Judul: INDONESIA JAYA, Sebuah Refleksi Sejarah;
Segemilang Apapun Masa Lalumu,
Masa Depanmu Lebih Cemerlang!
Penulis: Anand Krishna
Kata Pengantar: Dr. Asvi Warman Adam Penerbit: PT. One Earth Media, Agustus 2005 Tebal: xxx + 358 hal ISBN: 979-99450-9-7 |
Jika
kita mau belajar dari sejarah, belajar dari masa lalu, akan kita dapatkan bahwa
budaya Nusantara ternyata memiliki pondasi peradaban budaya yang tinggi yang
menopang berdirinya kerajaan-kerajaan besar di Nusantara (Sriwijaya,
Majapahit,dll) berabad-abad yang lampau. Namun sayangnya penjajahan selama
ratusan tahun, telah dengan sistematik menghilangkan "ingatan
kolektif" kita akan asal-usul budaya kita yang tinggi. Dengan sengaja kita
dipecah-belah, supaya tidak bisa bersatu sebagai sebuah bangsa. Semenjak itulah
hingga kini, bangsa kita menjadi bangsa yang secara mentalitas telah
terpecah-pecah dan kehilangan perekat yang akan mempersatukan bangsa Indonesia
menuju Indonesia yang jaya.
Buku
"Indonesia Jaya" yang ditulis oleh Anand Krishna yang dikenal sebagai
guru spritual lintas agama yang juga memiliki kepedulian amat tinggi terhadap
persatuan dan kesatuan bangsa ini mencoba menyadarkan pembacanya bahwa
Indonesia sebenarnya memiliki ‘perekat’ yang harus digali kembali bagi kesatuan
bangsa dan kejayaan Indonesia. Buku ini merupakan rangkaian refleksi
pemikirannya yang utuh dalam mewujudkan Indonesia yang Jaya. Refleksi sejarah
yang ditulis oleh Anand Krishna ini digali dan dirangkai dari keping-keping
sejarah Nusantara yang tercecer, terselip, sempat hilang atau yang
sengaja’dihilangkan’ untuk kepentingan-kepentingan politis tertentu. Karena itu
tak heran dalam buku ini pembaca akan diajak membaca secara langsung
kutipan-kutipan dari sumber-sumber sejarah yang tercecer tersebut. Terdapat
ratusan kutipan-kutipan teks dari sumber-sumber sejarah baik primer maupun
sekunder yang menghiasi buku ini, mulai dari teks-teks yang berasal dari
prasasti kuno hingga karya sejarahwan Danys Lombard akan kita temui dalam buku
ini. Dan hasilnya buku ini menjadi sebuah buku refleksi sejarah yang dapat
berbicara dengan jelas tentang asal-usul, pondasi dan karakter bangsa Indonesia
yang sesungguhnya memiliki nial-nilai budaya yang tinggi yang pernah menopang
kejayaan sejumlah kerajaan besar di Nusantara selama ratusan tahun lamanya.
Anand
Krishna membagi buku ini kedalam tiga bagian besar: Indonesia Kini, Nusantara
Dulu, dan Indonesia Jaya. Pada bagian pertama, buku ini mencoba mengugah
kesadaran pembacanya dengan judul yang provokatif "Aku Bangga Jadi Orang
Indonesia", namun dalam bagian ini yang ditemui adalah sebuah kenyataan
yang menyakitkan, ketika kita bangga karena Indonesia adalah negara yang luas
wilayah dan banyaknya jumlah pulau yang kita miliki justu hingga kini tak ada
kepastian tentang batas wilayah dan jumlah pulau yang kita miliki, bahkan
keduanya kadang masih dipertentangkan dengan negara tetangga.
Ketika
kita bangga akan kekayaan alamnya, kenyataannya kita menjadi pengimpor gula dan
beras. Ketika kita bangga akan ragamnya agama yang dianut oleh bangsa kita, justru
ahlak kita semakin merrosot dan fanatisme agama mulai mengoyahkan kesatuan
kita.. Ketika kita bangga akan ragamnya suku-suku bangsa yang terdapat di
Indonesia, justru kini konflik-konflik kedaerahan muncul disana-sini dan bangsa
ini terancam disintegerasi dan menuju kehancuran.
Berangkat
dari kenyataan-kenyataan diatas, secara runut Anand Krishna mencoba membuka
kesadaran pembacanya bahwa Indonesia sesungguhnya bisa mengatasi
masalah-masalah diatas asal kita memiliki ‘perekat’ yang kuat yang sebenarnya telah
ada dalam diri bangsa ini yang bisa diperoleh dari "Melihat kedalam
Diri" dan "Belajar dari Masa Lalu"
Pada
bagian kedua yang berjudul Nusantara Dulu, Anand Krishna mengungkap kekayaan
budaya dan kebesaran kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara seperti Sriwijaya dan
Majapahit. Selain itu diulas juga kebesaran-kebesaran budaya masa lalu,
terungkap pula keadilan dan penegakan hukum yang ternyata sudah dimiliki oleh
kerajaan Sriwijaya yang dibuktikan dengan ditemukannya prasasti batu yang
berasal dari tahun 684 Masehi yang ditemukan di Talang Tuwo, dekat Palembang.
Prasasti batu tersebut secara jelas memuat aturan-aturan hukum yang intinya
menyatakan bahwa ‘hukum berlaku sama" bagi setiap orang, siapa saja.
Seorang anak raja, petinggi negara, pejabat, siapa saja-tak seorangpun immune
terhadap hukum (hal 105). Dalam prasasti ini terdapat pula semacam sumpah
jabatan yang memiliki konsekuensi hukuman jika raja, pejabat melanggar
sumpahnya.
Bab ini
menguraikan pula masa-masa awal Majapahit dan runtuhnya Majapahit serta
pengaruh kekuasaan Cina yang dikaitkan dengan kedatangan Laksamana Ceng Ho ke
Pulau Jawa. Dari keruntuhan Majapahit pembaca diajak untuk mengetahui bagaimana
Majapahit digerogoti baik dari dalam maupun luar hingga ahirnya Majapahit
terhapus dari bumi Nusantara dan Anand Krishna mencoba merefleksikannya dengan
kondisi Indonesia saat ini. Dalam kaitannya dengan kedatangan Cheng Ho, Anand
Krishna mencoba membuka kesadaran baru bahwa sebenarnya kedatangan Cheng Ho
bukan semata-mata membawa misi dagang dan agama melainkan ada maksud-maksud
politis yang diembannya. Strategi politik yang dimainkan Cheng Ho dengan
‘menanam’orang Ming di setiap pelabuhan, kota dan negara yang disingahinya
merupakan senjata ‘patronase’ yang cukup efektif bagi Ming sendiri. (hal273)
Pada
Bagian ketiga: Indonesia Jaya, buku ini membangun kesadaran agar bangsa ini
bangkit dari keterpurukannya dan secara gamblang Anand Krishna mengungkap
"lubang-lubang" yang dapat membuat perjalanan bangsa ini terjatuh,
yaitu hilangnya perekat bagi kesatuan dan persatuan bangsa,
"penjajahan" yang dilakukan berbagai pihak dalam berbagai bidang,
fanatisme agama dan lubang terakhir adalah ketergantungan pada
kekuatan-kekuatan luar. Dalam bab ini Anand Krishna juga secara tegas
menyuguhkan Action Plan untuk menuju Indonesia Jaya, yaitu: BERSATU! .
Hendaknya "persatuan" dan kebangsaan", "kebersamaan",
"budaya asal". "toleransi antar agama", dan sebagainya
tidak hanya menjadi wacana. Jiwai persatuan. Terjemahkan kebangsaan dalam
kehidupan sehari-hari. (hal 353)
Bobot
buku ini sebagai buku bertema sejarah ini terangkat pamornya dengan dengan kata
pengantar yang ditulis secara koprehensif mengenai "Apakah Indonesia Akan
Jaya?" oleh sejarahwan/Ahli Peneliti Utama LIPI Dr. Asvi Warman Adam.
Dalam kata pengantarnya ini Asvi bukan hanya memberikan sekedar sekapur sirih
yang mengantarkan pembaca akan apa yang ditulis pengantar, melainkan kata
pengantarnya ini bisa dianggap sebagai epilog atau lampiran dalam buku ini yang
bisa dijadikan pembanding yang mengajak pembaca mendiskusikan problem besar
yang dihadapi bangsa dewasa ini. (xv)
Selain
itu buku ini juga menyajikan ratusan kata mutiara yang mencerahkan dari para
tokoh bangsa yang disajikan di setiap halaman genap seluruh buku ini yang
dikutip dari buku "Polemik Kebudayaan" – Achdiat K. Mihardja (Pustaka
Jaya, 1977) dan "Karya Ki Hadjar Dewantara Bag II: Kebudayaan"
(Madjelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogya, 1994)
Walau
buku ini sarat dengan kutipan-kutipan dari berbagai sumber sejarah, namun
membaca buku ini tak seperti membaca buku-buku teks sejarah yang kaku dan hanya
berisi tahun dan peristiwa-peristiwa penting saja, namun keseluruhan peristiwa
sejarah yang terungkap juga disertai dengan pandangan-pandangan pemikiran Anand
Krihsna yang akan menyadarkan pembacanya akan kejayaan Nusantara di masa lalu
dan bukan itu saja buku ini setidaknya akan membuat pembacanya menyadari bahwa
kita sebenarnya memiliki "pondasi" atau "akar budaya" yang
kokoh untuk bangkit dan menjadi bangsa yang besar dan menjadi Indonesia yang Jaya.[*]
--HERNADI
TANZIL
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar