Judul Buku: Ahmadinejad! David di Tengah Angkara
Dalam Goliath
Dunia
Pengantar: Rosianna Silalahi Penerbit: PT Mizan Publika Cetakan: V, Januari 2007 Tebal: xxvi + 303 hlm
Peresensi: Ach.
Syaiful A'la*)
|
Masih ada negara
yang berani menantang Amerika Serikat (AS)? Jawabannya, ada. Satu dari sekian
negara itu adalah Iran, Mahmoud Ahmadinejad sebagai presidennya. Berbagai
pernyataannya seputar nuklir dan Israel menyulut kemarahan sang Adikuasa, AS
dan sekutunya. Ahmadinejad tetap bersikukuh pada pendirian dan menunjukkan
kegigihannya untuk menentang tekanan-tekanan terhadap negaranya terkait program
nuklir.
Tak bisa disangkal
lagi, Ahmadinejad adalah Presiden Iran yang paling kontoversial sejak Revolusi
Iran tahun 1979 di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini. Dia adalah presiden yang
tidak berasal dari kalangan Mullah yang menjadi status-quo selama beberapa
tahun mendominasi hampir semua kekuasaan di Iran.
Ahmadinejad juga
bukan orang dari kalangan elit yang dekat dengan kekuasaan, tidak mempunyai
jejak-rekam (track-record)
sebagai politisi dengan sebagian sumber dana untuk meraih pucuk kekuasaan,
tetapi hanyalah seorang revolusioner yang mampu merebut hati masyarakat dari
tingkat akar rumput.
Ahmadinejad tak
pelak merupakan politisi misteri dan penuh keajaiban. Hampir banyak orang tidak
tahu secara rinci latar belakangnya sebelum menjadi Wali Kota Teheran, termasuk
sebagai Gubernur Ardabil periode 1993-1997, jauh dari jangkauan sorotan media
atau pun guratan pena para wartawan. Namun, setelah menjadi Wali Kota, barulah
khalayak mengenal dari dekat prestasi yang mampu diraihnya selama menjabat dan
menyukai kebijakan-kebijakan populisnya dengan membela kepentingan rakyat kecil
di atas kepentingan kelompok elit.
Hal yang menarik
dari putra kelahiran Teheran ini adalah konsep kesederhanaannya dalam birokrasi
pemerintah sebagai kepala negara, jabatan presiden bukanlah kesempatan untuk
mengambil peluang demi kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya. Tetapi
semata-mata untuk kepentingan bersama, bangsa dan negara. Contoh kecil,
hidangan untuk para tamu negara di Kantor Istana Kepresidenan Ahmadinejad buah
mentimun, anggapan Ahmadinejad, kalau para tamu diberi suguhan berupa buah
pisang saja sudah dianggap terlalu mahal.
Hal lain yang perlu
dicontoh Ahmadinejad, konsep yang digunakan ketika kampanye pencalonan dirinya
sebagai Presiden Iran. Kubu yang mendukung terhadap percalonan dirinya tidak
terlalu banyak memamerkan spanduk, umbul-umbul, stiker, dan sponsor-sponsor di
media cetak maupun elektronik. Tetapi, Ahmadinejad lebih mendekati dan
memberikan bantuan kepada rakyat kecil, walaupun diambilkan dari gajinya
sendiri sebagai gubernur dan dosen pada sebuah perguruan tinggi. Juga tidak
pernah membawa atribut jabatan kekuasaan pemerintahan dalam kepentingan
pribadi.
Mengenai program
pengembangan teknologi nuklir Iran, Ahmadinejad menegaskan bahwa teknologi ini
bertujuan "damai" dan tidak akan mengancam pihak manapun. Juga, Iran
tidak akan menyebabkan ketidakadilan bagi setiap orang (bangsa lain) dan pada
saat yang sama Iran tidak akan tunduk kepada ketidakadilan.
Buku setebal 303
halaman ini ditulis dengan gaya narasi dan populer agar tidak terkesan sebagai
sebuah reportase dan liputan berita yang menguras nutrisi otak, juga bukan buku
agama, yang umumnya gagal mempertahankan obyektifitas dan sarat dengan persepsi
sepihak.
Dari beberapa bab
di dalamnya dijelaskan secara rinci. Misalnya, Bab 1: "Mendiskripsikan
tahun 1989-an Iran yang penuh gejolak khususnya sepeninggalnya pimpinan
spiritual, Ruhullah Khomaine", Bab 2: "Menggambarkan Teheran sebagai
cerminan untuk Ibukota Jakarta", Bab 3: "Mendiskripsikan detik-detik
keajaiban naiknya Ahmadinejad ke pucuk kekuasaan sebagai Presiden Iran",
Bab 4: "Mengupas banyak hal tentang senandung revolusi berkaitan dengan AS
dan isu nuklir damai", serta dilengkapi dengan lampiran surat Ahmadinejad
kepada Presiden AS George W Bush dan rakyat AS.
Presiden
Ahamdinejad telah meraih popularitas dalam dunia Islam, karena berhasil
menjelma sebagai simbol perlawanan terhadap hegemoni Barat, AS dan kroninya. Ia
mengulang fenomena Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tahun 1960-an dan
Perdana Mentri Malaysia Mahathir Muhammad pada musim 1990-an. Sosok Ahmadinejad
adalah orang yang sederhana yang dekat dengan "rakyat". Kemenangannya
mengalahkan Hashemi Rafsanjani (sebagai penguasa Iran waktu itu) merupakan
sesuatu yang sangat mengejutkan, karena sudah dianggap tidak mungkin.
Apa yang dilakukan
Ahmadinejad semestinya menjadi teladan bagaimana seorang pemimpin untuk
mengambil hati rakyat, serta menjaga harkat, martabat, dan kehormatan
bangsanya.
Buku ini perlu
dibaca oleh para pemimpin negara, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudoyono,
Gubernur, DPR, sehingga sosok Ahmadinejad menjadi cerminan dalam mengambil
kebijakan yang begitu tegas dengan segala risiko yang akan dihadapi untuk
kepentingan bangsa dan negara. [*]
*) Peresensi adalah
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar