Judul: The
Mystery of Historical Jesus
Penulis: Louay Fatoohi Penerbit: Mizan Cetakan: I, April 2012 Tebal: 851 halaman Peresensi: Wildani Hefni*) |
Kajian
dan karya-karya tentang Yesus yang ada selama ini mayoritas bersandar pada
Perjanjian Baru, sumber-sumber Kristen, Yahudi, dan sumber-sumber sejarah
lainnya. Al-Qur’an jarang disebut apalagi dipertimbangkan oleh sebagian besar
penulis Kristen. Pengabaian ini mencerminkan anggapan bahwa Al-Quran tidak
dapat diandalkan sebagai sumber penelitian sejarah. Sebaliknya, para peneliti
muslim yang menulis tentang Yesus hanya mengkaji apa yang dikatakan Al-Qur’an
dan sumber-sumber Islam lainnya namun menolak gambaran Kristen tentang Yesus.
Buku
The
Mystery of Historical Jesus karya Louay Fatoohi sengaja hadir untuk
mengkaji Yesus dengan pendekatan qur’ani. Fatoohi memperlihatkan bahwa gambaran
Al-Qur'an tentang Yesus bersifat konsisten secara internal dan dapat dicocokkan
dengan fakta sejarah yang ada. Fatoohi adalah cendekiawan mulism Inggris yang
baru masuk Islam saat umurnya masuk 23 tahun. Ia tertarik untuk memperdalam
Al-Qur’an karena baginya, Al-Qur’an telah mengambil panggung utama yang begitu
berpengaruh dalam ketertarikannya kepada Yesus (hlm 17).
Dalam
buku ini, Fatoohi hendak menegaskan posisi Al-Qur'an sebagai sumber yang
konsisten, otentik dan komprehensif tentang sejarah Yesus. Ia menampilkan
kajian yang menempatkan sumber-sumber sejarah tentang Yesus secara berimbang.
Menurut Fatoohi, Al-Qur’an banyak menyebut Yesus atau Isa Al-Masih dalam
beberapa ayatnya, seperti dalam QS. Annisa’: 163, QS. Maryam: 30, QS.
Ali-Imran: 84, QS. Al-Baqaroh: 84, dan QS. Ali Imran: 49, QS. Al-Maidah: 65,
dan QS. Al-Hadid: 57 (hlm 443).
Kajian
Fatoohi yang imajinatif dan argumentatif ini, menyatakan bahwa Yesus menurut
Al-Qur’an adalah seorang Nabi manusia dan utusan Allah yang tidak pernah
mengklaim sebagai Tuhan. Yesus adalah pendahulu Nabi Muhammad yang hidup
sekitar enam abad sebelum Nabi Muhammad. Ramalannya tentang kedatangan Muhammad
dan pembenar atas kenabiannya secara khusus menjadi penting. Pada saat Nabi
Muhammad hadir, ada jutaan orang Kristen di pelbagai penjuru negara. Yesus
memerintahkan orang-orang Kristen untuk menerima Nabi yang baru melanjutkan ajaran
yang telah disampaikannya. Al-Qur’an mengatakan bahwa setiap Nabi datang dengan
membawa misi kebaikan dan mengakui serta membenarkan terhadap nabi-nabi
sebelumnya. Muhammad membenarkan ajaran Yesus, Musa, Harun, dan nabi-nabi
sebelumnya. Yesus menurut Al-Qur’an sama dengan nabi-nabi sebelumnya. Hanya
saja, Al-Qur’an menetapkan Muhammad sebagai Nabi puncak risalah ilahi (hlm
455).
Menurut
pengajar di Universitas Durham ini, Al-Qur’an menghormati seluruh Nabi dan juga
memposisikan Yesus secara terhormat. Al-Qur’an mengisahkan Yesus dalam 11 ayat.
Kisah Yesus dalam Al-Qur’an secara substansial berbeda dengan Kristen yang ada
dalam perjanjian baru. Yesus dalam Perjanjian Baru dianggap bersifat ketuhanan
sebagai esensi dari kedudukan uniknya sebagai anak Allah. Al-Qur’an menegaskan
bahwa Yesus adalah nabi Muslim laiknya Adam, Ibrahim, Musa dan nabi lainnya.
Deskripsi ini barangkali terdengar aneh bagi orang yang tidak memahami makna
qur’ani Islam dan berpikir bahwa Islam hanya terkait dengan nabi Muhammad.
Menurut Fatoohi, ungkapan perisraftik “anak Allah” hanya untuk menepis upaya
menuhankan Yesus di masa mendatang. Al-Qur’an secara mutlak menolak pernyataan
bahwa Yesus adalah anak Allah. (hlm 782).
Lebih
jauh, buku ini juga mengulas bahwa Yesus mendapatkan mukjizat dari Allah.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa Yesus menerima mukjizat berupa kecerdasan
paranormal, menciptakan bentuk-bentuk burung dari tanah liat, menyembuhkan
kebutaan, dan menghidupkan orang mati (hlm 547). Yesus juga tak pernah
mengklaim diri atau menginginkan menjadi seorang raja bagi bangsa Yahudi. Misi
Yesus sama dengan misi spiritual yang dibawa oleh nabi-nabi lainnya.
Karya
yang ditulis dengan penelitian ekstensif ini mengisi kekosongan dalam literatur
tentang Yesus historis dengan mempertimbangkan Al-Qur’an, Injil, dan
sumber-sumber religius dan historis lainnya. Buku ini sangat komprehensif dan
informatif dalam memberikan perspektif baru dan segar tentang sejarah Yesus
dengan pendekatan qur’ani.[*]
*) Peneliti di Lembaga Kajian Pendidikan, Keislaman dan Sosial (LeKDiS), Jakarta
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar