Judul
Buku: Politik Luar Negeri Indonesia
di Tengah Pusaran Politik
Domestik
Penulis: Ganewati Wuryandari dkk Penerbit: Pustak Pelajar,Yogyakarta Cetakan: Pertama, Agustus 2008 Tebal: 265 halaman Peresensi: Suyadi Muhammad |
Politik
Indonesia merekam secara jelas dari kepemimpinan Soekarno hingga Susilo Bambang
Yuudhoyono mengalami lika-liku pergolakan, baik pergolakan pada politik dalam
negeri maupun luar negeri. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa pergolakan ini
terpengaruhi dua zaman, yakni Orde Lama (Orla) dan masa Orde Baru (Orba). Kedua
masa ini pula sebagai penentu perkembangan politik negara Indonesia di masa
selanjutnya.
Perumusan
dan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia sejak masa Orla hingga Orba
(1945-2007) memiliki dinamika yang beragam. Khususnya jika di lihat berdasarkan
faktor domestik. Perubahan lingkungan domestik secara langsung dan tidak
langsung memengaruhi politik luar negeri Indonesia. Perubahan kepemimpinan
selama enam dekade, sejak Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono sangat jelas
memperlihatkan perubahan yang mencolok dalam arah atau agenda bahkan substansi
politik Luar negeri Indonesia.
Buku
berjudul Politik Luar Negeri Indonesia di tengah Pusaran Politik Domestik ini
menjelaskan perjalanan politik dalam negeri Indonesia yang sangat memengaruhi
politik luar negeri. Kurangnya kesadaran berpolitik pada masyarakat, sangat
mengurangi eksistensi politik dalam negeri yang kondusif. Akhirnya, politik
luar negeri pun rapuh seiring perkembangan politik Internasional.
Ketika
masyarakat menoleh pada sesuatu yang bersifat sah-sah saja, masyarakat tidak
mau melibatkan dirinya ke jurang permasalahan politik jika tak mendapatkan
keuntungan yang begitu besar menanti dirinya. Politik domestik yang seharusnya
menjadi tolok ukur perkembangan politik luar negeri Indonesia mengalami
kemorosotan yang cukup membahayakan bagi kelangsungan kredibilitas Indonesia di
mata dunia.
Politisasi
yang telah berjalan beberapa tahun, seakan mandek dikarenakan permasalahan
dalam negeri yang tak kunjung usai. Masalah korupsi, kebijakan-kebijakan yang
tidak pro-rakyat, dan berbagai masalah dalam negeri lainnya menjadikan negara
rawan akan konflik. Dari beberapa fenomena itu pula yang merembeti, politik
dalam negeri menjadi kacau tak stabil. Karut-marut politik dalam negeri itu
mengakibatkan rusaknya politik luar negeri pula. Bagaimana politik luar negeri
Indonesia dapat berjalan dengan baik jika politik dalam negeri (domestik) masih
saja menunggu diperbaiki sistemnya.
Hadirnya
buku ini mengetuk pintu perubahan (revolusi) bagi bangsa Indonesia secara
menyeluruh, khususnya dalam kebijakan politik; baik politik dalam negeri maupun
politik luar negeri. Politik bebas-aktif masih saja dipergunakan elit politik
sebagai kedok perselingkuhan politik yang nantinya hanya menguntungkan individu
belaka. Bebas bukan lagi berarti bebas berpendapat atau mengutarakan
pendapatnya, tetapi bebas menggunakan fasilitas negara untuk mencemarkan negara
sendiri. Begitu juga aktif. Aktif tidak lagi bermakna aktif dalam kepengurusan
lembaga negara internasional, tetapi aktif merongrong keterpurukan negara dan
menceburkannya dalam lembah keterpurukan kredibilitas bangsa.
Politik
luar negeri (1946-1998)
Orla
adalah masa yang juga menentukan ke mana negara ini berjalan. Politik dalam
negeri maupun luar negeri pada masa ini sangat menarik. Hampir kurang lebih 21
tahun, yakni pada masa runtuhnya “Soekarno” pada 11 Maret 1966, Indonesia telah
mengambil kebijakan luar negeri yang sangat penting dan monumental, seperti
Konferensi Meja Bundar, Konferensi Asia Afrika, Konfrontasi Irian Barat, dan
malaysia, tak lupa politik poros-porosan Jakarta-Peking-Hanoi-Pnom
Pen-Pyongyang. (halaman 55-56).
Dapat
dikatakan bahwa masa Orla, baru melakukan pencarian bentuk politik yang pas
untuk kondisi bangsa pada saat itu. Kekalahan Jepang atas Sekutu dalam
menduduki Indonesia dimanfaatkan Soekarno untuk melangsungkan deklarasi yang
sangat bersejarah bagi bangsa ini, yakni Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Kemudian lahirlah politik yang di gagas Bung Karno sendiri, namun belum
berjalan baik karena Indonesia yang sebenarnya baru lahir dari penjajahan
kolonial. Sehingga politik luar negeri belum dikenal sama sekali. Inilah yang
diistilahkan Rosihan Anwar dengan sebutan “terra incognita“.
Setelah
itu, masa suburnya Orla berakhir. Digantikan masa kepempinan Soeharto, yang
dikenal Orba pada 1967 hingga 1998. Sejarah telah mencatat bahwa kepemimpinan
masa ini adalah paling panjang daripada masa kepemimpinan Soekarno. Secara
tidak langsung, ini mengidentifikasikan politik pembangunan yang digagas
Soeharto menempati ruang “lowong“ untuk menghempaskan sayap kekuasaannya.
Kemudian,
dengan kekuasaan itu, Soeharto mengalami dua masa ketika kebijakan politiknya
kental dengan berbagai kepentingan dari beberapa kelompok kepentingan. Masih
ingat Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI—sekarang Tentara Nasional
Indonesia) ikut serta dalam gelombang kebijakan pemerintahan? ABRI masuk dalam
pembuatan keputusan-keputusan Polugri (1982). Dua masa yang dimaksud di atas adalah
masa sebelum Pemilu 1982 dan sesudahnya. Di mana sebelum Pemilu, Soeharto masih
cenderung dan tergantung pada para elit politik dan ekonomi negara. Agak
berbeda setelah Pemilu, Soeharto sedikit mengurangi pengaruh elit politik dan
mulai memanfatkan Islam sebagai salah satu kekuatan baru politiknya. (halaman
114)
Buku
ini merupakan rangkaian dari beberapa bab. Di mana pada setiap bab mempunyai
kronologi politik domestik yang sangat memengaruhi politik luar negeri pada
masa-masa tertentu. Ada enam bab yang sangat penting pada ranah kebijakan
politik dalam negeri maupun luar negeri yang di sajikan secara historik dari
masa ke masa pemerintah Indonesia. Pada bab pertama, penulis menyajikannya
dengan awal pembahasan enam dekade politik luar negeri. Pada bab ini, Ganewati
Wuryandari mencoba menelisiknya dengan gaya bahasa yang renyah dan jelas. Di
samping itu, tema pada bab ini sebagai overview kepada pembaca untuk mengetahui
latar belakang dan tujuan kajian buku.
Landasan-landasan
yang dimuat dalam politik luar negeri Indonesia dikelupas pada bab kedua. Pada
bab ini, dijelaskannya, perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia
sejak kepemimpinan Soekarno hinggga kepemipinan Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada
bab ketiga dan keempat, ranah lingkup politik pemerintahan Soekarno dan
Soeharto yang lebih dikenal Orla dan Orba masih menjadi topik pembahasan dalam
buku.
Di
sini juga diuaraikan dinamika politik domestik pada pasca-Orba (1998) yang
memiliki pengaruh pada profil politik luar negeri Indonesia. Politik domestik
menjadi tombak utama untuk merebut tempat istimewa di dunia politik
International.
Menurut
penulis, inti dari buku ini terdapat di bab terakhir yang menjadi pamungkas
kajian buku. Karena itu, hadirnya buku ini memberikan kontribusi yang banyak pada
kebijakan politik dalam negeri untuk merajut politik luar negeri yang dinamis
di mata duni. Dengan apa? Dengan menoleh ke belakang, belajar pada sejarah yang
terlampaui terlebih dahulu.[*]
*) Peneliti pada Hasyim Asya’ri Institute, Yogyakarta
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar