Judul
buku: Soekarno dan Nasakom
Penulis: Nurani Soyomukti Penerbit: Garasi, Yogyakarta Cetakan: Desember 2008 Tebal: 260 halaman |
Soekarno
atau lebih dikenal dengan bung Karno, merupakan figure terpenting yang menjadi
panutan dalam perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan satu dari
sekian banyaknya para pejuang bangsa-negara yang hingga kini namnya masih tetap
abadi, melekat dalam sanubari masyarakatnya.
Semua
ini tidak terlepas dari peranan serta kontribusi yang telah disumbangkan
Soekarno untuk kemerdekaan, serta eksistensi masa depan Indonesia.
Bung
karno terlahir dari keluarga tradisional jawa yang kental berciri mistis dengan
nama kecilnya Kusno. Ayahnya merupakan muslim kejawen dan ibunya Hindu-Bali
yang kemudian membentuk sosialisi pemikiran keagamaannya. Karena itu,
spiritualitasnya "melintas batas" berbagai agama dan tradisi
spiritual.
Uniknya
warisan keberagaman ini bukan diterimanya sebagai kontradisktif melainkan
sebagai harmoni. Keberagaman inilah yang telah membentuk watak dasar semangan
"kegandrungan" bung Karno pada persatuan bangsa-negaranya hingga
akhir hayatnya.
Sejak
Soekarno masih muda, ia telah malang melintang serta sudah banyak berkenalan
dengan berbagai budaya dan ideologi. Dan inilah yang sangat mempengarhi perjalanan
kehidupannya. Selain itu ia juga terkenal sebagai seorang pemuda yang sangat
tangguh pantang menyerah, radikal, sera berhaluan kiri.
Namun
tidak bias dipungkiri selain itu, soekarno juga merupakan orang yang sangat
romantis dan juga idealis. Hingga tidak mengherankan sampai ajal menjemputpun
soekarno masih tetap merupakan orang yang radikal.
Berbagai
kontribusi dan pemikiran telah disumbangkan Seokarno untuk bangsa-negara
Indonesia. Mulai dari meletakan dasar Negara dan pencetus ideology bangsa
Pacasila, sang kolaborator yang ulung dan disegani sampai dunia Internasional
serta baragam lebel serta kebesaran turut serta melekat dalam perjalanan
kehidupannya.
Salah
satu pemikiran soekarno yang hingga sampai saat ini masih tetap menjadi
kontraversi dan bahkan ditentang di kalangan masyarakat Indonesia adalah produk
pemikirannnya yang di kenal sebagai Nasokom (Nasionalisme-Islamisme dan
Komunisme).
Sinkretisme
Soekarno dalam bentuk Nasokom ini yang banyak menemui berbagai kritik dan
perlawanan, baik oleh teman seperjuannya sendiri, para ulama' maupun oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia pada masa itu. Bahkan hingga detik ini,
Nasakom ala Soekarno masih menjadi perdebatan yang sangat sengit oleh berbagai
masyarakat.
Tidak
kurang tokoh besar sekaliber Tan Makala yang jelas-jelas berideologi
Komunis-Marxis pun mengeluarkan kritik yang sangat pedas terkait sinkretisme
yang dikeluarkan Soekarno. Bahkan dari Islam sendiri seperti M Natsirt juga
ikut urun rembug dalam mengkritik sinkretisme tersebut. Sehingga Soekarno
semakin merasa terpojok dengan ideologi yang telah ia keluarkan.
Namun
semua perlawanan yang telah dilancarkan untuk mengkritik Nasokom tersebut oleh
Soekarno langsung ditampik dan mendapatkan perlawanan serta argumentasi yang
tegas dan objektif sesuai dengan konteks situasi yang dihadapi pada masa itu.
Buku
"Soekarno dan Nasakom" ini berusaha membahas lebih jauh terkait
dengan bermacam kontraversi serta pententangan terkait ideology Nasakom
Soekarno. Dengan kemahiran sang penulis, beragam data dan fakta diolah
sedemikian akuratnya. Buku ini berusaha untuk menampilkan sosok Soekarno lebih
objektif dan tidak terjebak berbagai aksi yang lebih bersifat tendensius.
Buku
ini menghadirkan apa dan bagaimana soekarno serta perjalanan panjang
kehidupannya dalam sejarang bangsa-negara Indonesia baik sebelum maupun pasca
kemerdekaan. Selain itu juga dipaparkan lebih jauh/lebih gamblang terkait
dengan ideologi Nasakom (Nasionalisme-Islamisme dan Komunisme) Soekarno yang
banyak menuai kritik dari berbagai kalangan masyarakat, serta mengapa soekarno
bersikap sinkretisme terhadap ideologi yang kasat mata sangatlah bertentangan,
khususnya antara islamisme dan komunisme.
Dengan
hadirnya karya ini tentu akan bermanfaat bagi keberlanjutan serta eksistensi
masa depan bangsa-negara Indonesia ke depan. Sebab di dalamnya menjawab
berbagai polemic tentang Soekarno dengan Ideologinya yang kontraversial Nasakom
yang merupakan salah satu pilar bagi keutuhan Indonesia hingga saat ini.
Selain
juga diperjelas serta dipaparkan lebih komprehensif mulai dari pemikiran,
kehidupan maupun ideologinya. Sehingga masyarakat akan lebih mengenal sosok dan
ideology nasakom Soekarno. Bagaimanapun juga Nasakom merupakan sebuah cita-cita
serta warisan Soekarno yang belum mampu berjalan secara optimal dan terealisasi
di Indonesia.
Terlepas
dari kontraversi Nasakom yang hingga saat ini masih terus berlanjut, cita-cita
Nasakom Seokarno merupakan suatu warisan serta wasiat yang harus diterima dan
digunakan sebagai senjata pemersatu dan alat pembagunan di Indonesia. Sebab
Nasokom yang digagas oleh Soekarno ini merupakan suatu produk sejarah
(perlawanan) bangsa Indonesia sepanjang bangsa ini lahir dan terus saja
berhadapan dengan penjajahan tanpa kita sadari.
Saat
ini kita menghadapi nasionalisme palsu dan sempit, nasionalisme yang bertujuan
membohongi rakyat. Saat ini menghadapi islam palsu dan sempit, yang hanya
kelihatan wajah teroristik, formalitas kosong hingga islam politik yang
berwajah memalukan. Saat ini kita berhadapan dengan orang-orang yang sok
komunis dan menggunakan komunisme untuk menakut-nakuti di satu sisi, atau anak
muda yang sok komunis.
Dengan
membaca dan menelaah buku ini secara mendalam, maka kita akan mampu memahami
serta mempraktikan Nasakom Soekarno dengan seimbang tanpa ada manipulasi di
dalamnya. Memahami dan mempraktikan nasionalisme secara benar, Islam secara
benar dan komunisme secara bebar, serta tidak mempertentangkan antara ketiganya
akan menghasilkan suatu energi yang sangat dasyat untuk menentang penjajahan di
Indonesia. Yang secara sadar maupun tidak, hingga saat ini masih tetap terjajah
oleh imprealisme barat, mulai dari aspek ideologi, budaya, politik mapun
perekonomian yang ada di Indonesia.
Dengan
memahami pemikiran-pemikiran bung Karno yang tertuang dalam Nasakomnya, maka
secara lebih detail akan diketahui secara pasti tentang siapakah nasionalisme
sejati, islam sejati dan komunisme sejati. Yaitu mereka yang memiliki semangat
juang tinggi dalam menjaga serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari
tangan imprealisme, yang menghormati perbedaan suku, yang tidak memaksakan
menggunakan cara-cara kekerasan secara efektif serta yang terlalu jauh
meningglkan kesadaran masa. [*]
*) Miftahul A'la, Peresensi adalah Direktur pada Center for Politic and Law Studies (CePoLS) Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar