Judul: Fetussaga
Penulis: Jamal Penerbit: Grasindo, 2005 Tebal: 226 hal |
Pernahkah
membayangkan kehidupan jabang bayi atau janin dalam rahim ibunya? Selain
gerakan atau tendangan yang terasa di perut ibunya, adakah hal lain yang
dikerjakan sang janin di dalam sana? Mungkinkah selain tinggal selama
kurang-lebih sembilan bulan dalam kesendiriannya seorang ibu, ia-mungkin
lapisan lain dari dirinya-punya pengalaman yang sepenuhnya misterius….(hal ix)
Rupanya
pertanyaan-pertanyaan itulah yang menggelitik penulis novel ini –Jamal- untuk
menggerakkan jari-jemarinya yang lincah diatas tuts keyboard komputer untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benaknya. Dengan kebebasan
kreatif yang dimilikinya sebagai seorang pengarang, Jamal mencoba bercerita tentang
apa yang mungkin dialami oleh sang janin selama ia berada dalam rahim ibunya.
Fetussaga
memang cerita yang unik, idenya orisinil dalam ranah fiksi tanah air. Di novel
ketiganya ini Jamal seolah meruntuhkan persepsi pembacanya bahwa di novel
terbarunya ini ia akan kembali bertutur dengan ide dan plot cerita yang sama
seperti dua novel terdahulunya (Louisiana-Louisiana, 2003 dan Rakkaustarina, 2004).
Novelnya kali ini memang lain.
Judul
Fetussaga dirangkai dari dua kata, fetuss untuk janin atau jabang bayi, dan
saga dari kisah atau cerita. Jadi memang keseluruhan isi dari novel ini
bertutur mengenai perasaan-perasaan yang dirasakan sang janin selama berada
dalam rahim dan kisah perjalanan mistisnya bersama ‘pengawal’nya menuju ‘alam
gaib’. Nampaknya kini Jamal mencoba membaurkan antara yang realis dan surealis
sehingga menghasilkan cerita yang unik dan menarik.
Novel
ini dimulai dari munculnya kesadaran sang janin yang mulai bertanya-tanya
mengenai keberadaan dirinya. Uniknya janin ini tidak hanya sadar akan
keberadaan dirinya namun ia juga bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi
diluar perut ibunya. Awalnya ia hanya bisa melihat dan mendengar sebatas kemana
ibunya pergi dan lakukan, namun ketika si janin bertemu dengan ‘mahluk dari
dunia lain’ yang bertugas menjadi ‘pengawalnya’ maka si janin secara gaib bisa
melakukan petualangannya mistisnya dengan mengunjungi kerajaan gaib di wilayah
Tatar Sunda. Mahluk gaib yang dinamai bangsa Onom ini secara sengaja memang
diutus untuk menjaga sang janin oleh Prabu Watukancana karena ternyata sang
janin adalah keturunan langsung dari Prabu Wastukancana dari Kerajaan Galuh
yang menurut lagenda pernah hidup dan memerintah di Tatar Sunda – Jawa Barat.
Si Janin yang belum bernama ini harus dilindungi secara gaib karena diantara
kerajaan-kerajaan gaib sedang terjadi intrik untuk memperebutkan sang janin
yang akan dijadikan raja dimana kerajaan yang berhasil menculik dan memahkotai
si janin untuk menjadi rajanya maka kerajaan itu akan memiliki pengaruh yang
besar karena raja mereka keturunan langsung dari Prabu Watukancana yang sangat
berpengaruh pada masa lalu
Novel
ini menjadi menarik karena selain secara lancar bertutur mengenai serunya
pengalaman-pengalaman yang dialami si janin dalam mengembara ke alam gaib
bersama para pengawalnya, novel ini juga menyuguhkan sepenggal legenda kerajaan
Tatar Sunda yang mau tidak mau akan menyinggung khazanah sejarah, budaya, dan
mitos di Tatar Sunda yang eksotis. Tak ketinggalan pula dalam lembar-lembar
novel ini pembaca akan disuguhkan dialog-dialog filosofis seputar keberadaan
asal-usul manusia, cara manusia memandang alam, hidup, merespon lingkungan, dan
lainnya. Dalam novel ini juga terdapat dialog-dialog jenaka dan nakal antara
janin dan ‘pengawal’nya dan tak ketinggalan pemikiran-pemikiran dan
pertanyaan-pertanyaan polos si janin yang mencoba memahami lingkungan yang ada
didalam dan diluar dirinya. Singkatnya novel ini walau memiliki unsur-unsur
mitos, sejarah, budaya Sunda dan filsafat kehidupan namun novel ini dapat
dibaca dengan ringan dan riang gembira.
Walau
novel ini seratus persen khayalan dan tema utama yang diangkat nampaknya tak
masuk akal (janin yang bisa merasa) namun novel ini setidaknya akan memberi
wawasan baru bagi pembacanya dalam hal sejarah, budaya dan nilai-nilai
filosofis yang menghiasi novel ini. Kritik terhadap novel ini mungkin
sebenarnya unsur-unsur diatas bisa dieksplorasi lagi dengan lebih dalam lagi
oleh Jamal sehingga novel ini bisa semakin memperkaya wawasan dan ruang
batiniah pembacanya dalam berbagai hal. Namun terlepas dari kritik tadi usaha
Jamal menghadikan dan mengenalkan budaya dan sejarah Sunda melalui novel ini
patut dihargai dan menjadikan novel ini layak diapresiasi. [*]
--HERNADI TANZIL
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar