Judul Buku: Entrepreneurship Kaum
Sarungan
Penulis: Dr. Jazim Hamidi, S.H.,M.H. & Mustafa Lutfi S.H., M.H. Penerbit: Khalifa, Jakarta Terbit: April 2010 Tebal: 292 Halaman Peresensi: Abdul Halim Fathani*) |
Tidak
dapat dipungkiri bahwa keberadaan pesantren di tengah-tengah masyarakat
mempunyai makna strategis. Pesantren yang telah –lama– mengakar di masyarakat,
terutama masyarakat pedesaan, merupakan modal kekuatan dalam membangkitkan
semangat dan gairah masyarakat untuk meraih kemajuan dalam hidupnya. Menghadapi
era globalisasi yang berdampak pada perubahan di pelbagai aspek, kiranya perlu
menelisik peran pondok pesantren dalam “menyambut” dan “mengapresiasi” gejala
modernisasi yang melanda masyarakat.
Modernisasi
merupakan proses transformasi yang tidak mungkin dapat dihindari, dan karena
itu semua kelompok masyarakat termasuk masyarakat pesantren harus siap
menghadapi dan perlu menanggapi arus modernisasi secara kritis namun terbuka. Indegenousitas
pesantren kontras berbeda dengan praktik pendidikan pada lembaga pendidikan
lainnya, sehingga dinamika sekaligus problematika yang muncul kemudian, juga
menampilkan watak yang khas dan eksotik.
Di
era globalisasi sekarang ini, fenomena globalisasi yang begitu cepat membawa
implikasi akselerasi dalam pelbagai aspek, yang merupakan jawaban atas
penerapan teknologi tinggi. Dalam fase inilah, pesantren semakin menghadapi
tantangan yang tidak ringan dan lebih kompleks ketimbang periode waktu
sebelumnya, sehingga pesantren dituntut dapat menunjukkan eksistensinya dapat
diakui oleh pihak manapun, termasuk membangun- kembangkan mental entrepreneur.
Pesantren
dengan pelbagai kelebihan dan kelemahannya –diakui atau tidak– memiliki potensi
kemandirian yang patut dicontoh oleh lembaga maupun institusi pendidikan lain.
Pesantren lahir bukan untuk kepentingan komersialiasasi pendidikan dan
orientasi bisnis oleh pendirinya. Tetapi, pesantren dan kaum sarungannya selalu
istiqamah berikhtiar untuk menopang kehidupan yang berorientasi pada fi
al-dunya hasanah dan fi al-akhirati hasanah. Di sisi lain, tradisi
dan eksistensi pesantren yang dikembangkan merupakan penjelmaan nilai-nilai
Islam yang dianut sebagai implementasi dari hablun min al-naas dan hablun
min Allah.
Dalam
perspektif lain, eksistensi pesantren bukan semata lembaga pendidikan yang
berbasis keagamaan, melainkan juga dapat menjadi pusat penggerak ekonomi (baca:
mental entrepreneurship) bagi masyarakat pedesaan. Dalam sejarah
perkembangannya, pesantren telah berhasil menumbuhkembangkan semangat
kewirausahaan kepada para santri yang kemudian menjadi pengusaha-pengusaha
pribumi.
Etos
kewirausahaan pesantren terbentuk dengan merujuk pada ajaran Islam sebagai
pijakan dan kata kunci. Al-Quran dan Hadits mengandung banyak doktrin maupun
keteladanan untuk melakukan kegiatan berwirausaha yang baik. Oleh karenanya,
merupakan keniscayaan bagi pesantren untuk dapat melahirkan entrepreneurship
yang dapat mengisi lapisan-lapisan usaha kecil dan menengah yang handal dan
mandiri yang memegang teguh nilai-nilai islami.
Upaya
mengembangkan entrepreneurship di pendidikan pesantren merupakan suatu
keniscayaan. Pendidikan pesantren dituntut untuk mampu melahirkan
individu-individu yang memiliki kreativitas, berani, dan mampu belajar
sepanjang hayat. Dengan tumbuhnya jiwa entrepreneurship pada generasi
muda (baca: kaum santri), mereka tidak lagi terfokus menjadi generasi pencari
kerja semata yang justru menghasilkan banyak pengangguran terdidik “yang
bersarung”. Pendidikan entrepreneurship di pesantren diharapkan mampu
memberi bekal agar lulusannya menjadi kreatif melihat peluang berusaha dan
mengatasi pelbagai permasalahan yang dihadapinya.
Buku
yang ditulis oleh saudara Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, ini memiliki
kontribusi riil dan energi positif terhadap gairah entrepreneurship di
pesantren Secara umum buku ini tidak hanya mengupas persoalan-persoalan yang
fundamental, sesekali juga membahas persoalan filosofis, teoretis, dan juga
pragmatis terkait dengan keberadaan dan fungsi kaum santri dalam mengembangkan entrepreneurship
di pesantren.
Kelebihan
lain dari buku ini adalah substansi yang sarat akan muatan filosofis tapi
penulis telah mampu mengungkap dalam bahasa yang lugas, sederhana dan mudah
dipahami oleh pembaca pada segala lapisan masyarakat dan selamat membaca. [ahf]
*)
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar