Judul
buku: Allah Sang Tabib:
Kesaksikan Seorang Dokter
Ahli Bedah
Penulis: Dr H Briliantono M Soenarwo Penerbit: Al-Mawardi Cetakan: II, Februari 2009 Tebal: 275 hlm |
Betapa banyak orang
yang meyakini bahwa hanya dokter dan obatlah yang bisa menyembuhkan penyakit.
Bahkan, tidak sedikit orang yang fanatik berobat hanya ke dokter tertentu,
karena mereka yakin hanya dokter tersebutlah yang bisa mengobati penyakitnya.
Mereka rela antre berjam-jam hanya agar bisa berobat kepada dokter tersebut.
Sebaliknya, kalau dokter tersebut tidak masuk, mereka lebih memilih batal
berobat di klinik atau rumah sakit tersebut.
Banyak orang yang
percaya bahwa obat tertentu sangat manjur dan menyembuhkan, sekalipun harganya
sangat mahal tetap dibeli. Padahal peng obatan itu bisa dimulai dari diri
sendiri dan dengan biaya yang murah.
Begitulah fenomena
yang terjadi di masyarakat. Mereka cenderung “mendewakan” dokter dan
“menuhankan” obat-obatan. Padahal, berapa banyak dokter ahli jantung yang
justru terkena penyakit jantung? Berapa banyak dokter ahli ginjal yang justru
terkena penyakit ginjal? Berapa banyak dokter ahli yang dirinya,
suami/istrinya, atau anak-anaknya terkena penyakit yang merupakan keahliannya
sebagai dokter? Berapa banyak anak dokter yang meninggal dunia karena suatu
penyakit, padahal fasilitas pengobatannya begitu lengkap, dan ayahnya telah
berhasil menyembuhkan ratusan atau ribuan pasien?
Sebaliknya, ada
orang sakit parah yang proses pengobatannya sederhana saja, namun bisa sembuh.
Ada orang yang divonis oleh dokter umurnya hanya tinggal tiga bulan lagi, namun
ternyata bisa sembuh dan 20 tahun kemudian masih hidup.
Kenyataan ini
menunjukkan bahwa sesungguhnya bukanlah dokter dan obat-obatan yang
menyembuhkan suatu penyakit. Ada Dzat Yang Mahakuasa dan Maha Penyembuh. Dialah
Allah SWT. Dokter hanyalah alat atau perantara untuk kesembuhan sang pasien.
Itulah pesan utama buku ini.
Buku berjudul Allah
Sang Tabib ini ditulis oleh seorang dokter yang telah berpraktik hampir 30
tahun lamanya, dan sejak 20 tahun terakhir merupakan dokter ahli bedah tulang.
Ia menulis buku ini berangkat dari kemirisannya melihat fenomena yang
berkembang di masyarakat, yakni mendewakan dokter dan menuhankan obat-obatan.
Padahal
pengalamannya sebagai dokter hampir tiga dekade mengajarkan banyak sekali hal
kepada nya. Bahwa Allah-lah hakekatnya yang menyembuhkan. Sungguh pun demikian,
manusia wajib berikhtiar. Karena ikhtiar itu sendiri adalah bukti keimanan
seseorang. Ikhtiar itu pun banyak caranya, baik dengan terapi penyembuhan
modern, terapi penyembuhan tradisional, dan terutama dengan terapi penyembuhan
Nabi .
Penulis menegaskan,
ada lima langkah hidup sehat menurut Islam. Pertama, pola hidup sehat, misalnya
tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman keras, tidak menggunakan obat-obatan
terlarang. Kedua, menjaga mulut dari makanan, minuman maupun perkataan yang
tidak baik. Ketiga, melakukan olahtubuh. Selain olahraga, justru shalat
merupakan olahtubuh yang paling baik. Keempat, obat-obatan. Kelima, dokter atau
tabib. “Jadi, dokter hanyalah peringkat kelima atau terakhir, dan urutan ini
tidak boleh dibalik-balik,” tegas lelaki yang akrab dipanggil Dr Tony ini.
Penulis juga
menjelaskan, dalam pengobatan modern, hirarki tertinggi adalah dokter sebagai
kapten (pimpinan), di bawahnya ada perawat, dan yang terendah adalah pasien.
Dalam pengobatan syariah, yang tertinggi adalah Allah, sedangkan dokter,
perawat dan pasien berada dalam posisi sejajar. Dokter tidak lebih tinggi dari
pasien. Dokter hanyalah manusia biasa juga, hanya saja ia belajar ilmu
kedokteran, namun bukan ia yang menyembuhkan pasien. “Sakit dan sembuh adalah
hak Allah,” tegas penulis.
Penulis membagi
bukunya menjadi enam bab. Bab satu mengupas tentang manusia sebagai makhluk
yang luar biasa. Sesungguhnya segala yang ada pada diri manusia merupakan hal
yang luar biasa dan menunjukkan kekuasaan Allah Yang Mahakuasa. Dalam bab ini
penulis membahas keunikan jantung, otak manusia, hati, jiwa dan akal. Bab dua
membicarakan selayang pandang sejarah kedokteran. Baik sejarah kedokteran Barat
maupun Islam.
Bab tiga memaparkan
tentang sakit dan ikhtiar. Dalam bab ini penulis menjelaskan bagaimana Islam
memandang sakit dan penyakit, serta berbagai hikmah sakit dan adab menjenguk
orang sakit. Penulis juga mengemukakan pentingnya ikhtiar dalam pandangan
Islam.
Bab empat
memperbincangkan Islam dan kesehatan. Di dalamnya dibahas tentang gaya hidup
sehat, makanan dan minuman yang dianjurkan, serta kebiasaan makan dan minum ala
Rasulullah saw. Bab lima menyajikan sehat sempurna ala Nabi saw, mencakup 35
kebiasaan Rasulullah saw. Bab enam mengupas tentang pengobatan cara Nabi (Thib
An-Nabawi), seperti bekam, madu, habbatus sauda, minyak zaitun, kurma, dan
ruqyah.
Buku Allah Sang
Tabib mendapatkan respons yang sangat baik dari masyarakat. Hanya dalam tempo
sebulan, buku ini sudah dicetak ulang. Buku ini meraih nominasi buku terbaik
Islamic Book Fair (IBF) ke-9 tahun 2010, yang digelar di Istora Senayan
Jakarta, 5-14 Maret 2010. Bersaing ketat dengan 220 judul buku, Allah Sang
Tabib berhasil masuk tiga besar.
Buku Allah Sang
Tabib hadir di Kuala Lumpur International Book Fair (KLIB) yang digelar di
Kuala Lumpur, Malaysia, 19-28 Maret 2010. Di sana buku ini juga mendapatkan
tanggapan yang sangat baik dari masyarakat. Terbukti, dalam pameran tersebut
stan Almas Kitab berhasil menjual sekitar 200 eksemplar buku Allah Sang Tabib.
Itu pun jumlah pembelian dibatasi, maksimal satu eksemplar, sebab jumlah stok
terbatas.
Pihak Almas Kitab
sebagai distibutor buku-buku Islam di Malaysia mengundang Dr Tony hadir di
pameran tersebut untuk acara jumpa penulis dan book signing. Buku Allah Sang
Tabib juga segera diterbitkan di Malaysia dalam bahasa Melayu oleh PTS
Publications & Distributors Sdn Bhd, salah satu kelompok penerbitan
terbesar di Malaysia.
Buku Allah Sang
Tabib perlu dibaca oleh setiap orang, agar bisa meletakkan dokter dan
obat-obatan pada proporsi yang sebenarnya, dan bahwa hanya Allah-lah Sang
Penyembuh. Buku ini juga perlu dibaca oleh para dokter, pejabat, politisi
maupun para tokoh masyarakat, bahwa sesungguhnya manusia tidak punya apa-apa
dan tidak bisa apa-apa, tanpa idzin Allah. Sesungguhnya, Allah-lah Yang
Mahakuasa.[*]
Sumber:
Republika, 30 Maret
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar