Judul
: Kemuliaan Umat Muhammad
Penulis : Dr Muhammad Alawi Al-Maliky Al-Hasani Penerbit : Cakrawala Publishing, Jakarta Cetakan: I, 1427 H / 2006 M Tebal : x + 410 halaman Peresensi: Muhammad Said Hasyim*) |
Syariat
yang dibawa oleh Rasulullah SAW terbilang paling mudah dibanding syariat
nabi-nabi sebelumnya. Rasulullah tidak diutus untuk mempersulit umatnya, namun
sebaliknya untuk mempermudah segala urusan yang dihadapi umatnya. Beliau
bersabda: “Berilah kabar gembira dan janganlah kalian menjadikan takut, mudahkanlah
dan janganlah kalian persulit.” (HR Bukhari-Muslim)
Allah
SWT telah memberikan banyak perintah yang sungguh berat kepada Bani Israel,
namun sudah tidak berlaku untuk umat Muhammad. Misalnya, jika pakaian mereka
terkena najis maka bagian tang terkena najis itu harus dibuang, sementara umat
Muhammad diberikan ajaran untuk menyucikan pakaian dan anggota badan dari
najis. Ada tata cara bersuci yang tidak memberatkan yang diajarkan kepada umat
Muhammad, tidak harus dengan air, namun dalam keadaan tertentu bisa dengan
benda lain yang bisa menyucikan. Misalnya lagi, bagi Bani Israel hukuman
terhadap semua bentuk pembunuhan atau penganiayaan adalah qisash,
namun umat Muhammad bisa menggantinya dengan denda tertentu (diyat)
dengan syarat-syarat tertentu.
Ada
pula cara bertaubat bagi Bani Israel yang telah berbuat dosa-dosa berat yakni
dengan bunuh diri, atau memotong lidah bagi yang berdusta, atau memotong
kemaluan bagi yang berzina. Tapi ini tidak berlaku untuk umat Muhammad.
Rasulullah SAW mengajarkan tata cara bertaubat yang manusiawi namun tetap
memunculkan efek jera sehingga para pelakunya enggan untuk melakukan kesalahan
serupa.
Demikianlah
berbagai keistimewaan umat Muhammad dipaparkan secara indah dalam buku Kemuliaan
Umat Muhammad (Khashaish Ummah Muhammad) yang ditulis
oleh Dr Muhammad Alawi Al-Maliky Al-Hasani.
Jika
umat terdahulu diharuskan melakukan ibadah di tempat-tempat tertentu seperti di
kuil atau gereja, maka bagi umat Muhammad shalat tidak harus dilakukan di satu
tempat tertentu; Bumi ini adalah masjid buat umat Muhammad. Allah juga
menghalalkan berbagai jenis makanan baik hewani maupun nabati yang baik-baik,
kecuali beberapa jenis saja. Berbeda dengan Bani Israil yang dilarang memakan
beberapa binatang ternak seperti onta, angsa, dan itik.
Sedikitnya
ada empat belas keistimewaan yang dimiliki oleh umat Muhammad dalam buku Kemuliaan
Umat Muhammad tersebut. Keempatbelas kemuliaan ini tidak dimiliki
oleh umat-umat sebelumnya. Dijelaskan pula, ada banyak kabar gembira bagi umat
Muhammad. Bagi mereka yang hidup belakangan, yang tidak semasa dengan
Rasulullah SAW tidak kalah istimewanya dibanding dengan para Sahabat Nabi.
Rasulullah SAW bersabda: ”Beruntunglah bagi orang-orang yang melihatku dan
beriman kepadaku, dan beruntunglah –Rasulullah mengulang sebanyak 7 kali– bagi
orang-orang yang tidak melihatku namun beriman kepadaku.”
Lebih
dari separuh bagian buku yang ditulis oleh Dr Muhammad Alawi ini menjelaskan
keutamaan-keutamaan menjalankan beberapa perintah Rasulullah SAW seperti
berbagai gerakan dan doa-doa dalam shalat, keutamaan zakat dan haji, beberapa
keutamaan ibadah-ibadah lain yang kita lakukan seperti berwudlu, menjawab azan,
mendirikan masjid, serta berbagai bentuk perbuatan baik yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW seperti membesuk orang sakit, memberikan pinjaman, memenuhi
kebutuhan orang yang sedang tertimpa musibah, dan menepati janji.
Hemat
kami, buku ini sangat berguna untuk umat Islam yang ingin memperdalam ilmu
agama dan memberikan semangat untuk mengamalkan beberapa ibadah dan perbuatan
yang dinilai baik oleh umat Muhammad SAW. Dipaparkan pula beberapa keutamaan
shalat sunnah seperti shalat Dhuha, shalat istikharah dan doa-doannya, shalat
hajat, shalat tasbih, dua rakaat shalat seteleh wudhu, juga shalat untuk
memperkuat hafalan.
Buku
ini diawali dengan penjelasan yang sangat gamblang tentang definisi hadits dhaif,
atau hadits-hadits yang dinilai lemah periwayatannya. Beberapa kelompok kecil
umat Islam memang sangat ”anti” dengan hadits dhaif ini karena
takut menjalankan perbuatan bid’ah, namun sebaliknya dalam buku ini
dijelaskan bahwa hadits dhaif tetap perlu diamalkan jika
berkaitan dengan fadhailul a’mal atau
keutamaan-keutamaan dalam menjalankan ibadah, dan tidak dijadikan sebagai
landasan dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan akidah dan hukum.
Jangan
menolak hadits-hadits dhaif karena penolakan itu berarti angkuh dan tidak
melakukan upaya ikhtiyathi atau kehati-hatian dalam memenerima ajaran yang
telah diriwayatkan sampai kini. Dalam buku ini dirinci beberapa persyaratan
penggunaan hadits dhaif yang perlu diketahui umat Islam
sebagai pegangan dalam menjalankan ibadah sehari-hari.
Buku
ini setebal 410 halaman ini diakhiri dengan pengetahuan seputar alam barzakh,
hari kebangkitan, balasan amal-perbuatan selama hidup di dunia dan penjelasan
mengenai syafaat Nabi Muhammad yang diberikan kepada umatnya pada Hari Akhir
kelak. Sebelumnya juga terdapat bab khusus seputar definisi dan keutamaan
membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Beberapa keutamaan beribadah yang
dipaparkan dalam buku ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah SWT
kepada Rasulullah SAW dan umatnya.[*]
*) Alumnus Universitas Darul Ulum, Hudaidah, Yaman
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar