Judul:
Memahat Kata Memugar Dunia,
101 Kisah yang Menggugah Pikiran
Editor:
Ary Nilandari
Penerbit: Mizan Learning Centre
Peresensi:
Retnadi Nur’aini
|
“Menulis adalah
jantung dan jiwaku. Menulis menjadi sarana untuk menghidupkan kisah-kisahku.
Tak ada yang lebih memuaskan ketimbang menggoreskan kata-kata di atas kertas
dan mengetahui bahwa mereka akan membangkitkan emosi dan reaksi tertentu dari
pembaca,” demikian pernyataan Christopher Paolini, penulis Eragon.
Paolini tidak
sendirian. Ada seratus tokoh lainnya yang ternyata juga merasakan hal serupa.
Betapa menulis bisa membuat mereka merasa hidup, bertenaga, bahkan mengenal
Tuhan-nya. Dan dalam serial buku Memahat Kata Memugar Dunia inilah, seratus
satu tokoh ini bercerita.
***
Memahat Kata Memugar
Dunia terdiri atas dua buku. Jika pada buku pertama memuat kisah 50 tokoh, maka
buku kedua memuat kisah 51 tokoh. Beberapa diantaranya: Ibn Arabi, Sidney
Sheldon, J.M. Barrie, Jalaluddin Rumi, Danarto dan Virginia Woolf.
51 penulis ini
terkategorisasi dalam sejumlah bagian. Ibn Arabi misalnya, berada dalam bagian
Dinding. Sidney Sheldon dalam bagian Beranda, J.M. Barrie dalam bagian
Langit-langit, Jalaluddin Rumi dalam bagian Taman, Danarto dalam bagian
Pencahayaan dan Virginia Woolf dalam bagian Perapian. Kategorisasi unik dan pas
dalam menyimbolkan dunia sesungguhnya, yang dipugar oleh para tokoh ini melalui
kata-kata.
Dikemas dengan
kutipan tokoh di awal kisah, serta mengedepankan aspek inspiratif dari setiap
tokoh membuat buku ini juga terasa hangat dibaca. Ada kisah Charles Dickens
yang di usia 12 tahun harus bekerja selama 10 jam sehari di pabrik semir sepatu
demi menghidupi keluarganya (hal 78). Pernah mencicipi pahitnya hidup sebagai
seorang buruh, membuat Dickens peka pada kaum miskin dan anak-anak–tokoh
sentral yang kerap muncul dalam karya-karyanya.
Ada pula kisah
Kuntowijoyo yang terus menulis meski telah terserang virus meningoenchepalitis
sejak Januari 1992. Bahkan dua hari sebelum meninggal, Kuntowijoyo masih
menulis dan mengungkapkan keinginannya untuk menulis buku tentang Muhammadiyah
sebelum muktamar (hal 244).
Lebih spesifik
mengenai profesi penulis, ada kisah John Grisham yang harus mencuri-curi waktu
di pagi hari dan diantara waktu reses sidang, demi bisa menulis (hal 90), atau
kegigihan Mary Higgins Clark yang harus menunggu 6 tahun dan menerima 40
penolakan sebelum cerpen pertamanya dimuat di majalah (hal 66). Ada pula kisah
R.L. Stine yang naskahnya harus melalui tangan lima editor–termasuk istrinya
sendiri yang memiliki perusahaan pengemas buku anak. Betapa Stine terkadang
harus merombak outline dan naskahnya, bahkan sampai tiga kali–hal yang kerap
membuat penulis puluhan buku ini frustasi. (hal 168).
***
Diterjemahkan
dengan halus dan sangat mengindonesia, serta kaya akan riset membuat buku ini
sangat bagus sebagai referensi. Baik itu sebagai referensi pribadi para penulis
maupun sebagai referensi pelajaran bahasa di sekolah.
Semoga dengan
meneladani kisah para tokoh ini dalam buku ini bisa memotivasi kita untuk terus
berkarya dan menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Seperti
ujaran Samuel Beckett di hal 283: “Pernah mencoba. Pernah gagal. Tak masalah.
Coba lagi. Gagal lagi. Gagallah dengan lebih baik.” [*]
*) Retnadi
Nur’aini, IRT & pengelola toko buku online halamanmoeka.com
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar