Judul:
Stilistika; Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya
Penulis: Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta Tebal: xi + 480 halaman
Peresensi:
Supriyadi*)
|
Bahasa merupakan
media, alat, atau sarana untuk komunikasi manusia yang satu dengan yang
lainnya. Dengan bahasa, umat manusia bisa saling berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya. Dengan demikian, tersampaikanlah pesan dari orang ke satu
kepada orang yang lain, bahkan orang yang lain pun bisa membalas pesan tersebut
kepada orang ke satu (pengirim pesan). Hal itu karena bahasa yang digunakan
mampu diiterpretasi dan dipahami oleh kedua belah pihak, yakni pengirim pesan
dan penerima pesan.
Pada dasarnya,
semua makhluk hidup (manusia, binatang, dan tumbuhuan) itu berbahasa. Akan
tetapi, hanya manusia yang dihukumi mempunyai bahasa karena hanya manusia yang
memiliki akal pikiran untuk belajar dan mempelajari sesuatu, termasuk bahasa.
Meski demikian, binatang juga mempunyai bahasa untuk bisa berkomunikasi dengan
binatang lain, bahkan dengan manusia, entah itu menggunakan isyarat atau bahasa
tubuh yang sekiranya bisa dipahami.
Selain sebagai alat
komunikasi, bahasa juga merupakan identitas suatu kelompok. Suatu kelompok bisa
teridentifikasi dari mana asalnya dengan tutur bahasa yang digunakan, gaya
berbahasa, dan khas pengguna bahasa. Orang Indonesia akan diketahui bahwa ia
berasal dari Indonesia jika ia menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan logat
bahasa Indonesia. Orang Jawa, Sunda, Batak, dan yang lainnya juga dapat diketahui
dari bahasa yang digunakan karena dari masing-masing bahasa tersebut memiliki
entitas dan cirri khas yang berbeda-beda sehingga dapat diklarifikasi.
Berkaitan dengan hal itu, bahasa juga bisa digunakan dalam budaya bahasa oleh
masing-masing kelompok.
Dalam kajiannya,
bahasa juga bisa melahirkan karya sastra yang indah. Terlepas dari fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa bisa menjadi sebuah karya sastra yang
indah jika disusun dengan diksi (pilihan kata) yang bagus dan sarat akan makna
yang mendalam. Dalam hal ini, masing-masing bahasa dengan setiap periodisasinya
memilki khas keindahannya. Karya sastra yang lahir dari rahim bahasa itu antara
lain; puisi, sajak, cerita pendek, dan lain-lain.
Prof. Dr. Nyoman
Kutha Ratna dalam bukunya yang berjudul Stilistika; Kajian Puitika Bahasa,
Sastra, dan Budaya dengan lugas memaparkan pembahasan gaya bahasa Indonesia
dalam kajian bahasa sastra dan budaya. Gaya bahasa (style),adalah cara-cara
khas bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu sehigga tujuan
yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Dengan demikian ini, gaya
bahasa beragam menurut adat dan budaya berbahasa masing-masing daerah.
Stilistika, yakni
ilmu tentang gaya bahasa, menjadi suatu disiplin ilmu yang mempelajari
gaya-gaya bahasa. Sebenarnya, penggunaan dari gaya dan ilmu gaya itu secara
luas meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, bagaimana segala sesuatu
dilakukan, dinyatakan, dan diungkapakan. Secara sempit, gaya dan atau ilmu gaya
digunakan pada kajian bahasa dan sastra, khususnya adalah puisi.
Gaya bahasa adalah
cara tertentu, dengan tujuan tertentu. Meskipun demikian, gaya tidak bebas sama
sekali. Gaya lahir secara bersistem, sebagai tata sastra. Memang benar ada
kebebasan penyair, tetapi gaya tetap berada dalam aturan, sebagai puitika
sastra (hal. 386).
Dalam pembicaraan
puisi, adalah termasuk sastra. Dalam sastra secara substantif, terkandung gaya
(style) dan keindahan (esthetic). Antara stilistika dan estetika, sebenarnya
saling melengkapi keberadaannya. Seluruh aspek keindahan dalam karya sastra
terkandung dan dibicarakan melalui medium, yaitu unsur-unsur gaya bahasanya.
Stilistika menampilkan keindahan, sementara keidahan melibatkan berbagai sarana
yang dimiliki oleh gaya bahasa. Stilistika lahir dari rahim retorika, sementara
estetika dari filsafat. Keberbedaan asal itulah yang menjadikan saling
melengkapi antara keduanya.
Indonesia, telah
melahirkan berbagai karya santra. Chairil anwar dengan Aku-nya membangun gaya
tersendiri dalam karakter berpuisinya. Putu Wijaya hingga Zawawi Imran juga
telah membangun gaya dan karakternya dalam berbahasa dan mengolah bahasa
menjadi karya sastra puisi. Dengan demikian, masing-masing penyair memiliki
khas yang berbeda-beda.
Begitu pun secara
periodik, puitika atau karya sastra di Indonesia pun relatif berubah dari masa
ke masa. Periodisasi tersebut terbagi dalam beberapa masa, yakni angkatan balai
pustaka (‘20-an), pujannga baru (’30-an), angkatan ’45, angkatan ’60 hingga
angkatan ’70 dengan ciri sastra populer dan sastra perempuan. Kemudian
periode sastra angkatan 2000-an dengan ciri postmodernisme.
Karakter yang
dibangun pada masing-masing angkatan memiliki ciri tersendiri dalam melahirkan
puitika karya sastra. Terlebih lagi periode sastra angkatan 2000-an seperti
sekarang ini, keragaman berpuisi telah lebih mengenalkan heterogenitas gaya dan
keindahan.
Buku yang berjudul
Stilistika; Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya layak dijadikan referensi
oleh siapa saja yang ingin mendalami stilistika sebagai analisis bahasa dan
sastra yang terkait dengan budaya. Khususnya pada sastrawan dan ahli bahasa,
buku ini sangat membantu dalam kajian-kajian bahasa dan sastra. Bahkan
masyarakat sebagai penikmat karya sastra dan pengguna bahasa, akan diajak oleh
penulis untuk menyelami stilistika dari sejarahnya hingga kemunculannya di
Indonesia, serta kaitannya dengan estetika.
Bahasa merupakan
alat kounikasi. Akan tetapi, selain itu, fungsi bahasa juga bisa berupa karya
sastra yang menggunakan keindahan kata yang memikat. Indonesia mempunyai bahasa
Indonesia yang mana bahasa tersebut telah meahirkan karya-karya yang indah. [*]
*) Pustakawan dan
Pengamat Sosial pada Yayasan Ali Maksum, Yogyakarta.
Sumber:
Kompas 16 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar