Judul: The Pianist
Penulis: Wladyslaw
Szpilman
Alih bahasa: Agung Prihantoro Penerbit: C Publishing (PT Bentang Pustaka) Tahun: 2005, cetakan I Tebal: 354 hal |
Bagaimana musik bisa menyelamatkan hidup seseorang? Itu terjadi
bertahun-tahun yang lalu, di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, tepatnya di
Warsawa, Polandia. Sebuah permainan piano : Nocturno karya Chopin dalam C Kres
Minor di depan seorang tentara Jerman yang menyukai musik, telah menyelamatkan
nyawa sang pianis. Kelak, setelah perang usai dan di sepanjang sisa hidupnya,
Wladyslaw Szpilman, sang pianis, akan terus mengenang dewa penolongnya itu.
Kekuasaan Jerman di bawah Hitler saat itu benar-benar tak
terbendung. Invasinya nyaris meliputi seluruh daratan Eropa, termasuk Polandia.
Perburuan terhadap orang-orang Yahudi terjadi juga di negara ini. Ghetto-ghetto
(perkampungan minoritas Yahudi) dibangun sebagai penjara yang membatasi gerak
para Yahudi tersebut. Sejumlah tentara SS berpatroli hilir-mudik dengan senjata
api terhunus, siap ditembakkan setiap waktu. Pasokan bahan-bahan makanan
terhenti, mengakibatkan derita kelaparan, penyakit menular serta kematian.
Setiap hari ada saja Yahudi yang dikirim ke kamp-kamp konsentrasi untuk kerja
paksa atau dibunuh massal. Tak peduli lelaki, perempuan, dewasa, kanak-kanak
atau bayi sekalipun. Pembersihan etnis paling kejam yang pernah dilakukan
manusia.
Szpilman, seorang pianis yang bekerja di sebuah stasiun radio di
Warsawa, tak luput dari teror itu. Ia kehilangan seluruh keluarganya (ayah,
ibu, kakak, dan adiknya) dalam peristiwa paling mengerikan dalam hidupnya.
Hanya berkat kekuasaan Tuhan dan keberanian serta ketabahannya sajalah ia bisa
lolos dari neraka tersebut. Enam tahun bermain kucing-kucingan dengan maut,
akhirnya Szpilman mendapatkan kembali kebebasannya sebagai manusia. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya 1946, ia menerbitkan buku ini - dengan judul Kematian
Sebuah Kota - untuk pertama kalinya. Buku yang memuat kesaksiannya ini,
dilarang terbit karena terlalu banyak mengungkap kebenaran yang menyakitkan.
Barulah kira-kira lima puluh tahun setelahnya The Pianist diterbitkan kembali.
Szpilman melanjutkan hidupnya sebagai pianis konser dan komposer selama
bertahun-tahun kemudian sampai ajal menjemput di tahun 2000.
Rasanya, saya tak perlu lagi menguraikan bagaimana bengis dan
kejamnya para tentara Jerman dalam menghabisi kaum Yahudi. Sudah terlalu banyak
buku maupun film yang mengisahkannya. Terlepas dari kecurigaan pihak-pihak
tertentu, dalam hal ini biasanya demi kepentingan politik, yang menganggap bahwa
peristiwa holocaust terlalu dibesar-besarkan sebagai propaganda kaum Yahudi
dalam rangka menarik simpati dunia, saya sendiri berpendapat bahwa apapun
alasannya, siapapun pelaku dan korbannya, pembantaian manusia atas manusia
lain, tak pernah dapat dibenarkan.
Sebagai sebuah kisah nyata, plot The Pianist terasa berjalan
lambat, seolah-olah penulisnya khawatir akan ada bagian-bagian yang
terlewatkan. Meski untuk beberapa kejadian ia seperti menceritakannya secara
sepintas lalu, kita tetap dapat merasakan kengerian, kepedihan, dan rasa
takutnya.
Film berdasarkan buku ini telah dibuat oleh Roman Polanski dengan
Adrian Brody sebagai Szpilman. Di Festival Film Cannes, Perancis, film ini
mememangkan penghargaan Palme d'Or, sedangkan Brody untuk perannya tersebut
diganjar Oscar sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik.[*]
--Endah Sulwesi
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar