Judul
buku: La Tahzan for Mothers
Penulis: Asma Nadia dan kawan-kawan Penerbit: Lingkar Pena Publishing House Jumlah halaman: 240 halaman Cetakan: I, Desember 2008 Genre: kumpulan esai
Peresensi:
Rini Nurul Badariah
|
“Terminal bernama keluarga ini tentu saja tak
hanya punya angka-angka pengatur jadwal agar kereta datang dan pergi tepat
waktu. Ada ruang tunggu di sini, tempat jeda yang menepi dari putaran waktu.
Tak perlu tergesa karena tempat singgah ini menampung penat, gelisah, cemas,
dan semua rasa yang punya nama. Karena kita tumbuh dan terus dan mendialogkan
rasa. Karena kita bukan deret angka yang sempurna.” (hal. 62).
Dalam buku ini,
Asma Nadia dan para kontributor menghadapkan pembaca pada berbagai sudut
kehidupan seorang ibu. Terlepas dari rasa syukur atas karunia anak-anak yang
makin menghangatkan cinta dalam keluarga, tugas seorang ibu bukan sekadar
melahirkan dan menyusui. Bahkan setelah anak tumbuh remaja sekalipun, sang ibu
tak mampu begitu saja menghentikan atensi dan aliran cintanya.
Sekolah Jadi Ibu
(Mariskova) menunjukkan bahwa mencapai kesepakatan untuk menentukan pola
merawat anak, sedari masih bayi pun, tidak mudah. Begitu banyak pihak yang
ingin menumpahkan kasih sayang mereka kepada ibu dan sang bayi sehingga tanpa
sadar menimbulkan kebingungan, padahal orangtua si bayi sendiri tidak
menganggap segala sesuatu sebagai persoalan besar.
Dalam Bukan Sederet
Angka, Sofie Dewayani mengungkapkan dengan jujur kegemasannya saat si kecil
diam-diam masih ngompol. Betapa ia berjuang bersama suami untuk menyiasati
berbagai persoalan menyangkut kehidupan di rantau agar tidak perlu menampakkan
wajah masam di hadapan buah hati mereka. Dengan gaya puitis nan lembut tetapi
tidak ‘terpeleset’ menjadi melankolis berlebihan, Sofie mengajarkan bahwa anak
perlu diperkenalkan pada penanganan emosi negatif dan akan pentingnya berbagi.
Tria Barmawi
menggambarkan dengan gamblang, tegas, dan penuh semangat bahwa jatuh bangun
seorang ibu untuk melindungi anaknya. Bahkan Asma Nadia sendiri menciptakan
kesejukan melalui tulisan di awal dan di akhir buku ini, dengan uraian yang
sangat menyentuh kalbu. Meski satu-dua cerita masih terkesan umum ditemui dalam
upaya menjadi ibu yang sebaik mungkin, tak pelak lagi La Tahzan for Mothers
adalah bacaan yang perlu disimak kaum ibu, ayah, dan anak-anak Indonesia.[*]
Sumber:
BatamPos
Minggu, 15 Pebruari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar