Judul: Keajaiban Untuk Ila
Penulis: Anindita Penerbit: DAR! Mizan, cet I/Juni 2005 Tebal: 123 hal ; ilus: 17 cm Genre: Novel Anak Islami |
Setahun sudah tragedi Tsunami meluluh lantakkan Banda Aceh dan
sekitarnya. Banyak sudah karya-karya tulis yang mengangkat tragedi Tsunami
sebagai latar belakang tulisannya baik itu berupa laporan jurnalistik, cerpen,
puisi, lirik lagu, dan lain sebagainya. Namun dari semua itu sangat sedikit
yang menuangkannya dalam bentuk novel anak. Novel "Keajaiban untuk Ila"
karya Anindita adalah salah satunya, bahkan mungkin satu-satunya dalam genre
sastra anak yang menggunakan tragedi Tsunami sebagai latar belakang ceritanya.
Novel anak "Keajaiban Untuk Ila" ditulis oleh Anindita
Siswanto Thayf, penulis muda lulusan Fakultas Elektro Universitas Makasar yang
banyak berkecimpung dalam dunia tulis menulis semenjak mahasiswa hingga kini.
Kini ia aktif menulis artikel di Astaga.com, tabloid Nova, Makassar Terkini dan
Kompas Anak. Ia juga pernah menulis naskah Film Dokumenter BP DAS DT II Kab
Sidrap dan naskah Film Dokumenter BP DAS DT II Kab Sinjai Sulawesi Selatan.
Anindita juga piawai dalam menulis puisi, salah satu puisinya "Soul"
dimuat dalam antologi puisi The Silence Within (Poetry.com2002), dan puisinya
yang berjudul "Gate of Terror" masuk menjadi salah satu nominasi
International Society of Poets, 2005.Pengalamannya yang beragam dalam dunia
tulis menulis itulah yang mengantarnya membuat sebuah novel anak ini.
Novel Keajaiban Untuk Ila menceritakan kisah tragis seorang anak
perempuan berusia 6 tahun yang bernama Ila. Ila tinggal di pesisir pantai Aceh,
ia anak yang pintar dan memiliki keinginan yang kuat untuk bisa segera
bersekolah. Beberapa bulan lagi usianya genap 7 tahun yang berarti impiannya
untuk bisa bersekolah akan segera terwujud. Kakek Ila rupanya tanggap akan
keinginan cucunya ini, belum lagi Ila berulang tahun kakeknya telah
menghadiahinya sebuah tas baru lengkap dengan alat tulisnya. Namun baru saja
beberapa saat Ila mengenakan tas baru, tiba-tiba bencana dahsyat datang.
Gelombang pasang setinggi pohon kelapa menerjang seluruh benda dan mahluk hidup
yang ada di pesisir pantai tempat Ila tinggal. Ila yang saat itu sedang bersama
kakeknya mencoba menyelamatkan diri dengan berlari menuju bukit, namun
kemanapun ia dan kakeknya berlari dinding air bah mengikutinya hingga akhirnya
hempasan air yang sangat keras menghantam mereka dan memisahkan Ila dari
genggaman kakeknya. Ila akhrinya terapung-apung sendirian sambil memeluk sebuah
papan pintu dengan air bercampur sampah disekelilingnya. Ila hanyut selama 3
hari. Ia haus, lapar, dan rindu pada kakek, ayah dan ibunya. Akankah keajaiban
datang kepada Ila?
Novel anak ini dibuat dengan kalimat-kalimat sederhana khas
anak-anak. Ceritanya yang bergulir dengan cepat dan memikat membuat pembaca
novel ini enggan melepaskan novel ini sebelum sampai pada halaman terakhirnya.
Novel ini dimulai dengan latar belakang kehidupan dan keseharian Ila beberapa
saat sebelum bencana tiba. Hampir sebagain besar novel ini menceritakan saat
terjadinya bencana mulai dari gempa, datanganya gelombang pasang,
terapung-apungnya Ila ditengah air bah hingga keajaiban yang dialami Ila. Semua
hal diatas terungkap dengan baik sehingga gambaran bencana itu terasa mencekam
dan menyentuh hati pembacanya.
Saat Ila terapung-apung ditengah air bah rupanya menjadi inti dari
novel ini. Apa yang mungkin dirasakan dan dipikirkan oleh seorang anak kecil
ketika harus sendirian terapung-apung ditengah air bah sambil menahan rasa
lapar, haus dan kerinduannya yang dalam untuk bertemu keluarganya terungkap
secara baik di novel ini. Beberapa nilai positif yang patut diteladani
anak-anak terungkap dalam pikiran Ila saat ia sendiri, misalnya ketika ia
didera rasa lapar. Ia teringat akan dirinya kerap tak menghargai makanan yang
diterimanya dengan selalu tidak menghabiskan sarapan pagi nasi goreng buatan
ibunya. Selain itu berbagai peristiwa yang dialami Ila ketika terapung-apung
sendirian tereksplorasi dengan baik sehingga bagian ini menjadi bagian yang
paling menarik dari novel ini. Banyak nilai-nilai positif bagi anak-anak yang
bertaburan dalam novel ini, namun karena novel ini ditulis berdasarkan sudut
pandang seorang anak –anak, maka tak sedikitpun novel ini terkesan menggurui
pembacanya.
Ceritanya yang mengalir cepat dan kalimat-kalimatnya yang
sederhana dan enak dibaca oleh anak-anak membuat novel anak ini memiliki
tingkat keterbacaan yang tinggi bagi anak-anak yang membacanya. Tak heran dari
semua hal-hal positif yang terungkap diatas, novel ini dianugerahi sebagai
Pemenang I Sayembara Menulis Novel Anak Islami 2005 yang diselenggarakan oleh
penerbit DAR! Mizan. Dari segi pengemasan novel ini tampaknya dikemas dengan
sangat baik, selain covernya yang menarik, ukurannya yang kecil memudahkan
anak-anak membawanya, selain itu terteranya batas usia yang disarankan (7-12
thn) pada cover depan novel ini memudahkan para orang tua dalam
merekomendasikan novel ini bagi putra-putrinya.
Ditengah langkanya novel anak karya penulis lokal, kehadiran novel
Keajaiban Untuk Ila ini sangat patut dihargai.[*]
--HERNADI TANZIL
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar