Senin, 24 Maret 2014

Strategi Tiga Naga: Ekonomi- Politik Industri Minyak Cina di Indonesia

Judul: Strategi Tiga Naga: Ekonomi- Politik
          Industri Minyak Cina di Indonesia
Penulis: Tirta N Mursitama dan Maisa Yudono
Penerbit: Kepik Ungu
Peresensi: Geger Riyanto*)


Rasanya baru tempo hari China keluar dari tahun-tahun kemelut totalitarianisme Mao. Kini, negara yang merupakan kantong terbesar penduduk dunia itu siap “membeli” belahan-belahan dunia yang telah dibangkrutkan oleh krisis fi nansial 2008 kemarin.
Selain membeli perusahaan-perusahaan ikonik di Barat, China membeli utang sejumlah negara. Yang menjadi dinamo pertumbuhan fenomenal negeri Tirai Bambu tersebut adalah industrialisasi. Laptop murah yang mungkin sedang kita pakai untuk membaca resensi ini dimungkinkan karena asupan bahan olahan atau manufaktur dari China.
Tengok juga data Institute for International Economics. Sektor industri China mengonsumsi 71 persen dari total energi yang ditenggak negara tersebut. Bandingkan dengan sektor industri Eropa yang hanya mengonsumsi 31 persen dari total energi negara mereka dan Amerika yang hanya 25 persen.
Pertumbuhan industri yang terbilang beringas tersebut kemudian menuntut China mengubah cara pandangnya terhadap energi. Buku ini mengaji bagaimana China yang sebelumnya mengeksploitasi minyak bumi dari wilayahnya sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri, berpaling menjadi negara yang amat haus energi dan menatap berbagai negara yang molek dengan sumber daya minyak dan gasnya.
Indonesia salah satunya. Dari data Kementerian ESDM, cadangan minyak Indonesia mencapai 3,75 miliar barel dari 60 cekungan minyak bumi yang ada. Penulis membuka kegesitan China dalam menangkap kesempatan menggali sumber daya minyak di luar negeri dimungkinkan di bawah manajemen negara yang rapi, sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman umum bahwa birokrasi negara cenderung lamban dan korup.
Salah satu contohnya, China memilah perusahaan minyak milik negaranya menjadi tiga perusahaan yang berbeda untuk meningkatkan keefektifan eksplorasi minyak buminya. Ada PetroChina, perusahaan utamanya, CNOOC, perusahaan minyak laut lepas, dan Sinopec, yang berfokus pada energi alternatif.
Dunia buku kita memang kekurangan terbitan-terbitan studi ekonomi- politik semacam ini. Ini menjadi nilai lebih tersendiri bagi Strategi Tiga Naga. Hanya, patut disayangkan, pembahasan buku ini terlalu bersifat makro.
Jajaran data angka dan sejarah cenderung mendominasi kendati di kata pengantar para penulis mengatakan mereka pun berusaha masuk ke aspek yang lebih mikro. [*]

*) Alumnus Sosiologi Universitas Indonesia

Sumber:
Koran Jakarta, 1 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar