Judul: Aktivasi Sholawat Nabi; Menjadikan Sholawat
Sebagai Doa Mustajab untuk Mewujudkan
Segala Kebutuhan dan Hajat
Penyusun: KH A. Aziz Masyhuri Penerbit: Pustaka Pesantren, Yogyakarta Terbit: Pertama, 2011, Tebal: 226 Halaman Peresensi: M Kamil Akhyari *) |
Jika
Anda bertanya, bagaimana cara mudah jadi orang kaya? Lalu dijawab, perbanyaklah
membaca sholawat kepada Rasulullah! Mungkin Anda tidak akan percaya. Apa
hubungannya orang kaya dengan banyak membaca sholawat? Bukankah rahasia sukses
orang kaya adalah bekerja keras dan banting tulang tak mengenal siang dan malam
demi mendapatkan selembar uang? Itulah mungkin pertanyaan-pertanyaan yang
muncul dibenak Anda.
Secara
logika memang tak ada sangkut pautnya antara kaya dan sholawat. Mungkin
bagi Anda yang kurang suka membaca sholawat akan berkata, hanya orang yang
sudah tidak waras yang mau kaya dengan memperbanyak bacaan sholawat. Diakui
atau tidak, para ulama salaf telah membuktikan kedahsyatan bacaan sholawat, dan
terbukti secara empirik.
Sejatinya,
bacaan sholawat yang keluar dari bibir tak hanya mengandung muatan
spritual-ukhrawi. Tapi juga mencakup urusan dunia, termasuk didalamnya orang
yang butuh harta kekayaan. Mahalnya harga sembako, maraknya prostitusi dan semakin
mahalnya harga kejujuran para elite bangsa ini disebabkab karena masih
kurangnya membaca sholawat tidak sepenuhnya salah. Jika sholawat yang dibaca
tak hanya sebatas keluar dari mulut, tapi juga dikaji maknanya niscaya hidup
ini akan damai sejahtera sebagaimana Rasulullah contohkan.
Sholawat
bukan hal yang baru di Indonesia. Setiap umat Islam Indonesia, setidaknya
setiap tahun memperingati kelahiran Nabi Muhammad dan menyanjungnya melalui
bacaan sholawat. Bahkan, sholawat tak hanya dilakukan antar pribadi dalam
keseharian, tapi diformalkan dalam bentuk perkumpulan sholawat, mulai dari yang
dibaca dengan lirih dan pelan sampai yang dibaca dengan keras dan
disenandungkan.
Anda
yang sudah melakukan hal itu namun belum mencapai tingkatan “haqq al yaqin” dan
belum merasakan kedahsyatan sholawat mungkin masih bertaya-tanya, kenapa
kemiskinan masih terjadi dimana-mana? Bukankah tidak sedikit penduduk negeri
ini yang telah terbiasa mengamalkan sholawat.
Berdoa
tak ubahnya melamar pekerjaan. Sebelum mendatangi kantor yang memutuhkan
pekerja baru, sebelumnya harus mempersiapkan berbagai macam berkas yang telah
dipersyaratkan untuk memenuhi kebutuhan administrasi. Memanjatkan doa pun
demikian, sebelum menengadahkan tangan terlebih dahulu harus menjalankan
kiat-kita doa mustajab. Ini terkadang yang kurang diperhatikan sehingga doa
yang dipanjatkan tak kunjung terkabul.
Buku
karya Pengasuh Pondok Pesantren Al Aziziyah Jombang Jawa Timur ini mencoba
mengetengahkan kiat-kiat doa yang mudah dikabulkan, yang harus ditempuh seorang
hamba sebelum memanjatkan doa. Para ulama mengakui kedahsyatan sholawat sebagai
doa paling ampuh. Dalam buku ini, KH. A. Aziz Masyhuri menyusun berbagai macam
sholawat (yang datang langsung dari Rasulullah maupun hasil kreasi ulama salaf)
dengan khasiat yang berbeda-beda sebagai kekuatan doa paling mustajab untuk
memenuhi segala macam kebutuhan hidup.
Selain
itu, buku tersebut dilengkapi dengan kisah hikmah ulama tertentu yang telah
menggapai kesuksesan hidup melalui kekuatan sholawat yang dipanjatkan.
Sayang,
kisah-kisah menginspirasi ulama terdahulu yang telah mencapai puncak kesuksesan
melalui amalan sholawat tidak mendapatkan porsi yang dominan. Sehingga kurang
kuat untuk membantah orang yang apriori terhadap kekatan sholawat sebagai doa
paling mustajab dengan menghadirkan bukti empirik.
Doa Mustajab
Doa Mustajab
Setiap
doa yang dipanjatkan, pertama kali yang harus ditempuh sebelum memanjatkan
keinginanya, jiwa dalam keadaan suci. Termenologi suci tak hanya sebatas suci
fisik sebagaimana pada umumnya. Bersihnya hati dari sifat-sifat yang kurang
baik dapat mengambat terkabulnya doa. Perilaku juga jadi penentu diterima atau
tidaknya sebuah doa.
Selain
pribadi yang suci, syarat lain diterimanya sebuah doa, konsentrasi terhadap doa
yang dipanjatkan. Khusyuk menjadi lambang sejauh mana seseorang serius meminta
untuk mewujudkan segala hajat hidupnya.
Dan
yang tak kalah penting konsistensi. Sebuah permohonan terkadang tidak langsung
diterima, dan butuh proses panjang dan melelahkan untuk diterimanya. Sehingga
dituntut sabar dan istiqamah sampai terkabul hajatnya. Salah satu syarakat
terkabulnya sebuah doa adalah dawam, yaitu melaksanakan secara terus menerus
dengan tidak ada henti-hentinya (hal. 30).
Jika
doa Anda belum terkabul, sudahkan Anda menjalani semua kiat-kiat tersebut? Jika
masih belum selamat mencoba! Wallahu a'lam. [*]
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar