Judul:
The Idea of Indonesia
Penulis: R.E. Elson Terbit : Desember 2008 Penerbit: Serambi ISBN: 978-979-024-105-3 Halaman: 580 / HVS
Peresensi:
Miftahul A’la*)
|
Sejarah selalu
bergulir sesuai dengan perubahan zaman. Siapa yang berkuasa, pasti dapat dikatakan
merekalah yang menjadi pemegang utama dalam penulisan sejarah. Sejarah yang
ditulis akan selalu menempatkan mereka pada titik tertinggi sesuai dengan
keinginannya.
Benar tidaknya
sejarah dalam peradaban, boleh dibilang tergantung siapa penguasanya, tak
terkecuali di Indonesia. Dari sekian banyak penjajah yang pernah singgah,
sejarah Indonesiapun muncul dalam banyaknya versi bak jamur di musim hujan.
Setiap orang mengatakan bahwa sejarah merekalah yang benar. Akhirnya
memunculkan kontroversi berkepanjangan. Dan sejarah tentang Indonesia pun
menjadi sesuatu yang absurd.
Memang gagasan
tentang awal pemikiran dan pembentukan Negara Indonesia sudah banyak menjadi
perdebatan yang cukup alot, terlebih oleh sejarawan internasional. Pelbagai
kalangan mengklaim merekalah yang memunculkan ide tentang pembentukan
Indonesia. Khususnya sejarawan Belanda yang banyak memiliki data tentang
Indonesia, sehingga mereka beranggapan cikal bakal Indonesia dibentuk mereka.
R. E. Elson,
seorang tokoh ternama, lewat karyanya ini berusaha untuk mengenalkan kembali
serta mencari asal-usul dari gagasan terbentuknya Indonesia, yang dimulai sejak
pertengahan abad kesembilan belas.
Ia juga berupaya
menelusuri lebih jauh lagi tentang pelbagai jalan berliku yang telah dilalui
Indonesia hingga mampu eksis hingga kini. Dia mencari tahu mengapa Indonesia
ada sebagai suatu negara-bangsa meskipun menghadapi begitu banyak tantangan,
dan seperti apa bentuk-bentuk yang dulu pernah dilalui Indonesia.
Dia mencoba
menjelaskan ciri bangsa ini dalam perjuangannya menuju kesatuan dan cita-cita.
Analisisnya menyajikan narasi kronologis yang membedah politik Indonesia,
tokoh-tokoh politik, serta hubungan mereka dengan rakyat Indonesia.
Jika kita telusuri
lebih jauh, gagasan tentang Indonesia ini sebenarnya sudah lama mencuat.
Gagasan ini pernah di lontarkan oleh JR Logan pada 1850-an. Ia merupakan
seorang sejarawan dari Belanda yang berstatus sebagai editor majalah etnografi
The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia.
Kurang lebih
gagasan yang dimaksudkan adalah sebagai suatu bentuk mewadahi untuk apa yang
kini disebut sebagai identitas Indonesia. Logan memilih, sebuah kesatuan
negara-negara itu, dengan sebutan Indonesia dengan ungkapannya, “I prefer the
purely geographical term, Indonesia, which merely shorter synonym for the
Indians or the Indian archipelago.” Sampai kemudian pada simpulannya, “We thus
get Indonesian for Indian Archipelagians or Indian Islanders.”
Sayangnya pada masa
itu sulit bagi orang-orang yang mendiami sebuah kepulauan pada pertengahan abad
ke-19 untuk membayangkan satu indentitas dengan 13.000 suku yang tersebar di
Nusantara. Sehingga teori yang digunakan ini belum mampu diterima akal
masyarakat. Ironisnya lagi masyarakat tak pernah mengetahui bahwa
keterlibatannya dalam suatu ruang-waktu itu kemudian menjadi sebab-sebab adanya
Indonesia.
Sembilan tahun
kemudian, ketika sebuah novel monumental yang ditulis setelah pengumuman Logan
tersebut, Max Havelaar (1859), karya Multatuli atau Eduard Douwes Dekker telah
membuktikan fakta itu: semua yang digagaskan oleh JR Logan merupakan sebuah
potret otentik yang bisa kembali menggugah kesadaran, yang semakin menguatkan
seluruh masyarakat dunia bahwa pada dasarnya gagasan Indonesia telah terbentuk
jauh pada abad-abad lampau.
Secara rasio, awal
terbentuknya Indonesia memang merupakan gagasan luar biasa yang nyaris mustahil
terjadi di tengah keterpurukan rakyatnya. Sepintas, bahan-bahan kesatuan
nasional Indonesia tampak tak menjanjikan, sejarah Indonesia penuh noda
perseteruan internal mendalam dan sering berlumur darah gara-gara perbedaan
ideologi, suku, dan agama. Tapi, Indonesia sebagai konsep dan negara-bangsa
terus ada, bahkan mungkin sedang mulai berjaya kembali.
Sayangnya
masyarakatnya Indonesia sendiri kurang begitu antusias untuk lebih memahami
awal terbentuknya Indonesia. Kebanyakan masyarakat Indonesia sudah merasa puas
dengan kehidupan yang dijalani tanpa berani mempertanyakan kembali asal-usul
tempat yang ditinggali.
Karya ini mencoba
membenarkan bahwa Indonesia itu ada, meski hanya dalam pikiran orang, sebelum
Indonesia benar-benar diwujudkan pada 1945. Secara keseluruhan, pemikiran dasar
yang kontraversial tentang awal pembentukan sejarah Indonesia semuanya dikupas
lebih jauh dalam buku ini (hal xxix).
Dengan piawai Elson
memberikan penjelasan kepada seluruh masyarakat Indonesia secara lebih tepat
dan terperinci tentang sejarah intelektual awal dari “gagasan dan ide
terbentuknya negara Indonesia”. Suatu gagasan yang selama ini sadar maupun
tidak telah luput dari pandangan masyarakat Indonesia. Dari awal sampai
terbentuknya Indonesia, semuanya dikupas lebih komprehensif dan akurat. Dengan
gaya tulisan ilmiah yang tetap enak dibaca, baik oleh pembaca umum dan
khususnya para ahli-ahli sejarah Indonesia.
Dengan kehadiran
buku ini tentu akan menyadarkan kita sebagai masyarakat Indonesia bahwa
bangsa-negara Indonesia ini bukan lahir semata karena koinsidensi, melainkan
lahir dari kolase gagasan yang direnungkan dengan serius dan melalui proses
yang panjang.
Sejarah adalah
lautan tanpa tepi — yang mengutip Ibnu Khaldun (1332- 1406) dalam
al-Muqaddimahnya — sejarah adalah suatu penalaran kritis dan kerja yang amat
cermat dalam mencari suatu yang haq (kebenaran), dan tak terjebak pada hal-hal
yang bersifat tendensius.[*]
*) Pecinta Buku dan
Pustakawan di Yogyakarta
Sumber:
Tempo Interaktif,
13 April 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar