Peresensi: Achmad Marzuki |
Memang,
cinta benar-benar sebuah misteri, hingga Romeo dan Juliet mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri karena cintanya yang tak direstui oleh keluarga. Begitu
banyak alasan mengikuti mengapa suatu hubungan kisah kasih anak manusia di bumi
ini, tidak berjalan mulus dan bahagia. Hanya karena perbedaan status,
pertengkaran, perdebatan panjang, ketidakcocokan, perselingkuhan,
pengkhianatan, cinta segitiga, dan lain sebagainya.
Cerita
cinta yang demikian mengharukan seringkali terjadi karena yang dicintai
tidaklah sempurna dan terkadang membelakangi cinta kita. Cinta yang
mendatangkan kesempurnaan hanya akan dapat diraih dengan mencintai Dzat yang
maha sempurna. Saat kita membalas cinta satu langkah maka Dia akan membalas
cinta kita dengan berlari. Cinta yang hanya segenggam tangan yang benar-benar
tulus akan dibalas dengan cinta sekarung rahmat.
Tentu
saja untuk mendapatkan cinta sejati dan mensejahterakan jiwa membutuhkan
pengetahuan untuk mengetahuinya. Ibnu al-Dabbagh membahas segala macam cinta
dalam bukunya “Mari Kita Jatuh Cinta Lagi, Kitab Para Perindu Allah” (judul
asli “Masyariqul Anwaril Qulubwa Mafatihul Asroril Qulub)
membahas cinta mulai dari pemaknaan hakikat cinta, sebab-sebab dan tanda-tanda
cinta, kontroversi cinta, pembagian cinta, dan bagaimana menggapai cinta yang
abadi.
Tiga Ragam Jalan Pecinta
Orang-orang
yang meniti jalan cinta terbagi menjadi tiga kelompok; pertama, mereka yang
sampai pada jalan cinta lewat jalan indera dan imajinasi, tidak lebih dari
keduanya. Kedua, mereka yang sampai pada cinta lewat jalan indera dan akal
secara bersamaan. Ketiga, mereka yang sampai pada cinta lewat jalan akal saja,
tanpa indera dan imajinasi. (Halaman 139)
Jelas
sudah bahwa ada tiga ragam jalan para pecinta. Yang pertama adalah
mereka yang selalu membanggakan keindahan fisik, keindahan lekuk, dan keindahan
rupa. Jalan pecinta di sini hanya berjamah-tamah dengan keindahan indrawi yang
hanya senantiasa menilai dari luar. Orang yang mengejar cinta jenis ini
adalah kalangan awam. Kehidupan mereka hanya akan dihabiskan untuk membangun rumah
yang megah, menangisi kekayaan yang hilang, mengoleksi sebanyak-banyaknya
perhiasan, serta mengagumi dan mengejar wanita-wanita cantik.
Kelompok
kedua
lebih bermartabat daripada yang pertama. Mereka tidak hanya menilai keindahan
dari sisi luar saja, tetapi setelah itu mereka sampai pada pemahaman
akal-nalar. Mereka tidak berhenti di alam khayalan tetapi melangkah ke depan
menembus penjara imajinasi. Para pecinta di jalan ini tentu harus melewati
jalan yang pertama dan mereka tidak berhenti melainkan beralih pada nilai yang
lebih bermakna. Dan setelah nilai itu diketemukan aka mereka akan meninggalkan
keindahan rupa dan beralih pada keindahan yang lebih dalam.
Sedangkan
yang ketiga dari para pecinta adalah mereka yang melihat
keindahan suci yang datang dari alam cahaya menjelma pada jiwa mereka. Cinta
yang ketiga ini merupakan puncak, sementara cinta-cinta sebelumnya merupakan
jalan yang dimaksudkan untuk meraih cinta puncak ini. Ia merupakan sifat kaum
yang selalu mendekatkan diri (pada Allah) dan posisi hamba-hamba Allah yang
hatinya benar-benar bersih. Ia juga merupakan tujuan orang-orang yang memiliki
pengetahuan yang lengkap lagi sempurna. Ia bagaikan mata air yang bening dan
menyegarkan.
Di
sini kita diajak untuk menghadirkan cinta sejati, cinta pada Sang Khaliq. Jalan
yang ditempuh para pecinta sejati tidak akan luput dari yang telah dituntunkan,
yaitu melalui jalan al-Qur’an dan petunjuk Rasul, sesuai dengan firman Allah
swt “Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah akan mengasihimu” (Q.S.:3:31).
Buku
ini mengajak pembaca untuk menyelami arti cinta kepada Allah sekaligus
mengalami kehangatan-Nya. Sebuah cinta yang melahirkan pribadi penuh gairah,
yang memerdekakan diri sendiri maupun orang lain. Penulisnya, secara tuntas
mengupas seputar cinta; hakikat, sebab-sebab, tanda-tanda, cara mencintai dan
dicintai, lezatnya kerinduan ruhani, indahnya keintiman spiritual, serta
bagaimana emosi yang sangat luar biasa itu dapat mengubah arah kehidupan
seseorang menuju kebahagiaan abadi, karena kecintaannya terhadap Tuhan.[*]
*) Pegiat di Farabi Institute, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar