Judul: Perempuan
Lintas Disiplin:
Bunga Rampai Bahan
Ajar Berperspektif Gender
Editor: Hotmauli
Sidabalok & Alberta Eka Pratiwi
Penerbit: Badan
Penerbit Unika Soegijapranata, Semarang
Tahun: I, Desember
2010
Peresensi: Paulus
Mujiran
|
Sejak zaman purbakala, diyakini pendidikan
membuka mata hati dan pikiran demi perkembangan diri sendiri dan lingkungan
sekitar. Namun tidak demikian dalam persoalan gender. Pendidikan yang dipandang
buta gender justru berakibat ilmu pengetahuan tidak kritis terhadap
persoalan-persoalan perempuan atau bias gender. Pada umumnya rasionalisasi ilmu
pengetahuan menempatkan aspek otak kiri sebagai wilayah laki-laki dan lekat
dengan aspek rasionalisme, androcentrisme.
Sebaliknya afeksi, endrocentrisme dan otak kanan
adalah wilayah perempuan. Wacana patriarki semacam ini terbukti mendiskualifi
kasi peran perempuan. Misalnya alat kontrasepsi untuk mengontrol reproduksi
manusia merupakan kebenaran ilmiah patriarki yang mengooptasi pengalaman
perempuan akan seksualitasnya. Berbagai alat kontrasepsi yang ditanamkan di
tubuh perempuan tanpa memikirkan akibat dan reaksi yang bervariasi pada setiap
perempuan, karena alat-alat itu tidak pernah dikaji ulang berdasarkan
pengalaman perempuan.
Oleh karena diperlukan metode belajar yang mampu
menganalisis pola-pola kekuasaan yang memengaruhi keilmiahan suatu ilmu. Sebab
tanpa disadari bahan ajar tersebut dapat menguatkan internalisasi ideologi
gender yang bias. Pengalaman empiris perempuan dapat dikerjakan dengan mendekonstruksi
ide atau gagasan yang bias gender untuk kemudian mendekonstruksi ide atau
gagasan baru dalam kerangka relasi seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Dalam buku bahan ajar lintas disiplin ini,
secara kritis ditelaah dalam mata kuliah hukum pajak bagaimana diskriminasi dan
dikotomi formal terhadap perempuan dalam kebijakan pajak penghasilan di
Indonesia. Lalu bagaimana menjawab mungkinkah resistensi individual dapat
menggugat ketidakadilan pajak yang terjadi pada perempuan.
Begitu pun dalam mata kuliah yang membahas mengenai pemukiman, harus
dapat menemukan pola pemukiman dengan keunikan budaya, sosial dan ekonomi serta
kebutuhan lingkungan berdasarkan kebutuhan gender. Pola-pola perilaku
laki-laki, perempuan dan anak-anak memengaruhi desain arsitektur. Juga dalam
kepemimpinan yang selama ini identik dengan laki-laki. Dapat ditegaskan dalam
mata kuliah perilaku organisasi bahwa kepemimpinan bukan milik jenis kelamin
tertentu dan bagaimana konsekuensi yang dihadapi.
Pemahaman yang seimbang relasi laki-laki dengan
perempuan yang dibangun dalam bingkai pendidikan, memberikan sumbangan nyata
masyarakat yang peka gender. Sumbangan buku ini amatlah menarik karena ternyata
dalam semua ilmu pengetahuan, terdapat materi yang dapat diselipkan untuk mendidik
kaum muda untuk lebih peka gender dan keadilan sosial.
Pengetahuan ini menjadi bekal yang menarik dalam
menciptakan masyarakat sadar gender di masa mendatang. Buku ini mencoba
mendekonstruksi gagasan atau ide sadar gender yang ditanamkan dosen kepada mahasiswa.
Tentu saja saja penyebarluasan ide ini kian membantu membangun wacana feminis
dalam konteks yang lebih luas. [*]
Dimuat
di Koran Jakarta, 19 Januari 2011
Sumber:
http://resensibuku.com/?p=1091
http://resensibuku.com/?p=1091
Tidak ada komentar:
Posting Komentar