Sabtu, 22 Maret 2014

Bijak dalam Lima Menit

Judul: Bijak dalam Lima Menit
Penulis: Hussain Mohammed al Amily
Penerbit: Lentera Hati, 2009
Peresensi: Susie Evidia Y


Bijak dalam Lima Menit merupakan kumpulan pepatah bijak berurutan mulai dari A hingga Z. Pepatah yang disajikan sebagian besar bersumber dari kebudayaan Arab, termasuk hikayat yang tersebar di pelosok dunia Islam.
Sejumlah hadis Nabi Muhammad menjadi pengalaman berharga dikutip pula dalam buku ini. Sebagai pelengkap, pembaca bisa menikmati pepatah bijak penyair dunia Omar Khayyam, Kahlil Gibran. Syair kuplet karya Syekh Sa’di sufi yang tenar di abad ke-13, serta anekdot jenaka dari negeri-negeri berkaitan dengan Arab.
Beberapa kutipan peribahasa mungkin saja membuat pembaca mengernyitkan dahi, sulit dipahami. Kumpulan pepatah ini banyak mengadopsi dari adat kebiasaan atau kondisi alam di Arab. Nuansa Arab kental mewarnai hampir setiap lembar tulisan. Namun demikian, pepatah tersebut masih bisa dipahami dan direnungkan, karena dilengkapi dengan penjelasan/keterangan di bawah tulisan.
Simak beberapa kata bijak yang justru membingungkan; ”Berdebatlah dengan bahasa Persia, menyindirlah dengan bahasa Turki, dan memujilah dengan bahasa Arab”. Pepatah lainnya, ”Jika keberuntungan sedang berpihak kepadamu, bersihkanlah rumahmu dengan Tteen khawa, lapisi dengan minyak zaitun, dan rapikan tempat tidurmu, lalu tidurlah dalam kemujuranmu”. Untungnya, di bawah tulisan tertulis penjelasan, maksudnya adalah nikmatilah kehidupan baikmu.
Judul asli buku ini adalah The Book of Arabic Wisdom: Proverbs and Anecdotes, ditulis oleh Hussain M al Amily alias Lilminber yang lahir di Irak tahun 1927. Hussain adalah seorang juru dakwah terkenal di Irak yang beralih ke bisnis perdagangan.
Masa formatifnya dia habiskan di dua negara, Irak dan Lebanon. Namun, dia pun melanglang buana ke negera-negara Arab dan pernah tinggal di Prancis, Jerman, dan terakhir menetap di Inggris. Pengalaman dan penjelajahan yang membuat buku ini kaya dengan kata-kata bijak yang dihimpun atau diciptakannya sendiri.
Beberapa pepatah bijak karya Lilminber, yaitu ”Masalah itu selalu hadir di tengah perjalanan dan akan hilang jika engkau meneruskan perjalanan”. ”Kelemahan bukanlah alasan untuk memaafkan”. ”Cinta adalah kegilaan yang membimbing untuk kembali ke nalar sehat kita”.
Di era facebook saat ini, karya Lilminber bisa dijadikan pilihan untuk menulis status di wall facebook. Daripada menulis kata-kata iseng, tidak jelas, atau ngelantur tak berguna, lebih baik menulis kata-kata bermanfaat. Pepatah bijak bisa pula ditujukan sesuai dengan suasana dan kondisi yang ada saat ini.
Seperti kondisi hukum saat ini sedang dalam ancaman akibat lemahnya aparat penegak hukum. Pepatah bijak sekiranya bisa merenungkan, di antaranya, ”Hukum yang buruk adalah beban bagi orang baik, dan orang buruk adalah beban bagi hukum yang baik”. ”Sebuah hadiah mencukil mata hakim”. ”Ketika orang menemukan keadilan, maka para hakim akan hidup miskin’. ”Semua gigi akan tumpul oleh asam, kecuali gigi hakim yang menjadi tumpul karena ‘gula’.”
Bagaimana dengan korupsi, di buku setebal 452 halaman ini hanya memuat empat hal, yaitu ”Pasar kebejatan selalu terbuka”. ”Lebih baik hidup di negeri kerusakan daripada hidup di negeri kedengkian”. ”Siapa pun yang mengupas bawang akan menebarkan bau menyengat”. Maksudnya jangan mau bersahabat dengan koruptor.
Bagi mereka yang memimpikan kekuasaan, sebaiknya simak dulu kata-kata bijak berikut; ”Kekuasaan adalah permainan yang meletihkan”. ”Kekuasaan adalah sebuah tanggung jawab, karena itu sangat sedikit yang mampu menggunakannya dengan benar”. ”Saat sang sultan tersenyum, engkau akan memperlihatkan taring macan”. ”Tingkah laku yang hina dapat menghancurkan kekuasaan”.
Pepatah, kalimat berbunga-bunga mengenai cinta, cemburu, kebahagiaan, keluarga, perempuan, dan kesenangan, lengkap terangkai di buku ini. Kata-kata bijak, hikayat, ataupun anekdot berkenaan dengan anak-anak, keluarga, hingga karakter manusia, lengkap ada di buku ini.
Kalimat-kalimat tersebut tak selalu diungkapkan dalam tulisan. Sesekali bisa diselipkan untuk menghangatkan suasana saat berkumpul dengan teman, keluarga, atau sekadar renungan untuk diri sendiri. [*]

Sumber:
Republika, 27 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar