Judul: SOE HOK-GIE: Pergulatan Intelektual Muda
Melawan Tirani
Penulis: John Maxwell Penerjemah: Tri Wibowo Budi Santoso (Triwibs) Penerbit: Pustaka Utama Grafitti, cet II, 2005 Tebal: xiv, 443 hlm; 21 cm ISBN: 979-444-422-7 |
Yang
terhormat,
Kami
mahasiswa univeritas di Jakarta, dengan penuh rasa hormat bersama ini kirimkan
kepada anda "perwakilan mahasiswa" di DPR-GR, paket Lebaran dan
Natal. Dalam suasana Lebaran dan Natal ini kami menghormati perjuangan yang
telah kalian lakukan selama berahun-tahun di lembaga "perwakilan"
rakyat ini.
Kondisi
demokrasi Indonesia dan Rule of The Law saat ini jelas merupakan hasil dari
perjuangan kalian semua, mahasiswa yang tak kenal ampun dan tak terkalahkan,
yang tidak pernah menyerah, dan yang tidak kenal kompromi dengan apa yang
benar!
Bersama
surat ini kami kirimkan kepada anda hadiah kecil kosmetik dan sebuah cermin
kecil sehingga anda, saudara kami yang terhormat, dapat membuat diri kalian
lebih menarik di mata penguasa dan rekan-rekan sejawat anda di DPR-GR
Bekerjalah
dengan baik, hidup Orde Baru! Nikmatilah kursi anda-tidurlah nyenyak!
Teman-teman
mahasiswa anda di Jakarta dan eks-demonstran '66
(hal.364)
Sebuah
paket yang berisi pemulas bibir, cermin, jarum dan benang, disertai surat
terlampir diatas yang berisi kumpulan tanda tangan dikirim oleh Soe Hok-gie dan
kawan-kawannya untuk para mahasiswa yang pada saat itu duduk di kursi DPR-GR
sebagai perwakilan mahasiswa.
Paket
tersebut diantar pada tanggal 12 Desember 1969, beberapa saat sebelum keberangkatan
Soe dan Mapala UI menuju Jawa Timur untuk mendaki puncak gunung Semeru. Rupanya
itulah akitvitas terakhir Hok-gie dalam mengkiritsi keadaan politik yang
berkembang di Indonesia. Empat hari kemudian Soe Hok-gie menghembuskan nafasnya
karena menghirup gas beracun di puncak Semeru.
Nama
Soe Hok-gie memang identik dengan gerakan mahasiswa di tahun 60-an.
Pemikiran-pemikiran kritisnya selama menjadi mahasiswa UI yang dituangkan baik
dalam ide-ide pergerakan maupun tulisan-tulisannya di media massa telah melahirkan
sejumlah demonstrasi-yang akhirnya menumbangkan kekuasaan Orde Lama dibawah
pemerintahan Presiden Soekarno.
Soe
Hok-gie dilahirkan pada 16 Desember 1942 . Ayahnya Soe Lie Piet adalah seorang
jurnalis peranakan yang pernah menjadi redaktur harian Tjin Po (1925-1926),
selain itu Soe Le Pit juga sempat menulis cerita-cerita pendek dan novel pada
tahun 1935-1950an. Rupanya jejak Soe Lie Piet sebagai seorang penulis peranakan
berpengaruh besar terhadap anak bungsunya, Soe Hok Gie. Kegemaranya menulis catatan
harian telah diketahui oleh publik semenjak diterbitkannya buku hariannya yang
diberi judul "Catatan Seorang Demonstran" (LP3ES,1983.).
Tulisan-tulisannya yang tajam kerap dimuat di harian-harian nasional di tahun
60-an
Seperti
yang dikenal dalam buku hariannya, Soe Hok-gie mulai secara intens menulis
kesehariannya dan pemikiran-pemikirannya semenjak menduduki bangku SMA. Dalam
usia yang masih relatif muda (17 tahun) Soe Hok Gie telah memiliki daya kritis
yang luar biasa terhadap kondisi bangsanya. Tulisan-tulisannya menunjukkan
keyakinan yang kuat dan keteguhan moral yang luar biasa, yang menegaskan bahwa
generasinyalah yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala masalah.
Setelah
menyelesaikan sekolah menengahnya pada tahun 1961 Soe Hok-gie mendapat
kesempatan mendalami subjek yang telah menarik perhatiannya sejak tahun-tahun
terakhir masa SMA-nya, ia diterima di Fakultas Sastra UI Jurusan Sejarah.
Masuknya Hok-gie di UI sesuai dengan minatnya ini membuat ia semakin matang
dalam segi intelektual dan emosinya dalam mencermati kondisi politik Indonesia.
Meskipun Fakultas Sastra adalah fakultas yang terkecil dan kurang bergengsi di
UI namun hal ini membuat semangat fakultas Sastra UI memiliki esprit de crops
tertentu yang mudah terlihat oleh mahasiswa yang baru diterima. Hal ini juga
membuat fakultas Sastra terlihat lebih independen dan mandiri dan membentuk
ciri khas intitusional tersendiri terutama setelah fakultas sastra dipindahkan
jauh dari kampus utama UI di Salemba ke kampus baru di Rawamangun. Keadaan
kampus Sastra UI yang idependen inilah yang turut membentuk Hok-gie dalam
kemandiriannya dalam berpolitik.
Di
masa-masa kuliahnya Hok Gie terlibat aktif dalam perdebatan dan diskusi dengan
berbagai kelompok dan individu sehingga memberi bentuk dan makna bagi
persepsinya yang baru tentang keadaan masyarakat dan politik Indonesia. Di
masa-masa inilah Soe Hok Gie memperkuat ketetapan hatinya untuk menolak
kebijakan pemerintahan Soekarno dan akhirnya melahirkan komitmennya untuk ikut
aktif dalam usaha menjatuhkan pemerintahannya. Hok-gie adalah konseptor dan
pencetus ide-ide demonstrasi mahasiswa di tahun 60-an yang pada akhirnya akan
membawa pada pergantian pemerintahan dari era Soekarno kepada Soeharto.
Setelah
pemerintahan berganti Hok-gie tak lantas otomatis masuk dalam struktur
pemerintahan yang baru dibawah Presiden Soeharto, Hok-gie berpendapat
keterlibatan langsung mahasiswa dalam politik nasional sebagai fenomena
sementara dan merupakan reaksi spontan terhadap kiris politik yang melanda
Indonesia. Ketika krisis berakhir Hok-gie berpendapat bahwa partisipasi aktif
mahasiswa dalam politik nasional harus diakhiri. Menurut keyakinanya, para
dosen dan mahasiswa kini seharusnya kembali kepada tugas utamanya, yaitu
mengajar dan belajar. Namun daya kritis Hok Gie tidak berhenti begitu saja,
selama ia kembali ke kampusnya di awal masa Orde Baru ia masih aktif menulis
dan mengkiritsi pemerintahan orde baru di berbagai media kampus dan koran-koran
nasional. Di tahun-tahun akhir hidupnya Hok-gie mulai kecewa terhadap apa yang
telah ia perjuangkan, isu korupsi masih mengental di masa awal pemerintahan
orde baru, pembersihan sisa-sisa aktivis PKI dan masalah penangan tahanan PKI
y!
ang tak berperikemanusiaaan membuat ia terus mengkritisi pemerintahan baru yang turut ia bidani kelahirannya. Kegelisahan-kegelisahan pribadi dan kekecewaan terhadap kampus dan pemerintahan baru negaranya membuat Hok-Gie bersama kawan-kawannya kerap menyingkir dari hiruk pikuk politik dan kampusnya untuk mendaki gunung. Setelah ia dan kawan-kawannya mengirim paket Lebaran-Natal untuk mahasiswa yang menajdi perwakilan di DPR-GR, Hok-gie dan kawan-kawannya melakukan pendakian ke Semeru. Tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 27 keganasan gas beracun Semeru membuatnya harus mengakhiri aktivitas politiknya untuk selama-lamanya.
ang tak berperikemanusiaaan membuat ia terus mengkritisi pemerintahan baru yang turut ia bidani kelahirannya. Kegelisahan-kegelisahan pribadi dan kekecewaan terhadap kampus dan pemerintahan baru negaranya membuat Hok-Gie bersama kawan-kawannya kerap menyingkir dari hiruk pikuk politik dan kampusnya untuk mendaki gunung. Setelah ia dan kawan-kawannya mengirim paket Lebaran-Natal untuk mahasiswa yang menajdi perwakilan di DPR-GR, Hok-gie dan kawan-kawannya melakukan pendakian ke Semeru. Tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 27 keganasan gas beracun Semeru membuatnya harus mengakhiri aktivitas politiknya untuk selama-lamanya.
Kehidupan
Soe Hok Gie secara lengkap mulai dari masa kecil hingga akhir dari hidupnya,
beserta pandangan-pandangan politiknya terangkum secara komprehensif dan rinci
dalam buku ini yang diberi judul:SOE HOK GIE:Pergulatan Intelektual Muda
Melawan Tirani karya Indonesianist asal Australia John Maxwell.
Buku
ini tentunya melengkapi sejumlah buku mengenai Soe Hok Gie yang telah terbit
terlebih dulu seperti "Catatan Seorang Demonstran (LP3ES, 1983), Di Bawah
Lentera Merah (Bentang.), Orang-orang Di Simpang Kiri Jalan (Bentang) dan Zaman
Peralihan (Bentang).
Bisa
dikatakan buku ini melengkapi apa yang tidak terungkap di catatan hariannya
yang telah diterbitkan. Buku ini juga memberikan latar belakang peristiwa dari
sejumlah entri yang ditulis dalam catatan hariannya. Sehingga bisa dikatakan
buku ini sangat baik dibaca baik setelah atau sebelum membaca buku hariannya.
Buku
ini adalah sebuah terjemahan disertasi doktoral John Maxwell yang berjudul Soe
Hok-gie: A Biography of a Young Indoensian Intellectual, berisi studi biografi
Soe Hok Gie, seorang aktivis politik dan intelektual muda yang luar biasa dan
paling terkemuka pada dasawarsa 1960-an. Karena merupakan disertasi doktoral
tentu saja buku ini dikerjakan dengan sangat serius oleh John Maxwell. Selain
riset pustaka melalui arsip-arsip tulisan Hok-gie yang tersebar di berbagai
media massa dan ratusan buku yang relevan dalam penulisan biografi ini, John
Maxwell juga menyempatkan diri berkunjung ke Indonesia guna mewawancarai
keluarga Soe Hok-gie dan lebih dari 50 nama lainnya yang merupakan sahabat dan
orang-orang yang pernah bersinggungan dengan Soe Hok Gie selama masa hidupnya.
Buku
ini dibagi menjadi enam bagian besar yang berjudul: 1) Asal-Usul, 2) Konteks,
3) Tahun-tahun awal di Universitas: Kemunculan Seorang aktivis Politik, 4)
Terjun Ke Kancah Aktivisme Politik:Demonstrasi Mahasiswa 1966, 5) Membersihkan
Orde Lama, 6) Bergulat dengan Kemunculan Orde Baru.
Kesemua
bab dalam buku setebal 417 halaman ini terurai secara lengkap dan komprehensif,
selain mengungkap sisi-sisi kehidupan pribadi Soe Hok-gie, buku ini juga
memberikan gambaran yang lengkap mengenai peta politik Indoenesia semenjak
dimulainya Demokrasi Terpimpin di tahun 50-an hingga akhir periode Soekarno dan
awal-awal kemunculan Orde Baru. Gerakan-gerakan mahasiswa paska peristiwa G30S
juga terungkap secara jelas, kecermatan riset pustaka dan wawancara dengan
tokoh-tokoh eks demostran '66 membuat buku ini begitu hidup dan rinci dalam
menggambarkan situasi chaos di tahun 66 yang akhirnya akan meruntuhkan rezim
Orde Lama.
Buku
ini juga dilengkapi dengan Bibliografi yang memuat lengkap daftar karya lengkap
soe hok-gie baik yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.
Buku
ini hingga saat ini meruapakan satu-satunya biografi Soe Hok Gie yang ditulis
secara lengkap. Walau bukan buku baru (terbit 2001) buku ini akan selalu
relevan dibaca bagi merkea yang ingin mengetahui kehidupan Soe Hok-gie dan
sepak terjang mahasiswa di tahun 1966 ditengah hiruk pikuk politik di akhir
pemerintahan Soekarno, buku ini juga dapat mendampingi buku-buku tentang Soe
Hok-gie yang akhir-akhir bannyak diterbitkan ulang semenjak ini namanya kembali
dibicarakan orang menyusul difilmkannya tokoh ini dengan judul "GIE".
[*]
--HERNADI
TANZIL
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar