Judul Buku: Dahsyatnya
Lobi Israel
Judul Asli: The Israel
Lobby and US Foreign Policy
Penulis: John J.
Mearsheimer dan Stephen M. Walt
Penerjemah: Alex
Trikantjono Widodo
Penerbit: Gramedia,
Jakarta
Cetakan: I, Juli 2010
Tebal: xviii + 732
halaman
Peresensi: Yosephine
Maryati
|
Kawasan Timur Tengah tak putus dirundung
pergolakan. Bangsa Palestina terus terisolasi di kampung halaman sendiri.
Invasi konyol salah rancang yang mahal dan bersimbah darah ke Iraq merupakan
bencana strategis Amerika Serikat (AS). Iraq karut-marut dalam perang saudara
memilukan setelah Saddam Hussein dimakzulkan. Israel-Palestina makin terperosok
ke dalam pusaran konflik. Hamas dan Fatah makin berebut dominasi komunitas
Palestina. Iran makin ngotot menguasai siklus senjata pemusnah masal.
Syria-Lebanon terus bersengketa dengan Israel soal dataran tinggi Golan. Al
Qaidah makin beringas menjadikan AS sasaran agresi.
Bagaimana suatu kelompok kepentingan di AS bisa
melembagakan kekerasan di Timur Tengah? Mengapa lobi Yahudi justru membunuh
masa depan bangsa Israel? Mengapa alasan moralitas usang tentang Israel malah
merusak reputasi AS? Itulah perdebatan utama yang dibahas dengan sangat memikat
oleh John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt dalam buku tentang lobi Israel dan
kebijakan Timur Tengah pemerintah AS.
Buku duet profesor ilmu politik Universitas
Chicago dan profesor hubungan internasional Universitas Harvard ini mengkaji
pengaruh kekuatan lobi Israel dalam kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah.
Lobi Israel merupakan koalisi longgar yang berusaha memengaruhi kebijakan
politik luar negeri AS supaya oleng ke Israel.
Kelompok kepentingan perkasa itu menginginkan
para pemimpin AS memperlakukan Israel seolah-olah negara bagian ke-51. Selain
mendorong AS mendukung Israel tanpa syarat, individu-individu dan
kelompok-kelompok dalam lobi, misalnya American-Israel Public Affairs Committee
(AIPAC), memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan AS untuk konflik
Israel-Palestina, invasi brutal ke Iraq, serta konfrontasi memalukan dengan
Syria, Lebanon, dan Iran.
Sang dermawan besar AS memberikan porsi sangat
istimewa dalam menyokong Israel. Dukungan melimpah itu sesungguhnya
berseberangan dengan kepentingan nasional AS. Juga, membuat dunia Arab dan
Islam makin antipati kepada AS, memperlama penderitaan bangsa Arab, serta
berbahaya bagi kepentingan jangka panjang Israel. Israel sejak perang dingin
berakhir justru menjadi beban strategis AS. Hubungan akrab Washington-Jerusalem
membuat kawasan Timur Tengah makin mudah mendidih dan meletus.
Mearsheimer dan Walt, dua ilmuwan politik AS,
menguraikan kebijakan AS terhadap Timur Tengah sejak zaman PD II. Awalnya,
kebijakan itu muncul dengan alasan minyak bumi. Selanjutnya, kebijakan
dimotivasi antikomunisme. Sejalan dengan waktu, hubungan AS dengan Israel
tumbuh. Karena itu, AS punya tiga kepentingan strategis di Timur Tengah.
Pertama, mempertahankan akses pasokan gas dan minyak bumi. Kedua, menghambat
penyebaran nuklir. Sebab, senjata pemusnah masal tersebut bisa memperumit upaya
AS dalam menjaga minyak Timur Tengah tetap mengalir. Ketiga, memerangi
terorisme.
Biaya menjadi pengacara Israel terus naik, tapi
manfaat yang diperoleh AS menurun. Keamanan Israel sesungguhnya bukan
kepentingan strategis yang mendesak bagi AS. Andai Israel bangkrut pun, AS
tidak akan jatuh dalam bahaya. Sebaliknya, macetnya ekspor minyak dari Teluk
Persia bakal berpengaruh terhadap industri dan kesejahteraan AS.
AS sejak Juni 1967 memberikan dukungan
diplomatik dan material kepada Israel dengan porsi yang mengerdilkan
dukungannya untuk Palestina. Pembangunan permukiman Yahudi di wilayah
Palestina, bahkan oleh Leon Wieseltier, sejarawan simpatisan Israel, disebut
sebagai kekeliruan moral dan strategis yang terlewat besar. Situasi Israel saat
ini bisa lebih baik andai AS sejak dulu menekan Israel menghentikan pembangunan
permukiman di Tepi Barat dan Gaza.
Inilah pilihan yang seharusnya diberikan kepada
Israel: mengakhiri pendudukan yang merugikan diri sendiri dan tetap menjadi
sekutu dekat AS atau tetap menjadi negara penjajah tanpa melibatkan AS. AS
tidak bisa lagi membabi buta menyatakan setia kepada mitra yang tidak
memberikan imbalan apa pun. Argumen moral para pendukung bahwa Israel adalah
negara lemah yang dikelilingi para musuh yang bertekad melumatnya membuat
reputasi AS di mata internasional benar-benar bobrok.
Kelompok garis keras pendukung Israel di AS yang
getol melobi tidak menyadari bahwa merampas kemerdekaan bangsa Palestina tidak
menjadikan Israel aman. Perlawanan musuh-musuh Israel bukan aksi brutal balas
dendam. Bukan pula bukti kebencian mendasar kepada bangsa Yahudi seperti
antisemitisme yang dulu berjangkit di Eropa.
Tidak ada presiden AS yang mendukung terwujudnya
negara kebangsaan Palestina yang berdaulat dan merdeka. Kebijakan AS di Iran
sejak 1990-an sangat dipengaruhi keinginan pemerintahan demi pemerintahan yang
silih berganti di Israel. Lobi Israel membuat AS-Iran tetap bermusuhan.
Dukungan tanpa syarat AS dalam serangan Israel yang menewaskan ribuan penduduk
sipil Lebanon pada musim panas 2006 menggerogoti kekuatan pemerintahan
pro-Amerika di Beirut dan memperkuat sentimen anti-AS di dunia Arab.
Israel sekarang merupakan negara yang kuat,
makmur, dan modern. Negara yang terbentuk menyusul tragedi besar sejarah PD II
itu terus menggunakan superioritasnya untuk menduduki sebidang tanah milik
bangsa Palestina seraya bersikap sewenang-wenang terhadap Lebanon, Syria, dan
Iran. Pendekatan konfrontatif Israel kepada musuh-musuhnya, menurut Mearsheimer
dan Walt, mengandung efek bumerang pada masa mendatang. Kini saatnya kebijakan
ekspansi Zionis yang gagal di wilayah Palestina ditinggalkan. Mengherankan bila
negara adidaya dan superkaya seperti AS bertahan mendukung lobi Israel.
Buku ini sangat berempati kepada dunia Islam,
terutama pembelaannya kepada bangsa Palestina. Mearsheimer dan Walt diibaratkan
burung merpati dengan paruh menggigit setangkai daun zaitun -simbol optimisme
damai dan harapan berdaulat bagi bangsa Palestina. (*)
Dimuat
di Jawa Pos, 15 Agustus 2010
Sumber:
http://resensibuku.com/?p=802
http://resensibuku.com/?p=802
Tidak ada komentar:
Posting Komentar