Judul Buku: Laluba
Penulis: Nukila Amal Penerbit: Pustaka Alvabet Cetakan: I, Mei 2005 Tebal: 166 hal. 13.5x20 cm ISBN: 979-3064-13-7 |
Setelah sukses dan menghentakkan dunia sastra tanah air dengan
novel lirisnya "Cala Ibi" (2003), kali ini Nukila Amal mempersembahkan
karya terbarunya "Laluba", sebuah kumpulan cerpen yang terdiri dari
15 buah cerpen dimana lima diantaranya pernah dimuat di Majalah Matra, The
Jakarta Post, Koran Tempo dan Jurnal Kebudayaan Kalam.
Kelimabelas cerpen dalam buku ini dibagi dalam dua bagian besar.
Di bagian pertama "Para Penyelamat dan Para Penari" (5 bh cerpen)
terdapat cerpen "Laluba" yang dijadikan judul buku kumpulan cerpen
ini. Tidak dijelaskan mengapa cerpen Laluba dijadikan judul buku ini namun jika
dilihat dari keseluruhan cerpen yang ada, cerpen Laluba memang yang paling
menonjol diantara cerpen-cerpen lainnya. Dalam cerpen Laluba Nukila bertutur
mengenai seorang ibu yang berdialog dengan anaknya yang masih berada dalam
kandungannya yang dinamainya "Laluba" (lumba-lumba.). Cara bertutur
dalam cerpen Laluba ini mengingatkan kita akan Cala Ibi, penuh dengan
kalimat-kalimat liris bak puisi, metafor-metafornya terpilih dengan cermat dan
kadang mengagetkan.
Di bagian kedua "Para Penatap dan Para Pencerita" (10 buah
cerpen) Nukila menuliskan cerpen-cerpennya yang bertolak dari karya-karya
pegrafis legendaris asal Belanda yang karya-karyanya telah mendunia M. C.
Escher (1898-1972). Dalam cerpen berjudul "Drama Dua Tangan" dengan
menarik Nukila menyajikan cerpennya dalam bentuk dialog drama antara tangan
satu dan tangan dua yang saling menggambar dengan asyiknya hingga suatu ketika
mereka berselisih siapa yang lebih dulu menggambar tangan, tangan satu
bersikukuh dialah yang menggambar tangan dua, sebaliknya tangan dua berpendapat
dialah sipembuat tangan pertama dan dialah sang pencipta sementara tangan
pertama adalah ciptaannya.
Sebuah karya terkenal M.C. Escher yang bertitel Reptil (1943)
mengilhami Nukila untuk membuat cerpen berjudul "Kita Ada di Sini" .
Di cerpen ini Nukila mencoba menerjemahkan litograph Escher kedalam rangkaian
kata dengan baik sekali bagaimana sketsa seekor buaya kecil tiba-tiba menyeruak
keluar dari gambarnya.
Membaca cerita-cerita pendek Nukila dalam "Laluba"
memang menarik karena setiap cerpen Nukila akan menyeret kita kedalam
ceruk-ceruk batin manusia yang paling dalam dan misterius yang dibingkai dalam
keindahan berbahasa yang menakjubkan. Hal ini tentu saja membawa konsekuensi
cerpen-cerpen ini menjadi agak sukar dimengerti bagi mereka yang hanya terbiasa
membaca cerpen-cerpen ringan. Sedikit kekurangan pada buku ini adalah tak ada
satupun juga karya grafis MC Escher yang tercetak pada buku ini. melainkan
hanya memuat judul karya dan tahun pembuatan dari karya grafis MC Escher di
tiap akhir cerpen. Tentu saja bagi orang yang tak mengenal siapa MC Escher
keterangan tersebut tak akan memiliki arti apapun. Jika saja karya pegrafis
terkenal ini dimuat di awal atau di akhir setiap cerpen tentunya hal ini akan
sangat memudahkan pembaca untuk lebih mengapresiasi setiap cerpen dalam buku
ini.[*]
--HERNADI TANZIL
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar