Judul: Aqidah Ahlusunnah Waljamaah;
Terjemah & Syarh Aqidah al-Awam
Penulis: KH Muhyidin Abdushomad Pengantar: KH Agoes Ali Ali Masyhuri Penerbit: Khalista, Surabaya Cetakan: I, Januari 2009, Tebal: 72 halaman Peresensi: Noviana Herliyanti |
Beberapa
hari lalu, Islamic Center, Cirebon, Jawa Barat, memberikan sebuah pernyataan
bahwa acara peringatan Haul Sayyidina Husein atau peringatan hari wafatnya Cucu
Nabi Muhammad telah bertentangan dengan akidah umat Islam. Padahal, tradisi
seperti ini, telah menjadi bagian amaliah umat Islam Indonesia khususnya warga
Nahdlatul Ulama (NU). Tahlil, istighosah, haul (peringatan wafat), pembacaan
Maulid diba’ dan barzanji merupakan hal yang dianjurkan ulama Ahlussunnah wal
Jamaah. Karena amaliah ini, telah mengandung nilai-nilai kebaikan guna untuk
mendekatkan diri pada Allah dan menanamkan nilai-nilai kecintaan kepada Nabi
Muhammad.
Buku
berjudul Aqidah Ahlussunnah Waljamaah, Terjemah dan Syarh Aqidatul Awam
ini, juga merupakan jawaban tak langsung yang terus dipertanyakan orang-orang
yang selalu ingin merusak keyakinan amaliah warga NU. Dari sinilah besarnya
mamfaat belajar ilmu tauhid untuk membentengi diri, dari segala sesuatu, baik
berupa gerakan maupun ajaran baru yang hanya bertujuan merusak ajaran-ajaran
yang telah diwariskan Nabi Muhammad.
Sungguh
luar biasa. Kiai Muhyidin Abdusshomad, adalah kiai yang paling produktif
menulis khususnya di kalangan warga NU. Selain menulis buku, ia juga menulis di
beberapa media, baik lokal maupun nasional. Orangnya sederhana, gaya tulisannya
mengalir, mudah dipahami, khususnya masyarakat awam yang tinggal di pedesaan.
Selain sebagai penulis buku, ia juga sebagai pengasuh pesantren Nurul Islam,
Jember, dan saat ini juga sebagai Ketua Pengurus Cabang NU Jember. Walaupun tak
bermodal gelar kesarjanaan dari berbagai universitas, tapi tak pernah
membuatnya berhenti untuk terus menghasilkan buku-buku NU, sebagai sumbangsih
untuk melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Kehidupan Kiai Muhyidin
tak pernah lepas dari pengabdian untuk masyarakat, pesantren dan NU baik
melalui tulisan maupun ceramah.
Adapun
beberapa karyanya yang saat ini sudah terbit seperti, Fiqih Tradisonalis;
Jawaban Pelbagai Persoalan Keagamaan Sehari-hari, Tahlil Dalam Persfektif
Al-Quran dan As-Sunnah (Kajian Kitab Kuning), Penuntun Qolbu Kiat Meraih
Kecerdasan Spiritual, Etika Bergaul di tengah Gelombang Perubahan (Kajian Kitab
Kuning), Hujjah NU; Akidah Amaliah Tradisi. Dan yang baru terbit ini
adalah, Aqidah Ahlussunnah Waljamaah (Terjemah dan Syarh Aqidah al-Awam).
Aqidatul
Awam merupakan salah satu kitab yang diajarkan di setiap pondok pesantren, baik
pesantren kecil maupun pesantren yang sudah besar. Materinya berbentuk syair
atau nazham yang dikarang Sayyid al-Marzuqi. Bait-bait syairnya senantiasa
dilantunkan kalangan santri untuk dijadikan zikir, baik menjelang terlaksananya
salat berjamaah maupun memulai sebuah pengajian kitab itu sendiri. Untuk
mempermudah memahami, baik kalangan santri maupun ustaz, Kiai Muhyidin
Abdusshomad berupaya menerjemahkan dan menjelaskan secara rinci yang sebagian
dikutip dari berbagai kitab ke dalam bahasa Indonesia.
Buku
ini adalah sebuah kitab kecil yang berisikan pokok-pokok keyakinan ajaran Islam
yang dijadikan sebagai pijakan bagi kaum nahdliyin. Di dalamnya menjelaskan
tentang ilmu tauhid dan dasar-dasarnya. Ilmu tauhid ini menjelaskan tentang
keesaan Allah dan pembuktiannya. Juga buku ini menjelaskan sifat-sifat Allah,
atau yang disebut aqoid lima puluh.
Aqoid
lima puluh itu terdiri dari, 20 sifat yang wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil
bagi Allah, 1 sifat jaiz bagi Allah, serta 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat
mustahil bagi rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul. Semua merupakan isi dari
ajaran yang terangkum dalam Aqidatul Awam.
Kewajiban
mengetahui 50 keyakinan tersebut diperuntukkan, baik bagi laki-laki maupun
perempuan yang telah mukallaf. Kewajiban mengetahui 50 kayakinan tersebut tak
hanya untuk diketahui tapi juga dimengerti, sehingga umat Islam bisa mewujudkan
kebahagiaan dunia dan akhirat, yang hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang
mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar.
Lewat
buku yang cukup praktis inilah, Kiai Muhyidin mampu menjawab segala
permasalahan-permasalahan yang selalu ingin merubah tradisi atau amaliah yang
selama ini dilakukan umat Islam, khususnya warga nahdliyin. Kehadiran buku ini
juga sebagai penguat dari buku-buku sebelumnya. Bahasanya mudah, bisa dibaca
kalangan mana pun, terutama bagi pembaca yang ingin memahami ilmu tauhid.[*]
*) Perensi adalah Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar